Part 13 (Kejutan)

96 10 0
                                    


Kelas dipadatkan tanpa libur sabtu minggu. Kesepakatan bersama tentunya. Kelas akan berakhir hari Selasa sore, berarti malamnya aku bisa pulang ke Semarang. Surprise. Sengaja Mas Bram tak kuberi tahu.

Menunggu dua hari untuk pulang rasanya dua tahun. Lama sekali. Padahal setiap hari juga tetap saja mendengar ceritanya. Tentang megaproyek rumah sakitnya, tentang lehernya yang sakit karena salah posisi tidur. Ada saja cerita lucu meluncur. Aku hanya mendengar terkekeh.

Katanya, ada surprise ketika besok pulang. Entah apa, sama sekali tak mau membocorkan. Ia juga menceritakan ketika pulang ke Grabag, tidur di kamarku sendirian, dengan aroma yang khas parfumku, katanya itu obat rindu. Ah, ada-ada saja suamiku.

Akupun terkekeh, bahwa aku juga rindu aroma tubuhnya, yang masih melekat pada kaosnya yang kubawa. Kupeluk ketika entah tiba-tiba saja rindu itu rasanya tak mampu kubendung. Membayangkan selasa sore aku sudah bisa pulang ke Semarang dan memberikan kejutan.

Selepas sholat magrib dan mengaji, gawai siemens A55 yang terletak di atas nakas berbunyi nyaring. Kuletakkan Qur’an, ku ambil lalu merebahkan diri. “NgopoJum. Kangen po?” Juminten adalah panggilan kesayangan untuk Lisa. Kadang juga kuganti Juminah, Jumidul atau jum jum yang lain. Yang bersangkutan juga merasa baik-baik saja kupanggil demikian, lebih pada pasrah. Sesekali iapun memanggilku “Jum.” Jadi sebenarnya panggilan “Jum” adalah panggilan kesayangan kami berdua khususnya di telepon.

“Aya, ini Gaswat! Prof Zahro gak bisa presentasi di Chula! Baru dikasih tahu ini..menit ini...detik ini.”

“Ya Allah. Trus pie?”

“Timnya cuma kita bertiga. Prof, minta kamu ijin kelas bahasa, beliau mau kamu yang presentasi!”

“What??”aku terkaget, dan langsung terduduk.

“Aku gak mungkin berangkat, kemarin abis ngeflek kan sama dokter harus bedrest.”

Aku hanya terdiam, beberapa saat mengeha nafas. “Kelas Bahasaku diperpendek, besok seharusnya aku pulang, mau kasih surprised untuk Mas Bram. Gagal dong!” jawabku lirih dan pasrah.

“Surprisenya besok-besok wae, sekarang kamu hubungin mbak Yanti biar dicariin tiket sama hotel, kamu langsung aja berangkat dari situ, gak usah balik ke Semarang dulu.” Cerocos calon emak-emak ini udah melebihi ibu mertua.

“Iya-iya,” jawabku singkat.

Kembali Lisa menjelaskan detil apa yang harus kupersiapkan, beberapa berkas juga ia kirim melalui email. Untung saja paspor selalu kubawa di tas doraemon ini.

Aku tak hentinya menggerutu dalam hati, ya gagal surprise kali ini. Terpaksa aku harus menelepon Mas Bram jika aku harus berangkat konferensi di Thailand.

***
Tiba di Swarnabhum airport hampir jam 3 sore. Ini adalah kedatanganku ketiga kalinya di bumi gajah putih tak terjajah ini. Bedanya kali ini seorang diri, biasanya ada Lisa atau dengan Prof.

Taksi segera meluncur ke J Two hotel, yang sudah dipesankan mbak Yanti, admin kampus. Aku juga menyiapkan tulisan nama hotel dalam bentuk tulisan Thai, karena sebagian besar mereka hanya lihai dengan bahasa dan tulisan Thai. Ketiga kali ini menginap di hotel ini, salah satu pertimbangan adalah hotel ini menyiadakan makanan halal, juga lokasi yang dekat dengan KBRI membuat merasa lebih nyaman.

Sesampai di hotel segera berbenah dan menyiapkan materi yang akan kupresentasikan esok. Kali ini agak berbeda, karena tanpa Lisa maupun Prof. Sebenarnya presentasi seperti ini sudah pernah kulakukan sebelumnya, hanya bedanya biasanya tim kami komplit, sehingga tak perlu khawatir jika ada pertanyaan yang tidak bisa kujawab. Tapi selama ini sih baik-baik saja. Keberadaan Lisa ataupun Prof sudah cukup membuatku nyaman.

LELAKI TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang