Dada Amel terasa sesak setelah mendengar kenyataan baru terlontar langsung dari mulut Atha, bahkan cowok itu sekarang tidak berani menatap matanya. Berbeda dengan beberapa detik lalu saat Atha meminta Amel menatap matanya.
"Liat mata gue, sejak kapan kalian pacaran?" Tanya Amel.
"Baru kemaren, dia yang nembak duluan."
"Kalo gitu gue cuma bisa kasih selamat, gue mau pulang, semangat buat pertandingan selanjutnya," Amel memaksakan senyumnya. Dia menepuk bahu Atha lalu bersiap untuk pergi.
"Gue suka sama lo Amel, gue tau lo pasti juga suka sama gue."
Deg.
Amel senang.
Tapi merasa sedih secara bergantian.
Amel senang jika perasaannya terbalaskan, bagaimana seseorang tidak merasa beruntung tatkala cowok yang dicintai menyukainya kembali. Rasa senangnya berubah jadi sedih mengingat Atha yang sudah punya pacar. Sekarang dimata Amel Atha adalah cowok brengsek, sudah punya pacar tapi bisa mengatakan suka pada cewek lain.
"Lo bukan Atha yang dulu gue kenal, dia baik dan menghargai perasaan semua orang. Perasaan gue saat ini udah nggak penting lagi." Amel akhirnya meninggalkan Atha.
Dari kejauhan Fania pacar Atha mendengar percakapan keduanya, dia mengepalkan tangan dan memukul tembok disampingnya. Tatapan matanya menakutkan membuat teman disampingnya bergidig ngeri. Vania memasuki lapangan ketika temannya mengajak untuk pergi.
***
"Ayok pulang, kita ke UKS dulu jemput Amel ... kasian banget dia tumbenan tuh anak bisa sakit," tutur Gina.
Dara teringat kalau dia belum memberi tahu Gina, "Gin sebenernya Amel tuh nggak sakit dia ijin pulang buat nonton si Atha, nekat banget asli."
"Kan bener, itu anak kan imunitasnya tinggi banget mana bisa sakit, kalo sakit hati gue baru percaya, yaudah kuy langsung pulang aja," ajak Gina.
"Lo nebeng gue aja, kan nggak ada Amel," tawar Dara.
"Oke, makasih zeyenk."
Gina melihat seorang wanita cantik mengenakan baju, tas, sepatu dan kacamata mahal berdiri di depan gerbang sekolah seperti sedang menunggu seseorang. Gina tahu betul dengan postur tubuh yang dimiliki wanita itu, tubuh langsing dan kulit terawat itu tidak lain ialah mamanya. Mama Gina langsung menghampiri ketika melihat sosok putrinya.
"Gina, ayo pulang ke rumah sama mama," Ratna memegang lengan Gina cukup keras.
Gina meringis kesakitan, "Gina nggak mau pulang kerumah , lepasin tangan Gina."
"Tan jangan kasar sama Gina dia kesakitan," bela Dara.
"Kamu diam jangan ikut campur urusan saya sama Gina!" Ratna memperingati.
Gina dipaksa masuk kedalam mobil mewah milik mamanya, Dara tidak bisa membantu lebih banyak karena mama Gina lebih tua darinya. Mobil itu melaju dengan kencang, Valdo melihat Gina yang ditarik paksa oleh mamanya lalu dia mengikuti mobil itu dengan cepat pula.
Gina dan mamanya sudah sampai didepan rumahnya yang sederhana, sangat bertolak belakang dengan mobil dan pakaian mamanya yang mahal semua. Gina membuka pintu mobil lalu keluar berusaha melarikan diri, usahanya gagal karena Ratna langsung menyusul.
"Kamu nggak akan mama biarkan pergi lagi, kapan si kamu bisa nurut sama mama. Apa kamu lupa mama udah ngerawat kamu dari kecil sampai sekarang? tapi kamu nggak bisa bahagiain mama?" omel Ratna sambil menonyor kepala Gina dengan jari telunjuknya.
"Orang tua mana yang tega jual anaknya sendiri," balas Gina.
Tangan Ratna sudah terangkat, Gina sudah tau tangan itu akan berlabuh di wajah cantiknya. Bukan pertama kali untuk gina, sudah berpuluh kali sampai dirinya muak dan terbiasa, kedua matanya terpejam namun tangan Ratna belum mendarat dipipi mulusnya. Gina memutuskan untuk membuka mata, bola matanya membulat kala melihat Valdo yang memegangi tangan mamanya.
"Siapa kamu, dasar anak kurang ajar," hardik Ratna pada Valdo.
"Kalau tante melakukan kekerasan pada Gina saya akan lapor ke polisi," ancam Valdo tidak main-main.
"Beraninya kamu mengancam saya."
"Kenapa tante mau menampar Gina? tadi saya dengar kalau tante ingin menjual Gina, apa itu benar?" Tanya Valdo to the point.
"Valdo pergi, jangan ikut campur," pinta Gina.
"Dia itu anak berbakti yang akan membantu keluarganya membayar hutang."
"Maksudnya tante mau jual Gina buat bayar hutang?" tebak Valdo.
Ratna tersenyum sinis menanggapi pertanyaan Valdo, Gina hanya diam merasa malu karena cowok itu sudah tahu hal yang selama ini dirinya simpan rapat-rapat dari siapapun bahkan sahabatnya sendiri sekarang sudah terbongkar. Dia hanya ingin menanggungnya sendiri, tidak ingin menyusahkan orang disekitarnya.
"Berapa hutangnya, saya akan bayar semua."
Ratna menatap Valdo tidak percaya, "100 juta."
Valdo meminta nomor rekening Ratna dan membayarkan seluruh hutangnya lalu meminta agar Ratna tidak akan bersikap kasar lagi kepada putrinya. Gina tidak percaya ternyata Valdo benar-benar membayarkan hutang mamanya tanpa berpikir panjang. Sekarang dia merasa memiliki hutang budi dalam sekejap cowok itu menjadi penyelamat hidup tanpa diminta.
"Makasih tampan ... ambil aja Gina kalo mau," Ratna masuk kedalam mobil lantas melaju memasuki area rumahnya.
Gina menatap tajam kearah Valdo, "Maksudnya apa lo bantu gue hah? Lo mau beli gue? gue nggak suka cara lo," ujar Dara.
"Kalo gitu gue juga nggak suka lo mau dikasarin kayak tadi apalagi sampe mau dijual, terserah mau mikir gue ngebeli lo atau apa ... sekarang masuk sana kerumah , kalo ada apa-apa hubungin gue," Valdo menaiki motornya dan pergi dari hadapan Gina.
Gimana caranya gue balikin duit itu? dulu mungkin bagi gue uang segitu gampang tapi untuk sekarang uang segitu banyak banget, batin Gina.
-TBC-
Votenya menurun:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Musketeers (Kakel Mengejar Jodoh)
Jugendliteratur"Gue bakal dapetin tuh adik kelas, sexy banget pas main basket." Kata Amel "Gue bakal dapetin tuh adik kelas, kece parah pas naik moge." Ujar Gina "Gue bakal dapetin tuh adik kelas, keren abis kalo main gitar." Dara menimpali Kenalin kami adalah Tig...