Chapter 3

80 3 0
                                    


Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora



--

Setelah pintu terbuka segera berlari menghampiri dokter menanyakan keadaan Calista. Dokter segera menjelaskan bahwa Calista harus banyak istirahat dan dijauhkan dari hal – hal yang bisa membuatnya stress mengingat kandungannya sangat lemah.

"Kandungan? Jadi putri ku hamil?" Lirih Dreena. Ia sangat terkejut mendapati Calista hamil berbeda dengan Bram dan juga Calvino yang sudah tahu hal ini sejak awal.

"Apakah kita boleh masuk?" Tanya Calvino dengan tak sabaran.

"Pasien masih harus istirahat total. Hanya satu orang yang boleh masuk."

"Mama saja yang masuk. Tapi ingat ma jangan menanyakan apapun pada Calista." Nasihat Calvino. Sebagai seorang ibu, Dreena tentu sudah paham bahwa telah terjadi hal buruk pada putri tercinta mengingat sikap Bram dan juga Calvino tak seperti biasanya.

Dreena pun segera melayangkan tatapan penuh pertanyaan pada Bram. Menghujani suaminya dengan tatapan tajam, menuntut penjelasan, segera. Tak ada pilihan lain akhirnya Bram menjelaskan tentang kejadian sebenarnya. Semua seperti yang Bram perkirakan karena tubuh Dreena langsung limbung setelah mendengar penjelasannya.

Tak ingin terjadi hal buruk pada ibunya, Calvino meminta ayahnya untuk menenangkan ibunya sementara ia masuk ke dalam ruang perawatan Calista. Lenata yang juga ada disana segera mendekat kemudian memeluk erat Dreena.

"Tante Dreena harus kuat demi Calista."

"Apa kamu juga tahu kejadian ini?" Ucap Dreena dengan bibir bergetar karena bercampur suara isak tangis. Dengan ragu akhirnya Lenata mengangguk.

Setelah dirawat 2 hari akhirnya pihak rumah sakit mengijinkan Calista untuk pulang. Awalnya semua berjalan baik – baik saja sampai akhirnya Jozh datang dan mengguncang emosi Calista. Karena pertengkaran hebat kaki Calista terkilir sehingga jatuh dari tangga.

Calista segera dilarikan ke rumah sakit mengingat kandungannya yang lemah. Sepanjang perjalanan tak henti - hentinya menjerit kesakitan. Calvino yang saat itu sedang berada diluar Negeri segera mengatur penerbangan ke Indonesia.

Sesampainya di rumah sakit langsung berlari melewati sepanjang koridor menuju ruang perawatan Calista. Menghampiri ibunya yang sedang duduk dikursi panjang dengan ditemani ayahnya.

"Apa yang terjadi ma? Gimana ceritanya Calista bisa jatuh dari tangga?"

Tak sanggup berkata – kata hanya air mata yang terus keluar membasahi pipi. Tak lama kemudian tangis Dreena pecah dipelukan putranya. Jemari kokoh Calvino terulur mengusap punggung ibunya dengan penuh rasa sayang. Tatapannya mengunci pada ayahnya menuntut jawaban, segera.

Melihat pintu ruang operasi terbuka Calvino segera berlari menghampiri. Menghujani sang dokter dengan ribuan pertanyaan. Bukannya mendapat penjelasan justru ia diminta segera menemui dokter diruangannya. Jantung Calvino seakan ingin melompat keluar. Satu hal yang bersarang dalam benak Calvino saat ini, pasti sudah terjadi sesuatu yang buruk pada Calista.

"Semua yang terjadi sudah menjadi kehendak Tuhan, kami seluruh tim dokter sangat menyesal karena tidak bisa menyelamatkan janin Mrs. Calista."

Bagaikan tersambar petir disiang bolong itulah yang dirasakan Calvino saat ini. Seketika wajahnya yang tampan diselimuti amarah memuncak. Bram dan juga Dreena pun dibuat bertanya – tanya akan tetapi mereka memilih bungkam karena tak ingin melihat Calista terguncang.

Deuxieme Amour (WEB NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang