04 - Gadis Gila! « Challenged by Love »

106 29 100
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu dan sekolahan sudah sepi. Mungkin hanya ada anggota OSIS yang rapat atau guru-guru.

Pices hendak menunggu kakaknya di depan gerbang, tetapi ia urungkan. Mengingat bahwa kakaknya sedang berada di rumah istrinya. Ingat, ya, mereka pengantin baru.

Pices memutuskan hendak menunggu bus, tapi ia urungkan karena bus akan mengantar anak-anak ke sekolah, tetapi tidak menjemputnya.

Gadis itu ingin naik motor Itia yang disopir ayahnya, tapi bannya bocor dan dia pun tidak jadi menumpang. Mereka memang sering naik motor bertiga dengan Pices yang duduk paling belakang.

Rumah Itia tidak terlalu jauh dari rumahnya membuat Pices sering ikut motor revo Itia. Kali ini Pices tidak bisa numpang pada siapa pun dan dia terpaksa harus berjalan kaki.

Untuk menunggu ayahnya jemput itu sangat lama. Bisa dua jam dia berdebu di depan gerbang. Sudahlah, jalan saja. Toh kalau kakinya sakit tinggal meminta ibunya mengurutkan.

Kebetulan sekali, anak remaja laki-laki yang merupakan seniornya itu berada 3 meter di depannya. Pices mengejar remaja itu. Kemudian berteriak, "Repaaaa!"

Bukannya berhenti dengan teriakan Pices yang bisa dibilang melengking itu, laki-laki itu malah tampak acuh dan terus melangkah.

Pices mengerutkan dahi. Apakah tadi dia salah menyebutkan nama? Padahal Pices yakin nama laki-laki itu berinisial 'R'. Jadi, dia tidak mungkin salah.

Pices berlari kecil. "Raja?" panggilnya lagi, tetapi anak laki-laki itu tidak menoleh. "Rehan?" Lagi-lagi dia tidak menoleh. "Raju? Rasah? Rapat? Rasman? Rapaior? Rossi?"

Anak laki-laki itu menghentikan langkah membuat Pices yang masih berjalan sambil menunduk itu menabrak punggungnya.

Anak laki-laki itu terkejut dan segera berbalik badan. Seketika dia mengubah ekspresi sedatar mungkin kala menyadari siapa pelakunya.

Pices meringis seraya mengusap dahi pelan. Dia spontan memukul dada remaja itu. Tunggu dulu ... dada remaja?! Pices tersentak dan segera mendongak.

Wajah datar remaja itu menyambutnya kemudian Pices nyengir lebar. "Maaf, Reno," ujarnya.

Remaja itu mengerutkan dahi sedikit lalu ekspresinya kembali datar. "Reza," ralatnya kemudian berbalik lalu berjalan. Dasar gadis aneh!

Pices menaikkan kedua alis. Apakah tadi dia baru saja memperkenalkan diri? Masa? Si Lemari Es itu berbicara? Siapa tadi? Reza? Pices tersenyum tipis.

Dia mengejar Reza dan mencoba menyamakan langkah mereka. "Kakak semenor, eh, senior 'kan?" tanya Pices setelah dia berhasil melangkah di samping Reza.

Jalannya lebar sekali membuat Pices kewalahan saat mengejarnya. Kalau saja Pices tidak memakai rok, maka sudah dipastikan dia berlari sekencang-kencangnya untuk mengejar Reza.

Pertanyaan Pices hanya sebagai angin lalu saja baginya. Reza terus melangkah dan tidak memperdulikan gadis itu.

"Ish! Sombong amat, awas gantengnya ilang lhoo," goda Pices sambil terus melangkah cepat.

"Coba berhenti dulu, Kak!"

"Cape tahu!

"Nanti kalau aku jatuh pingsan gara-gara kecapean, siapa yang mau mengantar pulang? Emang, Kakak, mau?

"Kakak! Berhenti dulu dooong! Kakak, beneran mau nganter aku pulang?"

Ocehan Pices benar-benar mengganggunya. Ternyata, Reza tidak bisa diam saja membiarkan gadis ini. Reza menggeram kesal.

Challenged by Love [ END ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang