Lama.
Lama sekali.
Hhhh padahal baru satu minggu, Namjoon kembali ke Korea, tapi rasanya sudah bertahun-tahun. Lebay sih... tapi benar lama sekali!
Hubungan kita baik-baik saja sejauh ini, rajin ngobrol di chat, kadang telpon atau video call kalau dia tidak sibuk, tapi banyak sibuknya sih, hehehe.
"Ameera? Hey? You Good?" Pierre melambaikan tangannya di depan wajahku, menyadarkan aku dari segala lamunan tentang Namjoon dan Korea.
Aku menggelengkan kepala, "I'm okay, Pierre. Maybe I just need some sleep?"
Pierre tertawa yang membuatku semakin bingung, "you? need more sleep? come on, Mee! you literally sleep the whole week?"
Iyasih, memang benar seminggu ini aku rasanya cuma ingin tidur, tidur dan tidur. Tidak ada lagi yang berkumpul di kepalaku kecuali Namjoon dan teman-temannya karena sampai sekarang mereka, bahkan Namjoon tidak menceritakan apapun tentang kelanjutan 'masalah' mereka.
Akupun tidak berusaha untuk follow up karena sejujurnya aku juga takut dan tidak siap akan apa yang terjadi kepada mereka. Media-media tidak berhenti mencari tahu sebenarnya siapa 'pacar' dari leader grup yang sedang naik daun ini.
Ah sudahlah, sepertinya yang aku butuhkan sekarang hanya makanan karena perutku mulai berteriak meminta haknya, "Pierre? Let's go grab some foods?"
Masker sudah, topi juga sudah, kacamata hitam oke.
Hidupku sekarang sudah seperti manusia paling dicari, kemanapun aku pergi, aku merasa diikuti. Aku merasa tidak aman dimanapun aku berada; di asrama, di supermarket, di tempat makan bahkan di kampusku sendiri.
Ugh! Seandainya Namjoon bukan seorang selebriti, hidupku tidak akan menjadi secemas ini! Sudah selebriti, bikin kangen lagi! Dasar Namjoon! Huh!
***
Kami berdua sampai di sebuah tempat makan kecil favoritku di seberang Musee de Louvre. Restorannya tidak terlalu luas, aku suka karena detil-detil di dalamnya unik dan suasananya hangat sekali. Cocok untuk makan berdua bersama pasangan, walaupun kali ini aku bersama Pierre.
Waktu itupun aku pernah mengajak Namjoon untuk makan disini saat dia tiba-tiba muncul di kampusku.
Ah, Namjoon lagi...
Braaakkk! Cekrik!
"Aw! Excusez moi mademoiselle?*"
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menggunakan masker dan kacamata hitam, lagi, untuk yang kedua kalinya, menabrakkan tubuhnya padaku.
Sebuah bros kupu-kupu tersangkut pada bajuku dan jatuh ke tanah, aku rasa itu miliknya. Sedetik kemudian aku tersadar dan memanggilnya untuk memberi tahu bahwa barangnya terjatuh.
"HEY!"
Pierre yang daritadi berada di sebelahku ikut terkejut dan berteriak, "HEY! S'il vous plaît soyez prudent mademoiselle!!**"
Tapi aku tidak menemukan sehelai kainpun dari pakaiannya di setiap sudut jalanan saat itu. Dia menghilang, meninggalkan bros kupu-kupu cantik yang kuambil dan kusimpan.
Perempuan itu... seperti aku kenal... apakah dia perempuan yang sama seperti yang waktu itu menggangguku dengan Namjoon juga? Tapi tadi aku mendengar suara kamera, apakah dia kali ini bertindak lebih jauh dengan mengambil gambarku?
Ah mungkin aku hanya terlalu negative thinking kepada perempuan itu. Biar sajalah, semoga tidak seperti yang aku pikirkan.
"Mee, are you okay? You good? Did she hurt you somewhere?" Pierre memutat-mutar badanku untuk melihat apakah aku baik-baik saja atau ada yang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIS (Indonesian Version)
Fanfictionsebuah cerita tentang Ameera, mahasiswi asal Indonesia yang tidak sengaja bertemu dengan Kim Namjoon di Paris. Sedetik kemudian dia sudah terlibat dalam segala kehidupan mereka. Remember, once you Jimin, you'll never Jimout.