[extra #7] about hangover and washing machine

721 106 4
                                    

("Lix..."

"Hyung nggak mau dengerin aku. Udah berapa kali dilarang masih aja mabuk."

"Tapi Lix..."

"Gak usah ngomong lagi, hyung. Gak usah jelasin apa-apa. Malam ini hyung tidur aja sendiri di kamar, aku tidur di sofa luar."

"Felix, please. Dengerin dulu..."

"Nggak mau denger hyung kalau hyung nggak dengerin kata-kataku juga. Udah sana istirahat."

"Okay...I'm sorry...good night, Felix.")

*

Pagi akhirnya datang. Changbin terbangun dengan mata berat dan kepala berdenyut nyeri. Sepertinya efek dari minuman semalam mulai mempengaruhi tubuhnya. Rasanya ia tidak ingin beranjak dari kasur atau mungkin sekalian saja tenggelam dalam spring bed berlapis seprei biru muda itu. Namun ia mendadak teringat pada sosok Felix yang kembali merajuk karena Changbin melanggar janjinya sendiri untuk tidak minum alkohol.

Bukannya ia sengaja menguji kesabaran Felix. Namun kemarin Matryoshka diundang untuk menghadiri pesta pembukaan sebuah kafe dan pub. Sebagai bentuk kesopanan, tentu saja mereka ditawari oleh yang punya acara untuk mencicipi hidangan. Changbin sudah keburu ditawari minuman sehingga ia tidak sempat menolak dan terpaksa menenggak minuman itu di depan tuan rumah.

Meskipun Felix sudah mengajarkannya untuk menolak tawaran semacam itu, tetapi Changbin terlalu sungkan untuk melakukannya. Maka ia pun terpaksa menerima amukan Felix yang pada akhirnya memberi Changbin hukuman dengan tidur sendirian.

Sedih memang, tetapi Changbin tidak bisa berbuat apa-apa. Felix yang sedang marah bukanlah sosok penurut yang selalu mengikuti keinginan Changbin seperti biasa. Ia bisa menjadi lebih keras daripada batu, sehingga Changbin-lah yang harus mengalah pada akhirnya.

"Ugh, harus minum obat kayaknya," pemuda itu bergumam sendiri saat memijat pelipisnya yang nyeri. Perlahan ia bangkit dan berjalan terhuyung menuju kotak P3K yang disimpan di dalam salah satu laci lemari kamar Felix. Begitu menemukan obat pereda nyeri di dalamnya, Changbin bergegas menuju dapur apartemen kekasihnya sebelum menenggak obat itu dengan segelas air putih.

Dari tempatnya berdiri Changbin bisa melihat sosok Felix yang sedang berkutat dengan pakaian kotor di ruang laundry. Pemuda itu terlihat serius memisahkan pakaian berwarna dengan pakaian putih sehingga ia tidak menyadari Changbin menatapnya lama.

Menilik dari penampilannya yang masih memakai t-shirt putih longgar dan boxer spiderman hitam kesayangannya, pemuda itu pasti belum mandi. Bandana putih yang menahan poninya agar tidak menutupi kening membuat Felix terlihat semakin menggemaskan. Changbin diam-diam tersenyum, mengagumi sosok kekasihnya yang masih serius hendak mencuci pakaian. Meskipun ia tidak tahu apakah Felix masih merajuk atau tidak, Changbin tetap berjalan menghampiri pemuda itu.

"Dor."

Changbin sebenarnya tidak berniat mengagetkan Felix sama sekali, tetapi ia tidak tahu harus mengatakan apa sehingga ia hanya bisa mengucapkan satu kata itu sembari menusuk pelan pipi Felix. Lagipula pemuda itu sudah menyadari kehadiran Changbin meskipun ia sama sekali tidak menggubrisnya seolah Changbin cuma angin lalu.

Sedih banget.

"Hei, pacar. Selamat pagi. Kok aku nggak dibangunin?" Changbin kembali berusaha mengajak Felix bicara. Lelaki yang lebih muda tetap diam sembari memencet tombol mesin cuci, membuat Changbin pada akhirnya mengerucutkan bibir karena diabaikan.

Ia pun memutuskan melakukan sesuatu agar Felix mau bicara lagi padanya. Saat Felix hendak berbalik, Changbin lekas mendesaknya ke dinding lalu menempelkan kedua tangan di sisi kepala pemuda itu.

[02] Pull me in, even when I fall ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang