01 - Awal « Challenged by Love »

568 61 128
                                    

Hallo^•^

Gadis berambut pendek sebahu itu menatap layar ponsel dengan jengah. Mata besarnya sejak tadi tidak berhenti meneliti setiap caption-caption galau dari status facebook.

Bibir tebalnya mencebik setiap melihat dua sejoli yang muncul di beranda. Seolah-olah menyindir dirinya yang berstatus jomblo.

Dia menghempaskan ponsel bercase Doraemon itu di sampingnya. Dia membawa badan dengan lemas dari kasur Doraemon itu ke kamar mandi. Sebentar lagi acara kesukaannya tayang.

Inces Paribeli namanya. Nama itu terinspirasi dari parabola tetangga orang tuanya yang memiliki warna keemas-emasan dan berjaring. Nama depannya terinspirasi dari jenis kelaminnya yaitu perempuan.

Inces atau kerap disapa Pices ini bukanlah orang yang bergelimang harta atau orang susah. Hidupnya sederhana dengan rumah seharga dompet Pak Lurah, empat juta.

Penggemar Doraemon ini begitu antusias saat hendak menonton acara favoritnya sore ini. Dia bahkan belum merapikan rambut yang acak-acakan hanya karena ini.

Pices berlari menuju pintu kamar kemudian mendorongnya hingga terbuka lalu keluar. Dia akan tertinggal karena sebentar lagi acaranya akan bubar.

Dia terus berlari hingga sampai ke teras rumah. Kemudian dia duduk di kursi rotan di sisi pintu itu dengan semangat. Dia belum tertinggal acara hanya melewati beberapa episode saja.

"Lama amat lo!"

Pices menoleh ke samping kanan. Laki-laki berusia 20 tahun itu menatap adiknya gemas. Ya, dia adalah kakak Pices. Jujur saja, Pices ingin sekali memasukkan sambal terasi ke mulut pria itu karena tidak menunggunya saat menonton acara.

"Kakak, enggak mau nunggu!" Pices mengalihkan pandangan ke depan. Nampak dua orang wanita paruh baya sedang bercek-cok hanya memperebutkan celana dalam suami mereka.

Sudah biasa bahkan jadi tontonan yang seru bagi kakak-beradik ini. Bagi mereka, tidak ada tontonan yang lebih seru selain ini.

"Istri pertama yang nyuci celana dalem suami! Istri kedua diem!" Wanita berdaster biru dengan motif batik itu menaruh telunjuk di lubang hidung wanita satunya.

Wanita berpakaian ketat itu menghempaskan jari telunjuk wanita itu. "Enak aja! Mama muda yang harusnya nyuci daleman suami!"

Wanita berdaster atau sebut saja Epa berkacak pinggang kemudian berkata, "Heh! Di mane-mane, ya, orang yang muda itu menghormati yang tua! Jadi, yang tua berhak menyuci daleman suami!"

Wanita berbaju ketat atau sebut saja Jubaedah mengibaskan rambut ke belakang. "Mana ada! Yang tua itu ngalah sama yang muda!"

"Ye, sekate-kate! Gue pites juga lo!" Epa menarik rambut Jubaedah dengan sedikit kuat secara tiba-tiba. Tak mau kalah, Jubaedah membalas dengan ikut menjambak rambut Epa kuat. Terjadilah tarik-menarik penuh teriakan drama di depan rumah Pices.

"Wah, seru banget episode hari ini," celetuk Pices tampak asik menikmati pemandangan di sebrang sana.

"Iya, apalagi yang direbutin celana dalem. Mantap!" sahut Udin, kakaknya Pices. Udin Sembakoh nama lengkapnya, ini juga terinspirasi saat lahirannya di warung dan mereka sedang mendapatkan sembako gratis dari Pak Lurah.

Udin atau kerap disapa Didin ini sudah menikah, tetapi belum memiliki anak. Pria berkumis tipis, beralis tebal, dan wajah dengan bentuk oval itu berencana tidak memiliki anak dulu karena masih kurang mampu walaupun sejujurnya dia ingin.

Lagi pula dia masih pengantin baru saat lamaran kerjanya ditolak mentah-mentah menjadi cleaning service di setiap perusahaan atau pun toko. Kata mereka, Didin lebih cocok jadi artis dibandingkan menjadi cleaning service, wajahnya terlalu belasteran.

Challenged by Love [ END ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang