why don't you lead the way, why don't you show the way

4.4K 489 118
                                    

"Jadi—"

Chan memulai, suaranya terdengar cukup keras untuk didengar anggota band lainnya di tengah hiruk pikuk panggung pertunjukan. Giliran band mereka, Matryoshka, baru saja selesai. Mereka mendapatkan tepuk tangan yang meriah sepanjang berada di panggung. Namun entah kenapa kedengarannya The Dead Eyes memiliki lebih banyak penggemar dibandingkan mereka, menilik dari suara teriakan dan jeritan yang menyertai riuhnya tepuk tangan. Changbin menyadari hal ini, dan ia mendengus pelan.

Sejak Jisung memutuskan untuk keluar dari band, mereka kehilangan cukup banyak penggemar.

"Chan hyung, ada apa, sih? Kalau bicara jangan sepotong-sepotong," Seungmin menggerutu karena melihat ekspresi ragu di wajah Bang Chan, leader sekaligus keyboardist band mereka. Kalau bukan karena protes Seungmin, Changbin tidak akan menyadari bahwa ada yang aneh dengan Chan sejak mereka berkumpul di belakang panggung. Yang diprotes hanya memberi Seungmin senyum minta maaf sebelum kembali melanjutkan kalimatnya,

"Jadi...aku sudah mendapatkan pengganti Jisung."

Kata-kata itu terdengar seperti petir di siang bolong bagi Changbin. Ia menoleh dengan sangat cepat hingga Hyunjin yang saat itu duduk di sebelah Changbin, terkejut sembari memundurkan kepalanya. Ekspresi Changbin terlihat seolah hendak memprotes habis-habisan. Namun melihat sorot datar dan serius yang diarahkan Chan padanya, pemuda itu menahan diri.

"Kau bilang Jisung tidak akan digantikan siapapun," Changbin menahan amarah di balik giginya yang dikatupkan. Chan masih menatapnya lurus, tetapi kini bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

"Maaf, Changbin. Aku terpaksa melakukannya."

Chan menghela napas, terlihat sangat lelah meskipun mereka hanya membawakan tiga lagu hari ini. Changbin tahu beban yang dipikul pemuda itu lebih banyak dari yang terlihat, membuatnya tidak sampai hati untuk membantah ucapannya. Bagaimanapun juga, Jisung keluar bukan karena ketidakcocokan antara mereka. Hidup adalah pilihan dan Jisung lebih memilih masa depannya dibandingkan band mereka. Changbin tidak seharusnya marah pada Chan. Ia harusnya tidak marah pada siapapun.

Harusnya ia marah pada dirinya sendiri, yang menganggap kepergian Jisung adalah sebuah kesalahan mereka. Menyalahkan orang lain ada keahliannya. Dan ia merasa malu karena sudah membuat Chan menderita karena sikapnya.

"Changbin..."

Berkali-kali Chan dan teman-teman yang lain memanggil namanya, meminta Changbin untuk berhenti. Namun tidak satupun yang dihiraukannya. Changbin terus berjalan menuju pintu keluar, bahkan mengabaikan Myungsoo, manager mereka, dan Jeongin yang mengekor di belakangnya. Tanpa berpikir, ia bergerak menuju parkiran dan melompat ke dalam van milik band mereka, pulang terlebih dahulu.

***

Keesokan harinya, Changbin sedikit bersyukur karena tidak ada yang membahas tingkah kekanakannya kemarin. Tentu saja Myungsoo menegurnya karena membawa kabur van dan meninggalkannya di markas sehingga Myungsoo harus kembali untuk menjemput kendaraan tersebut. Namun tidak ada pembahasan mengenai penolakan Changbin terhadap pengganti Jisung. Mereka kelihatan terlalu antusias karena, menurut informasi dari Chan, anggota baru mereka ini sangat menarik untuk dibahas.

"Dia teman lamaku dari Sydney. Sebelum pindah ke sini aku pernah latihan di kursus musik yang sama dengannya. Kabarnya dia sangat oke," setiap kali bercerita tentang teman lama atau tanah kelahirannya, Chan selalu berubah menjadi sangat antusias. Changbin hanya memperhatikan mereka bercengkerama dari sofa yang didudukinya. Ia memilih untuk tidak bergabung dengan mereka demi membalas pesan dari Jisung.

('Mereka sudah dapat gitaris baru.'
'Mereka? Maksudnya kalian?'
'Aku tidak pernah setuju dengan ide ini jadi tidak ada kami. Cuma mereka.'
'Hyung, jangan kekanakan begitu.'
'Jangan kau juga, Han Jisung.'
'Lho? Memangnya kenapa? Kau memang kekanakan karena tidak mau menerima kenyataan.')

[02] Pull me in, even when I fall ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang