Lima

310 65 18
                                    

“Sukur deh kalau Airinnya udah sadar ” ucap Jimin sambil menghela napasnya lega. Sedangkan Taehyung yang mendengarnya hanya mendengus pelan. Tadi saja ketika dirinya mati-matian menolong orang yang hampir mati, Jimin malah pergi.

“Api unggunnya udah nyala. Mending lo bawa Airinnya ke sana, gue yakin dia belum pilih sepenuhnya” lanjut Jimin.

“.....”

“Apa? Gue ngantuk nih. Airin nya juga udah sadar juga kan”

Rasanya Taehyung ingin mencakar wajah menyebalkan Jimin saat ini juga.

“Tolong jagain Airin oke” Jimin menepuk pundak Taehyung pelan, kemudian pergi.

Taehyung menghela napasnya pelan. Kemudian melirik Jessica dan juga Nana yang sudah tenang, tidak menangis lagi.

“Kalian tidur lagi aja, Airin biar gue aja yang jagain”

“Tapi...Kak...”
Terlihat Jessica dan juga Nana yang saling pandang satu sama lain.

“Gak usah khawatir, dia aman sama gue” ucap Taehyung tenang. Lantas membawa Airin keluar dari tenda.

Namun belum sempat kakinya jauh melangkah, Taehyung baru menyadari bahwa ada beberapa pasang mata yang tengah memperhatikan keduanya.

“Jimin sialan” desis Taehyung, sebelum menyuruh beberapa mahasiswa yang ada di sekitar tenda Airin untuk kembali ke dalam tendanya masing-masing.

***

Taehyung mendudukan dirinya di atas rumput, masih dengan Airin yang ada di pangkuannya. Bukan apa-apa, Taehyung hanya berpikir bahwa Airin masih belum bisa berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Tubuhnya saja masih terasa lemas, di tambah suhu tubuhnya yang belum normal. Jika seperti ini, Taehyung bisa sedikit membagi kehangatan, meskipun sudah ada api unggun yang menyala-nyala di depannya. Tapi tidak ada salahnya bukan?.

“Lo sering kaya gini?” tanya Taehyung, setelah beberapa saat lalu hanya diisi dengan keheningan.

Sekarang mereka hanya duduk berdua. Tadi sempat ada Bobby dan juga Lucas yang melihat, tapi dengan cepat Taehyung mengusir kedua makhluk tersebut. “Besok kalian mau naik gunung, jadi gak boleh begadang” katanya.


Airin menggeleng pelan, sedikit meremat selimut yang membungkus tubuhnya yang mulai menghangat kembali.

Taehyung mengangguk-anggukan kepalanya pelan. “Udah mulai anget?”

Kali ini Airin mengangguk pelan.

“Kenapa? Lo bisa bicara kan? Nih minum dulu, tadi lo belum sempet minum kan?” Taehyung menuangkan air hangat dari termos kecil yang sudah Jimin siapkan ke dalam cangkir kecil, lalu membantu Airin untuk meminumnya.

“Makasih” ucap Airin pelan. Yang hanya di balas gumaman seadanya oleh Taehyung.

Lalu hening, keduanya seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Angin berhembus membawa hawa dingin yang menusuk. Beruntung Taehyung masih mengenakan hoodie tebalnya. Sedangkan Airin semakin merapatkan selimutnya, semakin meringkuk di pangkuan Taehyung.

Andai saja dirinya tidak dalam keadaan seperti ini, sudah pasti Airin akan lari sejauh mungkin dari hadapan Taehyung. Saking malunya.

“Maaf, kak..” cicit Airin, menunduk dengan jari tangan yang sibuk memilin selimut yang ada di depannya.

Mengernyitkan alis, Taehyung sedikit memperbaiki posisi duduknya. Tangannya mengelus lembut puncak kepala Airin, kemudian membawanya untuk menyandar sepenuhnya di dada bidangnya.

愛AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang