Tenggelam

148 5 0
                                    

Hati dan perasaanku sedikit tenang setelah berita pagi tadi yang aku dapat dari ayah. Ibuku sakit, katanya lumayan keras. Aku bingung antara pulang atau tidak.

Sebenarnya ingin, karena aku sudah rindu Indonesia dan tentu aku ingin melihat ibu karena kebetulan aku punya satu jatah pulang yang tidak aku pakai saat lebaran lalu.

Sayangnya orang tuaku melarang aku pulang dan 2 minggu lagi aku ada pekan ujian tengah semester. Belum lagi pekerjaanku di cafe milik Pierre, ditambah pekerjaan kelompok yang menumpuk menjelang ujian akhir semester Desember nanti.

Setiap akhir tahun, departemen musik dan musikologi, tempatku belajar akan mengadakan semacam konser musik dari berbagai genre yang tentu saja penampilnya adalah mahasiswa mereka sendiri.

Ini tahun pertamaku disini, dan aku diajak menjadi salah satu pengisi acara oleh Pierre karena dia adalah ketua hima di program studiku. Terkesan seperti KKN ya? Aku sudah bilang pada Pierre bahwa aku tidak bisa, tapi dia memaksa.

What am I gonna do? Say no?

                        ***

banyak sekali hal-hal yang berputar di kepalaku...aku tenggelam dalam pikiranku sendiri... sampai aku tidak menyadari seseorang sudah duduk di sebelahku.

"Maaf ya, aku tadi sudah bersikap tidak baik padamu."

Suara itu benar-benar seperti penolong dalam tenggelamku tadi, suara berat dan serius, yang benar-benar aku kenali. "H-hhaah?" aku yakin saat itu wajahku benar-benar tidak karuan, mungkin ini balasan karena aku mengagetinya tadi,

"Namjoon-ssi? Kenapa kembali kesini? Ada yang tertinggal?" tambahku dengan suara yang sungguh payah dan bergetar karena sangat berusaha terlihat tenang.

"Ah... tidak, tadi aku mengamatimu dari jauh, dan kamu... tidak tampak seperti para sasaeng yang mengikuti kemanapun kami pergi. Maaf ya aku benar-benar harus berhati-hati terhadap orang asing" dia tersenyum dan mengalihkan pandangan ke sungai Seine.

Aku terdiam, senyumnya memang benar-benar menarik perhatian siapapun, apalagi aku sedang sedekat ini dengan dia, rasanya ingin melempar jantungku ke atas menara Eiffel saat ini juga.

"Namjoon-ssi, aku kan sudah bilang kalau aku bukan seperti itu, aku mengagumi kalian karena musik kalian. Bukan sepenuhnya karena fisik, atau bahkan sampai ingin menculik begitu. Hahaha"

I swear, tertawaku saat itu sangat pahit dan sedikit awkward. Dia diam, aku juga diam, tapi entah darimana aku berani bertanya, "jadi, kamu tidak sendirian kesini? I mean...are the guys here too?"

Dia menoleh padaku, tatapannya...aneh, aku memiringkan kepala dan mengangkat alisku. Sedetik kemudian dia membuang pandangan ke arah Seine, lagi, dan seperti terhipnotis akupun mengikutinya.

"Iya, they are here. Mereka juga ada di Paris, tapi--" Namjoon belum selesai bicara dan aku menyambar, "aah aku tahu, selera mereka saat senggang bukan sepertimu yang suka jalan-jalan di taman sepi pinggir sungai begini, kan?".

Jujur, aku juga tidak tahu darimana aku berani memotong kalimatnya, tapi setelah beberapa saat duduk di sebelahnya aku mulai terbiasa meskipun atmosfernya terasa mengintimidasi. Of course, he is Kim Namjoon, the leader of BTS, hehehe.

Namjoon mengangguk tanpa melepas matanya dari pemandangan favoritku ini, Seine dengan jembatan klasik dan sedikit menara Eiffel terlihat.

Kami berdua hening dan tiba-tiba musim gugur menjadi tidak ramah padaku, angin bertiup cukup kencang, daun-daun kering jatuh, dingin...

"Kamu bukan asli Perancis ya, Ameera?" katanya memecah udara berat diantara kami berdua.

Aku mengangguk, "ah iya, aku asli Indonesia, keturunan Arab, tapi kuliah disini, Sorbonne, jurusan musik."

Meskipun aku tidak melihatnya, aku yakin saat itu wajahnya menunjukkan keterkejutan saat aku bilang bahwa aku anak jurusan musik.

"Kenapa? Kok kaget? Aku nggak terlihat seperti seseorang yang menyukai musik?"

Sekarang dia lebih kaget lagi, lucu sekali.

"Oh, aniyo, mmm, maksudku nggak. Semua orang berhak belajar musik kan? Hanya saja aku cukup kaget bahwa ada yang benar-benar niat belajar musik sampai sekolah ke luar negeri" katanya menyembunyikan rasa malunya.

Aku sendiri tidak menyangka aku bisa sampai ke Paris hanya untuk belajar tentang musik. Terlebih di Sorbonne, meskipun dengan beasiswa.

Aku yakin dia tidak percaya aku bisa seberani itu mempelajari musik.

"Mmhm, bagiku musik itu bahasa dan rasa, that's why I adore you guys, I mean BTS. Musik kalian luar biasa, dan aku rasa kita satu pemikiran bahwa musik adalah bahasa dan rasa, iya kan?" aku kembali menoleh padanya untuk mendapatkan persetujuan.

Namjoon hanya diam melihatku, "uh yea, I guess. Sepertinya kamu harus bertemu dengan Yoongi-hyung. Dia akan senang bicara denganmu tentang musik. Kita bisa bertemu bertiga dan berbicara banyak tentang musik. Aku akan mengenalkanmu padanya, it will be great." ujarnya saat menyadari bahwa dia sudah diam terlalu lama.

Bertemu Yoongi? Astaga, apa lagi ini? Bertemu Namjoon saja aku susah bernafas, ditambah lagi dia mengajakku bertemu dengan Yoongi?

"Huh? Mmm, aku tidak janji untuk bisa bertemu dengannya, kamu tahu kan dia agak susah untuk bertemu orang baru" alasanku terdengar masuk akal.

Dia tersenyum, manis sekali...

"Ameera, kamu sepertinya terlalu banyak membaca fan fiction ya? Dia selalu digambarkan sebagai karakter menyebalkan yang cuek setengah mati. Padahal Yoongi-hyung baik-baik saja dengan orang baru, apalagi orang sepertimu yang--" belum selesai dia berbicara, hpnya berbunyi, "yeoboseyo? aah, ne ne. Jinjja? Okay okay, gomawoyo".

"Maaf sepertinya aku harus segera pergi, annyeongigeseyo", dia berdiri dan pergi tanpa aku sempat mempertanyakan apapun.

"Maaf sepertinya aku harus segera pergi, annyeongigeseyo", dia berdiri dan pergi tanpa aku sempat mempertanyakan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku juga diam saja, kata-kata Namjoon terlalu powerful untuk aku menjawabnya. Aku patuh dan mengangguk saja padanya yang sudah hilang ditelan dingin musim gugur.

Kembalilah aku sendiri di tempat ini, padahal sebelumnya aku sempat lupa kalau aku ada di pinggiran sungai Seine, tempat favoritku. Rupanya Kim Namjoon berhasil membuatku tenggelam dalam pembicaraan singkatku dengannya yang baru saja berakhir.

Aku harap kita bisa bertemu lagi, Kim Namjoon, segera...

PARIS (Indonesian Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang