"Gue doain biar tambah langgeng, tambah mesra, tambah sayang sama Glenn."
🐊🐊🐊
Pagi hari dengan udara dingin yang begitu menusuk kulit dan aroma tanah yang basah, sungguh perpaduan yang cocok bagi gue. Mengeratkan jaket sebelum berjalan dari depan pintu gerbang, memasuki lobi lalu melewati lapangan basket, dan di ujung koridor sanalah tujuan gue melangkah, kelasku ter-rusuh. Sumpah, kenapa sih kelas gue harus di tempatin di paling pojok? Udah jauh banget, menguras tenaga lagi, tapi itulah makanan keseharian gue sampai setahun kedepan, menyebalkan!
"PAGI TEMAN-TEMAN, AWALI HARI DENGAN BERTERIAK SAMPAI SERAK. SEMOGA PANJANG UMUR DAN BAHAGIA SELALU."
Kebiasaan! Setelah itu benar-benar deh disambut teriakan, oh bukan tapi lebih tepatnya sorakan dan hujatan dari teman-teman sekelas. Itu tadi bukan suara gue, tapi dari manusia jangkung di belakang gue nih sumbernya. Pelajaran belum dimulai loh tapi rasanya semangat pagi gue sudah hilang.
"Oh di depan gue ada orang rupanya, cebol sih gak kelihatan," kepalanya menunduk, berakting seolah sedang memastikan siapa orang yang berdiri di depannya. Gue masih diam, belum aja hidungnya yang seperti perosotan itu gue pukul sampai mimisan.
"Ngapain berdiri di depan pintu Kir, mau jadi patung selamat datang? Bagus deh kelas 11 IPA 3 pasti sangat berterimakasih sama lo," katanya sambil menepuk pelan kepala gue lalu masuk kelas dengan membawa berita unfaedah-nya.
"ADA BERITA BAGUS NIH, DI DEPAN KELAS KITA SEKARANG ADA PA- -ADUH," sebelum dia benar-benar melanjutkan berita hoax-nya, gue lebih dulu ngelempar gulungan kertas yang barusan gue pungut di lantai.
"Ck, gue belum selesai nih ngomongnya, main lempar aja," gue lihat memungut kertas yang barusan gue lempar dan bakalan balas ngelempar ke gue, sebelum itu terjadi gue menunduk buat menghindari lemparannya, dan sesuatu yang tak terduga datang, untuk kedua kalinya gue dikagetkan dengan suara lantang di belakang badan gue. Ini masih pagi loh, tapi jantung dan telinga gue sudah nggak karuan rasanya.
"SIAPA YANG MELEMPAR KERTAS DI WAJAH SAYA?" rupanya lemparannya tadi melesat ke wajah guru BK yang kebetulan sedang lewat di depan kelas. Gue bergegas menuju tempat duduk, tapi sebelum itu gue lihat si tersangka malah melototin matanya ke gue. Dia kira gue takut, gue pelototin balik nih.
"Selamat menikmati ruangan konseling, makannya jangan cari masalah dong. Sana samperin gebetan lo, udah marah-marah tuh di depan kelas," setelah memberi wejangan gue tepuk-tepuk bahunya dan bergegas ke tempat duduk. Gue lihat dia yang masih ngelirik gue galak dengan badan sedikit membungkuk dan telinga yang ditarik guru BK tadi, gue tersenyum penuh kemenangan sampai sebelum sebuah telapak tangan mendarat di dahi gue.
"Masih pagi loh Kir, waras lo? Senyum-senyum sendiri, laki lo tuh diseret guru BK gak cemburu lo?" rupanya ulah Nadira teman sebangku gue.
"Laki lo, laki lo. Gak sudi gue jadi bininya, makan hati tiap hari nanti malahan" Nadira malah ketawa ngakak sambil mukul bahu gue, dikira gak sakit apa.
"Glenn mah tajir bisa ngasih lo menu makan berbeda tiap hari, gak usah sok nelangsa gitu muka lo," ini yang disebut sahabat? Kenapa sih Nadira selalu dukung rival-gue dari pada temennya sendiri. Oh ya, orang yang tadi diseret guru BK dan sumber masalah tadi itu Glenn, emang sumber masalah deh tuh orang.
"Gak temen lagi nih kita, dukung dia aja terus daripada temen sendiri" bukannya minta maaf Nadira malah tambah ngakak, jual temen dimana ya? Kalo ada jasa tukar tambah temen juga boleh kasih tau kok, butuh banget gue.
🐊🐊🐊
Bel istirahat berbunyi, surga dunia nih. Gue segera merapikan alat tulis dan bergegas menuju kantin. Belum juga selesai, gebrakan di meja kembali ngagetin gue sampai pensil yang tadinya gue pegang ikut loncat. Duh...kasihan pensilnya semoga gak ikut rusak kayak otak si perusuh di samping gue ini. Dan gara-gara dia tiga kali jantung gue dipaksa olahraga, tapi bukan cinta loh ya. Gue menunduk memungut pensil yang jatuh, dan kembali melanjutkan acara berberes tanpa memedulikan satu manusia rusuh kelebihan darah di samping gue ini."Woy, gak lihat ada cowok tampan di samping lo ya?" gue mendongak pas sekali si rusuh ini sedang menyisir rambut dengan jari tangannya, narsis sekali.
"Apasih, minggir sana gue mau ke kantin," gue berdiri dan mencoba mendorongnya supaya nggak menghalangi jalan gue.
"Urusan kita belom kelar nih."
"Udah tadi, gak lihat skor kita 1:0. Minggir lo!"
"Heh cebol, jangan ngada-ngada lo. Gue gak mungkin kalah ya, itu tadi skor pagi kan? Lo lupa hari ini masih ada siang, sore bahkan malam, jadi gue belum kalah."
"Nyebelin banget sih lo, minggir sana gue mau ke kantin," gue natap dia dengan garang, sebelum dia mulai ngoceh lagi gue buru-buru menyela.
"Minggir sebelum gue jadiin lo santapan makan siang nih. Lagian kita ketemu cuma pagi, siang sama sore, kalo lo gak buruan minggir, lo bakal gue makan dan skor siang ini 2:0, karena lo dah gue makan lo berarti udah gak ada kan ya. Berarti skor sore dan seterusnya tetep banyakan gue. Itu berarti gue M E N A N G, minggir!" wejangan gue yang terlalu panjang atau otak dia yang lama ngresponnya? Selagi dia mencerna wejangan gue tadi, gue bergegas keluar kelas dan menyeret Nadira yang sedari tadi menjadi penonton setia adu mulut gue dengan Glenn.
"Keren lo Kir, tuh liat laki lo sampai kicep denger wejangan istri tercintanya" kesabaran gue belum sepenuhnya kembali dan Nadira malah ikutan ngejek gue, minta di tabok ya?
"Aduh...lo kok jahat sih Kir main tabok kepala orang sembarangan. Kalo gue jadi pintar gimana, gak takut gue lebih pintar dari lo?"
"Banyakan gaya lo, mau gue tabok lagi hah?"
"Tega lo sama gue, gue doain biar tambah langgeng, tambah mesra, tambah sayang sama Glenn," belum juga gue balik nabok kepala Nadira, sebuah lengan melingkar di bahu gue sambil menyahuti doa tidak baik yang diucapkan Nadira.
"Aminnn. Makasih ya Nad, lo emang baik banget. Pengertian sama hubungan rumah tangga temen lo, terharu gue, iya kan sayang?" menjijikkan, sontak gue pukul aja perutnya, cowok kurang ajar gak tau malu.
"Sayang, sayang, belom pernah dilempar pot bunga lo?" kata gue sambil mengangkat tinggi pot bunga yang barusan gue ambil dari tangan anak perempuan kelas 10 yang kebetulan lewat di depan gue, pinjem ya dek.
"KDRT tau gak Kir, durhaka lo sama suami sendiri," gue beneran mukul pelan kepalanya dengan pot bunga di tangan gue, pengin mukul kuat-kuat takut disuruh tanggung jawab.
"Um... Kak pot bunganya- -," belum juga anak perempuan tadi menyelesaikan omongannya, gue sudah mengembalikan pot bunganya lebih dulu dan menyeret Nadira ke kantin.
"Makasih ya dek, kalo ada yang rusak minta ganti rugi sama cowok tadi," begitu kata gue sebelum benar-benar pergi menyeret Nadira yang masih menutup mulutnya dengan tangan setelah melihat gue benar-benar memukul Glenn. Yah.. Nadira memang se-hiperbolis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Glenn
Teen FictionBuat lo yang dari dulu jadi cowok nyebelin bahkan sampai sekarang masih nyebelin juga. Makasih buat semuanya, rasa kesal, marah, senang, sedih dan masa-masa paling suram gue. Berkat lo masa-masa itu bukannya berwarna tapi malah tambah suram, tapi gu...