9. Nasihat dari Orang Tua

112 38 61
                                    

Selamat Membaca :)


R

enjun membanting pintu kamarnya membuat sang mama merasa heran. Ia pun beranjak menuju ke kamar Renjun dan atensinya menangkap sosok anaknya duduk di tepi ranjangnya dengan kepala yang menunduk.

"Renjun kenapa?" tanya mama seraya mengusap kepala anaknya. Lalu, ia mendudukkan dirinya di samping Renjun sambil memiringkan kepala melihat wajah sang putra yang terlihat merah.

"Ada apa? Marahan sama Saeron?"

Mamanya sudah hapal dengan sikap Renjun yang satu ini, pasti sedang marahan dengan sahabatnya.

"Ayo cerita ke mama biar kamu lega," ucap mama.

Renjun mengembuskan napas perlahan dengan kepala yang menoleh menatap mamanya.

"Ma, apa Renjun salah?"

"Kenapa?" Mama melihat sorot mata putranya terlihat sedih dan kecewa.

Renjun memegang dahinya sambil menunduk, "Renjun udah buat Saeron nangis, Renjun nggak suka sama diri sendiri."

"Saeron nangis karena Renjun? Alasannya apa?"

"Renjun beli kue buat Nakyung, Renjun ngasih boneka moomin kesayangan Renjun buat Nakyung dan Saeron marah. Padahal Saeron sendiri yang nyuruh Renjun dewasa, Saeron yang nyuruh Renjun jadi mandiri. Tapi, Saeron malah marah-marah sama Renjun. Letak kesalahan Renjun di mana, Ma?"

Perlahan Mama Wendy tersenyum, ia mengusap bahu anaknya pelan, "Coba kamu pikirkan, kamu pernah kayak gitu ke Saeron nggak?"

Renjun mendadak diam dan bergulat dengan pikirannya. Perlahan kepalanya menggeleng.

"Nah, siapa yang nggak marah kalau sahabatnya malah begitu sama gadis lain? Apalagi Saeron suka banget sama boneka moomin itu, 'kan? Bahkan waktu kalian kelas satu SMA Saeron sampai nangis-nangis ngadu ke mama kalau Renjun itu pelit?"

Renjun berdecak, "Tapi, sekarang beda, Ma. Saeron nggak tau kalau boneka itu buat Nakyung karena Renjun mau belikan boneka yang lebih besar buat Saeron. Saeron itu kenapa, sih? Marah-marah nggak jelas, jadinya Renjun juga merasa bersalah."

"Kalau merasa bersalah ya minta maaf. Kamu jelasin yang sebenarnya sama Saeron. Kalau kamu sama-sama keras kepala dan nggak mau ngalah, kalian pasti bakal marahan terus ...." Mama memberi jeda, " Emangnya kamu mau diem-dieman sama Saeron terus?"

Mama Wendy mengusap kepala Renjun.

"Nggak mau, Saeron kan sahabat Renjun dari kecil."

"Makanya kamu minta maaf sana," ucap mama.

"Tapi, Saeron marah-marah karena Renjun sama Nakyung. Terus Renjun juga seharusnya berhak marah karena Saeron selalu sibuk sama Hyunjin," bela Renjun.

Mama mencubit pipi Renjun gemas, "Tuh, kan, kamunya masih kekanakan, Renjun. Nggak semua rasa marah dibalas dengan marah juga. Perempuan itu harus dipahami, kalau marah ya dibujuk. Bukannya kamu ikut marah, yang ada Saeron tambah nangis kalau begitu."

"Tanya aja di hati kamu, gimana perasaan kamu kalau Saeron ngasih kue ulang tahun ke Hyunjin atau ke temen cowok yang lainnya, marah nggak?"

Renjun mengangguk, "Ya marahlah."

"Makanya itu. Kamu harus memahami Saeron. Jangan Saeron mulu yang memahami kamu."

"Dia perempuan, Renjun. Sekuat-kuatnya perempuan, kalau disakiti pasti nangis."

- Dear Boyfriend -

"RENJUN ITU NYEBELIN!" Saeron memukul moomin yang ada di depannya hingga terjauh ke lantain, lalu sang ibu datang sambil membawa makanan untuk Saeron.

DEAR BOYFRIEND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang