26 - ENDING! « Challenged by Love »

83 14 34
                                    

Selang waktu setengah jam markas Orien sudah dikepung anggota Komunitas Gengstar dengan masing-masing anggota menodongkan pistol ke markas itu kecuali geng Gladys Doraemon karena belum cukup umur untuk memegang pistol.

"Untuk kalian yang berada di ruangan markas ini diperintahkan untuk keluar sekarang juga! Kami sudah mengepung kalian. Jadi, kalian tidak bisa kabur," perintah Gibran dengan lantangnya sambil menatap pintu di balik dedaunan rambat itu sengit.

Tidak ada tanggapan membuat Gibran merasa bahwa anggota Orien sudah melarikan diri. Jani, Itia, Elpa, dan Pices berdiri di belakang Gibran dengan posisi siaga.

"Saya perin--" Ucapan Gibran terpotong karena mendengar suara pintu berdenting pertanda ada orang yang membuka kata sandi pintu itu.

Mereka semakin waspada kala pintu terbuka dan derap langkah terdengar. Perlahan-lahan sepatu putih dengan noda merah terkena sinar matahari sehingga dapat jelas terlihat oleh anggota Komunitas Gengstar.

Sinar matahari mulai mengenai celana jins hitam dengan bercak-bercak tanah dan darah. Kemudian nampak kedua tangannya memegang rambut seseorang atau dia sedang menyeret mayat. Otot-ototnya menonjol karena beban yang ia bawa. Baju kemeja hitamnya berlumuran darah dan bau anyir membuktikan dia baru saja membunuh seseorang.

Pices terkejut, terlihat dari kedua mata yang membola dan mulut menganga lebar untungnya tidak ada lalat terbang yang sewaktu-waktu bisa masuk kapan saja.

Reza, remaja itu melempar dua mayat yang ia genggam ke depan agar semua anggota Komunitas Gengstar tahu apa yang dia bawa. Mayat Adam yang wajahnya sudah berlumuran darah dan mayat Trio yang wajahnya juga berlumuran darah.

Jani, gadis itu merasakan lututnya lemas, bahunya seperti terbebani, wajahnya memanas melihat Adam sudah tergeletak tak berdaya berlumuran darah. "Padahal gue ngarep dia panjang umur biar gue bisa bebas dari status jomblo," gumam Jani lesu.

Pices, gadis itu tidak menyangka kalau Reza adalah psikopat lantas dia bertepuk tangan menatap penampilan Reza yang bercipratan darah. Semua mata memandang ke arah Pices heran. Untuk apa dia bertepuk tangan?

"Lo psikopat, Za? Gue enggak nyangka suwer tekewer-kewer dah," celetuk Pices dengan mata berbinar dan mengacungkan dua ibu jarinya pada Reza membuat Jani, Elpa, dan Itia menggeleng.

Gibran mengibaskan tangan agar anggota lain mengacuhkan makhluk satu itu. "Abaikan," kata Gibran tegas membuat Pices mengerucutkan bibir. Padahal dia sudah enak-enaknya jadi pusat perhatian 'kan Pices jadi berasa kayak artis. Ngehalu mulu ni anak_-

Gibran menatap tajam Reza karena tidak mengenalnya dan mengira bahwa Reza adalah musuh anggota Orien terlihat dia seperti membunuh bos Orien.

Di belakang Reza muncul seorang remaja perempuan yang mendorong kursi roda. Di atas kursi roda duduk seorang wanita paruh baya dengan rambut memutih dan tidak bernyawa. Itu Luna yang mendorong kursi roda milik mayat Zailia.

Anggota Komunitas Gengstar menjadi bingung sendiri. Mereka saling tukar pandang. Dalam hati mereka bertanya, ini masalahnya apa, sih? Mana yang harus diadili?

Seakan tahu kebingungan anggota Komunitas Gengstar, Pices maju dan mendekati Reza dengan langkah mantap. Dua monyet di atas pohon yang asik makan pisang menyaksikan kejadian tersebut. Salah satu monyet memandang Pices yang sedang berjalan angkuh itu. Si monyet berpikir, kalo dia jatoh, lucu kayaknya.

Tanpa rasa bersalah dan dosa, si monyet melempar kulit pisang tepat di atas tanah yang akan diinjak kaki kiri Pices. Kaki kiri Pices menginjak kulit pisang dan dia terpeleset membuat dua monyet itu tertawa ngakak.

Kreek! Karena kepeleset, dia jadi seperti melakukan split dan suara kain robek yang berasal dari celana dalamnya membuat Pices membolakan kedua mata. Kamvret! umpat Pices dalam hati.

Challenged by Love [ END ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang