Entah apa yang ada di pikiran Airin, yang pasti gadis itu ingin segera pergi. Pergi tanpa tujuan yang pasti, bahkan gadis itu dengan sengaja meninggalkan teman-temannya yang masih berada di kampus.
Masa bodoh dengan kelas siangnya, Airin hanya ingin pergi. Itu saja.
Matahari yang mulai naik, otomatis panasnya akan semakin meningkat. Apalagi di bulan-bulan ini, matahari akan bersinar sepanjang hari.
Kakinya terus melangkah tak tentu arah, hanya ikut berbaur dengan para pejalan kaki lainnya di sepanjang trotoar. Pikirannya berkecambuk, di penuhi dengan hal-hal yang sama sekali tidak Airin pahami.
Ugh.. Apa sebentar lagi dia akan gila?
Menghentikan langkah kakinya sejenak, hanya untuk mematikan ponselnya yang sedari tadi berdering.
Teman-temannya itu pasti mencarinya. Apalagi tadi mereka sempat membuat janji, akan makan siang bersama. Dan sekarang Airin malah kabur.
Kembali melanjutkan langkah kakinya, setidaknya sekarang Airin sudah mempunyai tujuannya. Walaupun mengunjungi sungai han di siang hari seperti ini bukanlah ide yang bagus —Kulitnya akan terbakar—, tapi tak apa. Airin hanya ingin melihat air.
Mungkin karena terlalu banyak berpikir, Airin sampai tidak sadar kalau dirinya kini sudah ada di pinggiran sungai han. Tidak banyak orang di sini, iyalah... Lagi pula siapa yang mau berpanas-panasan disini. Kalaupun ada, mereka tentu saja singgah di bawah pohon. Dan mungkin orang-orang akan lebih memilih pantai untuk berjemur ketimbang memilih pinggiran sungai.
Airin duduk di atas rumput hijau yang ada di sana, menarik napasnya dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Memandang riak air yang di depannya.
Namun jangan salah. Meskipun terlihat tenang, tapi faktanya di bawah sana arus air tak setenang yang terlihat di permukaan.
“Arus sungai han itu menipu. Terlihat tenang di luar, tapi jauh di dalam sana sifatnya bertolak belakang dengan apa yang di tampilkan di luar”
Airin mengangguk setuju.
Untuk sesaat gadis itu masih asik dengan dunia yang ia ciptakan sendiri. Sebelum menyadari sesuatu, menoleh dengan cepat ke arah kanannya.
“Kenapa ada di sini?” tanya Airin syok.
“Emangnya cuma kamu aja yang bisa dateng kesini siang-siang gini terus diem di pinggir sungai kaya mau ngumpulin niat buat bunuh diri”
“Hah....?”
“Gak usah so kaget gitu. Biasa aja”
Airin menggelengkan kepalanya pelan. Enggak-enggak... Mungkin aja Airin sedang berhalusinasi.
Ugh.. Menyebalkan sekali sih, kenapa bayangan Taehyung selalu saja mengikutinya.
“Kamu mulai pusing? Iya sih, cahaya matahari jam segini udah gak sehat lagi buat tubuh”
Tuhan... Bahkan suaranya saja sama.
“Hei... Ai...
Menepuk pundak Airin pelan, membuat gadis itu terlonjak kaget.
....kamu gak ada niatan buat pingsan lagi kan?”
YA TUHAN!! demi dewa Jashin yang di sembah oleh Hidan di anime Naruto... Kenapa Kim Taehyung yang sesungguhnya ada di sini?
Di sini.. Di tempat yang sama dengannya. Tengah memandang nya dengan alis yang menyatu.
Setelah rasa terkejutnya berangsur menghilang, Airin kembali mengontrol diri. Memalingkan wajah, lalu menunduk dalam dengan jari tangan yang ia mainkan di atas kakinya yang tengah bersila.