Amel melempar tasnya ke sofa dengan kasar, mungkin tas itu akan mengumpati pemiliknya jika dapat berbicara. Disusul dengan Amel yang mendudukkan pantatnya diatas sofa king size bewarna hitam itu, dirinya tidak perduli kalau esok hari akan mendapatkan point karena absen menonton turnamen basket . Jauh dilubuk hati dia ingin menonton Atha dan menyemangatinya, namun rasa kecewa sudah terlanjur merambatinya.
Atha, Atha dan Atha sedang memenuhi pikiran Amel, menang atau kalah itu yang ada dipikirannya. Dia memutuskan untuk mengambil air putih dari dapur dan membawanya keruang tamu untuk diminum dengan harapan pikiran dan hati bisa sedikit menjadi tenang.
"Amel," sapa seseorang dari arah pintu, dia berjalan memasuki rumah dengan kaki sedikit pincang.
Amel yang sedang minum terkejut mendengar panggilan itu, dia tersedak."Uhukk ... uhuuuk," Amel meminum kembali gelas berisi air digenggamannya lalu dia menoleh ke sumber suara.
Pyarrr.
Gelas yang berada ditangan Amel sudah jatuh ke lantai, keterkejutannya berlanjut kala melihat sosok Atha sekarang berada di rumahnya. Dengan memakai sandal bergambar hello kitty kaki Amel melangkah pergi meninggalkan Atha berniat masuk ke kamar.
"Amel gue mau ngomong sama lo dengerin dulu, gue mohon," pinta Atha sambil berjalan terseok-seok tidak memperdulikan pecahan kaca bertebaran di lantai.
"Amel .. awww," ringis Atha saat pecahan beling menancap di kakinya.
Membuat Amel menghentikan langkahnya dan berbalik , matanya membulat melihat Atha kesakitan. "Kaki lo berdarah, sakit banget?" Tanya Amel panik sambil mengalungkan tangan Atha ke lehernya dan membawanya ke sofa.
Atha tersenyum kecil melihat Amel sangat khawatir dan peduli. "Aduhh sakit banget mel," keluh Atha dengan wajah dibuat sangat kesakitan seolah-olah kakinya seperti tertancap pisau tajam yang baru diasah.
"Aduhh gimana nih, tunggu sebentar gue ambilin kotak P3K, tunggu disini," Amel meninggalkan Atha sendirian di sofa ruang tamu.
Sekarang kotak itu sudah berada ditangan Amel, dia menaruh kaki Atha dipangkuannya dan mulai memeriksa luka di kaki kanan Atha. "Gue ambil pecahan kacanya pelan-pelan, kalo sakit bilang aja ya," tutur Amel masih dengan wajah paniknya.
Sudah 2 menit Amel tidak kunjung mengambil pecahan itu, ketika benda seperti pinset sudah mendekati kaki Atha dan tinggal mencabut serpihan kaca, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya kembali antara ragu atau sebenarnya malah takut.
"Udah biar gue aja yang ambil pecahan kacanya," kata Atha sambil mengambil benda itu dari tangan Amel, tetapi gagal karena tangannya ditepis.
"Jangan, lo kan lagi kesakitan biar gue aja, gue berani kok," kata Amel penuh keyakinan mulai memajukan tangannya kembali yang bergetar.
Dengan perlahan tangan Atha terulur menggengam tangan Amel menuntunnya untuk segera mencabut pecahan kaca di kakinya, Amel melirik Atha sejenak lalu mengangguk. Tangannya sudah tidak terlalu gemetaran karena dipegang oleh Atha, satu-persatu pecahan kaca akhirnya bisa Amel ambil. Amel mulai mengobati luka Atha menggunakan kapas yang sudah diberi obat merah, sesekali Atha meringis merasakan perih, namun dengan telaten Amel meniup-niup luka itu agar rasa perihnya sedikit berkurang.
"Amel," panggil Atha.
Amel masih fokus membalut luka Atha dengan perban. "hmm."
"Makasih dokter cantik udah ngobatin luka gue."
Amel diam saja sampai luka Atha terbalut sempurna dengan kain kasa barulah dia menjawab Atha. "kenapa sih bisa ceroboh banget kayak gini besok gimana coba sekolahnya trus kenapa lo bisa ada disini bukannya lagi turnamen," oceh Amel tanpa jeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Musketeers (Kakel Mengejar Jodoh)
Novela Juvenil"Gue bakal dapetin tuh adik kelas, sexy banget pas main basket." Kata Amel "Gue bakal dapetin tuh adik kelas, kece parah pas naik moge." Ujar Gina "Gue bakal dapetin tuh adik kelas, keren abis kalo main gitar." Dara menimpali Kenalin kami adalah Tig...