tanpa hati #2

333 26 1
                                    

Hujan seakan tak hentinya membasahi tanah tokyo dibulan desember.

.
.
.

Happy reading...

Hati siapa Yang akan merasakan ada remasan tak kasat mata namun menyakitkan bak seribu sembilu Yang menancap di rongga dada manusia.

Tak adakah sebuah plaster Yang bisa menutup luka hingga sesembuh mungkin adakah sebuah benang berdaging Yang bisa menjahit luka dibagian hati Yang terdalam, cinta Yang egois membuat ia lupa dengan tujuan, ia lupa akan hidup didunia untuk apa!

Cinta Yang tak pernah didapatkan, cinta Yang tak mudah didapatkan, cinta Yang tak bisa diungkapkan dengan paksaan tapi cinta bisa diungkapkan melewati hati Yang tulus dan kerelaan Yang pasti menjalar di setiap darah manusia.

Namun bagaimana bisa seakan semuanya berakhir semenyedihkan ini, adakah sandaran bahu untuknya, ia termenung airmata seakan kering dari pelupuk matanya Yang kian mengering. Wajah Yang sembab ia tenggelamkan dilipatan tanganya Yang bertumpu dikedua lutut Yang ia tekuk.kata-kata itu seakan berputar-putar di kepalanya rasa kebas dipipinya masih terasa perih ia tak perdulikan hatinya terlanjur,teramat sakit.

Hujan terus turun dengan derasnya namun ia enggan bangkit dari duduk tersungkurnya dibawah pohon maple, ia tak bisa berdiri kakinya lemas tubuhnya sulit untuk digerakan namun logikanya ingin segera pulang dan mengurung diri.ia ingin berlari namun kakinya seolah terpasung, tatapan nanar pandang Yang begitu amat sendu mata Yang begitu kosong bibir Yang bergetar bergumamkan sebuah nama Yang masih tersemat terukit didalam hatinya sekelebat bayangan beberapa menit lalu seolah menerobos ingatanya Yang kian menajam,tatapan nyalang penuh kebencian serta raut datar dan dingin menghiasi wajah itu membuatnya seakan raganya hilang. .

"Aaaaaaaaaaaaa.... "Ia berteriak kala tatapan mata amethyst yang penuh kebencian tertuju padanya, ia menyentuh kepalanya dengan keras menjambak rambut Yang lepek karna basah akibat hujan Yang semakin deras.

"Hentikann.... Aku mohon hentikan "ia menjerit sekuat tenaga namun bayangan itu tetap sama semakin menajam ingatanya.

"Sudah... Cukup... Aku tak ingin mendengarnya sudah cukup... Hikss"bibirnya bergetar ia menutup kedua telinganya dengan kedua tanganya disisi kepalanya dengan menggeleng keras seolah itu semua bisa ia singkirkan dan menghilang dari ingatanya.

Dengan sekuat tenaga ia berdiri melangkah dengan sempoyongan, tak ada air mata tak ada lagi hati dan tak ada lagi sebuah cinta namun entah mengapa nama itu semakin terukir dengan jelas di dalam hatinya, rasa sesak ia rasakan nafasnya tersedat kepalanya kian menjadi pening pandanganya semakin mengabur namun ia paksakan untuk melangkah beberapa lagi menuju pintu flat-nya.

Kaki mungil itu semakin melangkah terhenti berada di depan flat Yang ia sewa bersama sang bibi, ia menatap pintu kayu itu dengan tatapan nanar.tanganya bergerak untuk membuka pintu itu dengan pelan, ia sudah berada di dalam rumah.

"Tadaima.. "Ucapnya kala sudah di dalam rumah namun kosong seperti tanpa penghuni.

Kepalanya semakin pusing pandanganya kian mengabur, nafasnya seolah kian tak ada.

Bruk...

Tubuhnya itu oleng, ia merasakan tubuhnya sakit terhantam lantai kayu dengan keadaan ia basah matanya terasa berat hingga kegelapan merasuki dirinya.

.

.

.

Satu minggu sudah berlalu ia sudah mamasuki perkarangan THS tempat dimana ia menimba ilmu, langkahnya begitu amat pelan dengan tatapan kosong pikiran Yang berkecamuk ia masih ingat betul saat ia terbangun di lantai kayu dengan keadaan tidak baik-baik saja bahkan ia pun tak menemukan adanya sang bibi samui, ini sudah seminggu entah kemana wanita itu pergi bagaikan tertelan bumi. Ia berusaha untuk mencari kemana sang bibi pergi.

Tanpa Hati ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang