[extra #6] missing pieces

691 102 4
                                    

("Lix, hari ini sibuk?"

"Nggak. Kenapa hyung?"

"Kalau gitu...mau ikut ke Yongin? Biar bisa kukenalin sama orangtua dan kakakku.")

***

Felix menatap punggung Changbin yang sudah terlebih dahulu berjalan menyusuri area pemakaman. Mereka sudah mendaki cukup jauh hingga akhirnya sampai pada deretan nisan yang hampir semuanya bermarga Seo. Felix rasa mereka berada di tanah pemakaman milik keluarga besar Changbin. Dilihatnya pemuda itu berhenti di depan satu nisan yang memiliki tiga nama, yang ternyata merupakan milik mendiang ayah, ibu, dan kakak Changbin.

"Appa, eomma, noona. Aku datang."

Felix menatap Changbin yang berlutut di depan makam sebelum mendekati pemuda itu dan mengelus pundaknya. Changbin meletakkan tiga buket mawar putih yang semula ia genggam, diikuti oleh Felix yang ikut meletakkan buket lili putih di samping buket mawar Changbin.

Mereka berdua sama-sama terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Changbinlah yang pertama kali memecah keheningan di antara mereka dengan kekehan pelan yang tercetus dari bibirnya.

"Seperti yang kujanjikan waktu itu, aku mau mengenalkan seseorang pada appa, eomma, dan noona," ucapnya. Changbin menarik pelan jemari Felix sebagai gestur untuk mengajak pemuda itu berlutut. Felix pun menurut dan berlutut sisi Changbin, hingga lelaki yang lebih tua bisa menautkan jemarinya pada jemari kekasihnya.

"Ini Lee Felix yang kuceritakan itu," Changbin menoleh sekilas pada Felix lalu tersenyum, "pacarku."

Entah apa yang terjadi padanya, tetapi ucapan Changbin barusan sontak membuat wajah Felix merona malu. Padahal pemuda itu hanya bicara pada batu nisan di depan mereka, tetapi keseriusan dalam ucapan Changbin membuat jantungnya berdebar lebih cepat hingga membuat wajahnya menghangat. Felix menjilat bibirnya yang mendadak kering sebelum membungkuk hormat pada makam di depannya.

"Halo, abeonim, eommonim, noona. Maaf baru sempat mengunjungi kalian hari ini," gumamnya. Changbin terkekeh sebelum mengecup pelipis Felix, membuat pemuda itu semakin malu.

"It's okay, Lix. Mereka pasti senang karena akhirnya bertemu denganmu," ujar Changbin lagi. Felix menatap kekasihnya ternyata saat itu sedang berkaca-kaca, lalu bergegas mengusap air mata yang tiba-tiba meluncur di pipi kiri Changbin.

"Ssh. Don't cry, sweetheart," Felix berusaha menenangkan. Namun Changbin sepertinya tidak kuasa membendung rasa haru hingga ia pun menangis.

Felix memeluk pundak pemuda itu saat Changbin mengusap nisan keluarganya perlahan, sorot matanya terlihat sedih dan penuh kerinduan. Namun Felix berusaha terus menguatkan kekasihnya dan membiarkan Changbin bicara lebih banyak pada makam ayah, ibu, dan kakaknya, mengungkapkan isi hatinya yang selama ini tersembunyi dalam gelak tawanya.

"Yongppo?" panggil Changbin saat pemuda itu selesai berbicara. Felix menggumamkan tanya, yang segera dijawab Changbin dengan kekehan pelan, "mau pulang sekarang?"

Felix balas tersenyum sebelum meremas lengan Changbin, "Boleh saja, kalau hyung sudah selesai bicara dengan keluargamu."

"Sudah, kok. Aku cuma mau mengenalkanmu saja dulu hari ini," ujar Changbin. Felix memberinya cengiran sebelum berdiri dan mengulurkan tangan pada kekasihnya.

"Kalau begitu, ayo pulang."

"Hm," Changbin menggenggam tangan Felix erat sebelum bangkit berdiri lalu melingkarkan lengannya di pinggang sang kekasih, "aku pulang dulu, appa, eomma, noona. Kapan-kapan aku akan ke sini lagi. Jangan kangen, ya."

Felix menahan tawa sebelum membungkuk hormat pada batu nisan tersebut.

"Sampai jumpa lagi, abeonim, eommonim, noona."

Lantas keduanya berlalu dari sana dengan tangan saling bergandengan. Barangkali luput menyadari semilir angin yang tiba-tiba muncul untuk mengantarkan kepulangan merekaㅡsebuah salam perpisahan dari yang telah tiada.

[02] Pull me in, even when I fall ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang