[extra #5] his dismay

707 110 6
                                    

"Hop on, Lix. We're going somewhere."

Felix menatap Changbin dengan wajah bingung saat pemuda itu menuntunnya menuju parkiran mobil. Saat itu arlojinya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ini sudah terlalu larut untuk keluar bagi mereka yang punya jadwal pagi-pagi sekali. Felix mencoba menahan Changbin dan memberinya alasan kalau Myungsoo hyung, manajer mereka, akan marah jika besok mereka terlambat bangun. Namun Changbin tidak menggubrisnya sama sekali.

"Kita mau kemana?" Felix bertanya bingung (dan agak kesal) sambil mengenakan sabuk pengamannya. Changbin tidak menunggu Felix selesai bersiap-siap. Pemuda itu langsung menginjak pedal gas dan melajukan mobil dengan kecepatan yang lumayan mengkhawatirkan di jalan raya.

"Nggak jauh-jauh, kok. Cuma ke Namsan," gumam Changbin.

"Tapi ngapain? Jam segini lagi. Jauh banget ke Namsan," Felix mencoba mengembalikan Changbin pada akal sehatnya.

"Aku butuh melarikan diri, Lix. Rasanya sesak terus berada di sini dan...aku butuh ke tempat di mana aku bisa lihat langit."

Mendengar ucapan Changbin, Felix akhirnya terdiam. Akhir-akhir ini Changbin memang sedikit gelisah. Entah karena Matryoshka akhirnya mendapat kesempatan untuk rekaman dan tampil di acara TV atau karena hal lain. Barangkali semua ini terlalu mengagetkan bagi Changbin yang hanya terbiasa dengan panggung di bawah tanah, tersembunyi. Sekarang ia harus menghadapi khalayak ramai.

Felix bisa memaklumi jika Changbin merasa gelisah.

"Oke. Tapi tolong hati-hati menyetirnya. Jarak pandangmu juga nggak begitu bagus kan kalau malam hari. Atau mau aku yang nyetir?" Felix menawarkan diri sambil mengusap punggung tangan Changbin yang memegang setir. Akhirnya pemuda itu menghela napas yang barangkali sejak tadi ia tahan dan menautkan jemarinya dengan jemari Felix.

"It's okay now. Thanks," Changbin mengecup punggung tangan Felix tanpa mengalihkan fokus pada jalan di depan mereka. Jantung Felix berdebar dua kali lebih cepat melihat Changbin yang seperti ini.

"I will be here for you. Always," bisik Felix sebelum menyandarkan punggung ke sandaran kursi penumpang, jemarinya tetap bertaut dengan milik Changbin.

***

"Udah mau tutup, hyung. Kita tetap nggak bisa masuk."

Felix menunjuk petugas Namsan Tower yang sepertinya sedang meminta para pengunjung untuk pulang. Changbin hanya terkekeh pelan dan menyandarkan kepala ke stir.

"Kalau gitu kita di mobil aja," pemuda itu memiringkan kepala untuk menatap Felix dengan senyum misterius, "menghabiskan waktu berdua."

Tawa Felix tiba-tiba meledak mendengar ucapan Changbin.

"Hyung. Kalau mau ngapa-ngapain enakan di apartemen, dong," Felix menggelengkan kepala tidak percaya. Changbin hanya terkekeh sebelum menegakkan tubuh dan menatap Felix.

"Kalau kita tertangkap paparazzi lagi bermesraan di mobil bukannya seru?" Pemuda itu menaikkan alis, sugestif. Felix refleks memukul lengannya sambil bersungut-sungut.

"What the hell are you talking about?!" pemuda itu bersedekap waktu Changbin tertawa, "I don't want to have a scandalous relationship with you."

Melihat ekspresi wajah Felix yang merajuk membuat Changbin otomatis mencubit pipinya, gemas.

"How can you be so cute, Yongppo?" Changbin berucap dengan suara yang melengking seperti bicara pada bayi, "come here lemme kith you."

Bibir Felix mencebik, pipinya merona malu mendengar suara Changbin yang berubah imut. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Seo Changbin yang dulunya sering memarahinya itu menyimpan banyak sisi menggemaskan yang membuat Felix semakin menyayanginya.

"No~~," Felix membuang muka, bibirnya masih mencebik. Namun Changbin lekas membuka sabuk pengaman Felix dan memutar tubuh pemuda itu ke arahnya sebelum mencium bibirnya dalam-dalam. Changbin memastikan wajah Felix tertutupi oleh telapak tangan yang menangkup pipi sang kekasih dan terus melumat bibirnya hingga mereka berdua kehabisan napas.

"Hyung..."

Wajah Felix memerah dan Changbin tidak bisa menahan senyum melihat betapa menggemaskannya ekspresi sang kekasih saat ini. Tatapannya yang tidak fokus membuat Changbin berpikir bahwa barangkali Felix juga menikmati situasi ini. Bermesraan di dalam mobil pribadinya di pinggir jalan yang mulai sepi.

"Pakai hoodiemu. Aku belum selesai menciummu, Lix," pinta Changbin.

Pemuda itu mengangguk patuh dan menutup kepalanya dengan tudung jaket hitamnya sebelum kembali menarik Changbin dan melanjutkan ciuman mereka yang terhenti.

Dalam hati, Changbin bersorak penuh kemenangan. Dan ia pun merasa lebih baik, lebih siap menghadapi hari esok, terima kasih pada ciuman Felix yang membuat kegundahannya sirna seketika.

[02] Pull me in, even when I fall ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang