14 - Surat lagi?

35 13 17
                                    

Tangan Pices ditarik Maman sampai ke kelas. Entahlah mau apa si Maman membawanya ke kelas. Sudahlah, dia nurut aja kayak kambing yang mau dijadikan kurban.

Setelah sampai di meja Maman, Maman melepas cekalan dan mengambil sesuatu dari dalam lacinya. Pices mengambil duduk di atas meja Maman dan menatap malas, plisss, ya, Inces laper!!!

Maman memberikan sebuah buket bunga mawar dan secarik surat. Ha? Pices terngaga dibuatnya karena tidak menyangka nyali Maman segitu besarnya mau nembak Pices.

Maman menyodorkan barang itu pada Pices dengan kasar yang langsung Pices terima. Lah? Lah? Kok ngasihnya kasar? Padahal Pices tadi membayangkan si Maman berlutut dan mengucapkan kata-kata manis lalu memberikan barang ini, nyatanya ... zonk!!!

"Buat apa?!" tanya Pices dengan kesal hingga terdengar ketus. Maman hanya melirik dan duduk di kursi.

"Baca aja sendiri kertasnya!" jawab Maman tak kalah ketus. Si Maman kalo ketus gitu mirip Elpa yang tiap hari PM-eh, marah-marah.

Pices berdecak kesal dan membuka kertas itu dengan malas. Tinta merah?

Lo siap ketemu maut? Ini bunga buat kuburan lo entar.

R. Raheldra

Pices mengangkat kedua alis agak tinggi dan mendesah. Surat dari ini lagi? Siapa, sih, dia? Ingin sekali membunuhnya.

Pices menatap Maman. "Ngapain lo natap gue kayak gitu? Udah naksir?" Kini suara Maman menggoda Pices-tidak seperti tadi, bahkan dia sekarang terkekeh.

"Enggak!"

Jleb! Jawaban Pices itu membuat kekehan Maman menjadi tawa, menertawai diri sendiri. Yah, walaupun tadi itu Maman hanya bercanda, tapi entah kenapa jawabannya bikin loro ati.

"Lo ada makanan enggak? Gue laper," pinta Pices penuh harap ketika Maman mengeluarkan roti srikaya.

Maman bergumam. "Ambil aja," katanya sambil mengobok-obok tas untuk mencari roti lagi. Pices dengan semangat mengangguk dan mengambil rotinya lalu membuka bungkusnya.

Baru saja Pices hendak menggigit rotinya, suara teriakan dari arah pintu membuatnya mengurungkan niat dan mengabsen nama hewan di kebun binatang.

"Kalian bukannya piket OSIS malah pacaran!!!"

***

"Kelompok A di bagian lapangan mungut sampahnya!

"Kelompok B mungut sampahnya di depan gerbang, gorong-gorongnya dibersihin!

"Kelompok C! Yang kang gosip bersihin belakang kantor!

"Kelompok D! Kalian bersihin belakang kelas-kelas!"

Intruksi ketua OSIS itu menggunakan mic sambil berdiri di depan lapangan. Pices, Maman, Rio, dan Hana adalah kelompok D, yang artinya mereka membersihkan belakang kelas-kelas.

"Man," panggil Pices seraya memunguti sampah kertas. Maman yang berada di sampingnya sambil memunguti dedaunan kering menyahut dengan gumaman.

"Lo kalo diteror kayak tadi, apa yang bakal lo lakuin?" tanya Pices. Maman sempat berhenti memunguti sampah dan membenarkan celana yang sedikit melorot. Inget sedikit lhoo.

Challenged by Love [ END ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang