Instagram: Yezta Aurora
Facebook: Yezta Aurora
Twitter: Yezta Aurora
--
"Leo ... " ucapnya dengan bibir bergetar. Tak hanya bibir tubuhnya pun juga bergetar sehingga Leonard bergegas menopangnya sehingga tubuhnya tak sampai membentur lantai.
Kemudian memakaikan jas ke tubuh Calista untuk menutupi pakaian yang tak lagi berbentuk, setelah itu membimbingnya ke dalam mobil.
Tangis Calista semakin pecah dalam pelukan Leonard. "Kamu sudah aman sayang," sembari mengusap – usap puncak kepala sesekali mengecupinya dengan penuh rasa sayang.
Calista beranjak dari pelukan kemudian mendongak untuk menatap wajah tampan Leonard. Sorot matanya tak lagi menyilau hangat. Ada kemarahan bercampur rasa penyesalan terpancar jelas disana.
Leonard memang sangat menyesal hingga mengutuk diri sendiri karena sudah membiarkan wanita pujaan dalam bahaya. Entah apa yang akan terjadi seandainya saja ia tak datang tepat waktu.
"Tenang lah sayang, kamu sudah aman," sembari mengecupi puncak kepala berulang kali. Calista pun semakin menenggelamkan diri ke dalam pelukan. Dihirupnya aroma parfum yang sangat maskulin yang selalu dirindukannya ini. Yang setia menyiksanya selama 4 hari ini, menyiksa dalam kerinduan mendalam.
Jemari Leonard terulur meraih dagu sehingga tatapan keduanya saling bertemu. Menatapnya lama kemudian merapikan beberapa helai rambut yang menjuntai ke pipi.
"Apa mobilmu masih dibengkel?"
Calista mengangguk.
"Lalu kenapa kau tak menghubungiku untuk menjemputmu? Kenapa kau membahayakan dirimu sendiri?"
"Ku kira kau masih marah."
"Aku memang masih marah tapi aku tak bisa mengabaikanmu begitu saja. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk padamu maka aku tak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri. Dan apa saja yang kau kerjakan sampai – sampai jam segini baru pulang, hum?"
"Kau sendiri apa yang kau lakukan didaerah sini?"
"Pertanyaan dijawab dengan jawaban Calis, bukan malah balik bertanya!" Sembari merangkum pipi Calista penuh rasa sayang.
"Terimakasih sudah menyelamatkanku Leo. Seandainya kamu tak datang tepat waktu-" suaranya bergetar bercampur isak tangis.
"Sudahlah sayang, lupakan kejadian tadi. Kamu sudah aman sekarang. Dan terimakasih untuk apa, hum? Sudah jadi kewajibanku untuk selalu melindungimu. Maafkan aku sayang yang membuatmu dalam bahaya," sembari menggenggam jemari lentik kemudian mengecupnya lembut. Sorot matanya menyilau rasa penyesalan mendalam.
Tanpa dapat ditahan lagi airmata kembali menetes membasahi pipi mulus. "Jangan pernah teteskan lagi airmatamu sayang. Aku tidak mau jadi alasanmu menangis."
Kemudian mengecupi puncak kepala, kening, kedua mata, hidung dan ketika beralih ke bibir ranum. Leonard menatapnya cukup lama sebelum menyatukan bibirnya. Ciumannya pun disambut hangat dan entah sejak kapan lengan Calista sudah mengalung dileher sementara sebelah tangan Leonard menekan tengkuk untuk memperdalam ciuman.
Entah tindakannya ini benar atau salah yang jelas ia hanya ingin menumpahkan kerinduan mendalam. Satu hal yang berputar dalam benak Leonard kenapa Calista begitu hangat menyambut ciumannya? Bukankah dia sudah memiliki kekasih?
Calista yang terhanyut dalam rasa rindu kembali meneteskan airmata sehingga Leonard langsung melepaskan ciuman. "Apa aku menyakitimu baby?" Tanya Leonard lembut.
Calista pun langsung menyipitkan matanya seolah bertanya, baby? Alhasil hal tersebut mencipta senyum geli mengukir dibibir kokoh.
"Baby, panggilan sayang untukmu," sembari mencubit gemas pipi Calista kemudian membawanya kembali ke dalam pelukan. Sekilas melirik ke bawah haruskah mengantarkannya ke apartement atau haruskah membawanya ke apartement nya?
Seolah tahu yang sedang bersarang dalam benak Leonard, Calista segera memintanya untuk mengantarkannya kembali ke apartement.
"Tapi baby ... " menghujani sepasang manik abu – abu dengan rasa khawatir berlebih.
"Aku baik – baik saja dan terimakasih sudah menolongku."
"Apa kau yakin?"
Calista mengangguk.
Leonard pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju apartement Calista. Sebelah tangan mengait diantara jemari lentik. Meskipun berulang kali Calista meyakinkah supaya fokus nyetir akan tetapi hanya ditanggapi dengan senyuman. Tak berselang lama mobil yang membawa mereka pergi telah sampai di apartement.
Sebelum membukakan pintu untuk Calista, menghujaninya dengan tatapan yang sulit diartikan kemudian menyatukan kembali bibirnya menyusuri sepanjang bibir ranum. Ketika dirasa Calista mulai kehilangan nafas segera melepaskan ciuman. Memberi kesempatan pada Calista untuk menghirup udara sebanyak yang ia mau.
"Biarkan aku mengantarkanmu sampai atas."
"Tapi Leo," tatapan Calista tegas penuh peringatan. Terlebih ia tak mau kalau Leonard sampai memanfaatkan keadaan.
"Please baby, aku hanya ingin memastikan kekasih ku ini aman sampai kamar," Leonard tak lagi peduli pada Calista yang menurutnya sudah memiliki kekasih. Ia akan tetap memperjuangkannya, baginya sebelum janur kuning melengkung, Calista masih bebas dimiliki oleh siapa pun termasuk dirinya.
"Ayo, kau harus segera mengganti bajumu dan beristirahat," tak ayal penampilan keduanya berhasil mencuri perhatian seluruh penghuni yang sedang melintas. Tak ingin jadi bahan pertontonan Leonard segera melebarkan langkah kaki menuju lift kemudian menolehkan wajahnya pada Calista seolah bertanya dilantai berapa kamu tinggal? Tanpa menjawab justru mengulurkan jemari dengan menekan angka paling atas.
Sudah sepantasnya kalau Calista menempati lantai paling atas di apartement ini mengingat ia adalah putri Kafeel. Dan hal ini pasti karena adanya campur tangan sang kakak tercinta, Calvino Luz Kafeel.
"Jangan lupa segera mandi dan beristirahat yah," sebelum melenggang dari sana segera menghujani puncak kepala dengan kecupan sayang.
"Terimakasih sudah mengantarkanku pulang, hati – hati."
"Pasti baby, masuklah!" Leonard memastikan Calista masuk dulu ke apartement nya sebelum memutuskan melenggang dari sana. Akan tetapi segera mengurungkan niat setelah mendengar keributan. Leonard memutuskan mengintip dari celah pintu yang tak tertutup rapat. Akan tetapi Leonard tak dapat melihat dengan jelas lawan bicara Calista.
"Kemana saja jam segini baru pulang, hah? Kakak mengkhawatirkanmu setengah mati. Ternyata seperti ini kehidupanmu disini, hah? Ternyata keputusan kakak menempatkanmu disini adalah salah besar," sorot matanya menyirat rasa marah sekaligus khawatir berlebih.
"Aku tidak tahu kalau kakak masih disini."
"Jadi kamu berharap kakak kembali ke Jakarta supaya kamu bisa bebas? Begitu maksudmu, hah? Diantar siapa kau pulang?"
Leonard yang berada diluar hanya bisa mendengar samar – samar. Ingin rasanya Leonard masuk dan membela Calista dari kemarahan pria tersebut akan tetapi niatnya tersebut segera ia urungkan. Dengan langkah lebar melenggang dari sana akan tetapi baru beberapa langkah sebuah suara bariton menghentikannya. Leonard segera memutar tubuhnya perlahan untuk melihat siapakah gerangan.
Seketika terperenyak ketika bertatapan dengan sepasang manik abu – abu. Lelaki ini adalah lelaki yang sama yang dijumpainya dilobby beberapa hari kemarin hanya saja untuk saat ini ia bisa melihat dengan jelas. wajahnya sangat mirip dengan Calista, mereka berdua bagaikan pinang dibelah dua.
Satu hal yang terpatri dalam benak Leonard, jika dua insan memiliki wajah yang sangat mirip maka mereka ini jodoh sejati. Seketika dadanya bergemuruh hebat karena terbakar api cemburu.
***
Thanks
Yezta Aurora
KAMU SEDANG MEMBACA
Deuxieme Amour (WEB NOVEL)
RomanceCerita lengkap tersedia di aplikasi WEBNOVEL *** Ketika dua hati saling mengikat janji maka takdir tak akan mampu memisahkan. *** HAPPY READING💖