tanpa hati #10

407 19 3
                                    

Rasa bahagia begitu kentara dikeduanya kekuatan cinta seakan membawa keduanya dalam ikatan cinta.

.
.
.

Masih berat rasanya kala kenyataan Yang kini ia hadapi namun tenten tak ada piliham selain diam menikmati bagaimana banyaknya orang menatap dirinya dengan pandangan berbeda, dengan langkah lebar kakinya menuju lemari pakaian dan tangan lainya mengambil sebuah koper.

Dengan laun lamban, tak terasa air mata Yang sudah mengering kini mengalir lagi rasa sesak itu kian hadir kembali, entah bagaimana kenangan masa dimana begitu menyakitkan baginya seakan memaksanya ingat kembali.

Ia sudah mempersiapkan diri, mungkin berlari dari kenyataan itu lebih baik daripada harus menahan as a sakit hati yabg kian bertumpu seakan tak ingin diringankan saja, sekian Lama rasanya ingin sekali pergi namun hatinya seakan memaksa bahwa ia harus tetap disini mengalahkan logikanya Yang ingin pergi jauh.

Ketukan di pintu seakan menyadarkanya dari rasa terpuruk kejadiam dua malam lalu membuatnya goyah untuk menyerah, ia bahkan tak tau jika kekasihnya menghamili perempuan lain yakni teman satu kelasnya lima tahun lalu di ths, yakni tayuya.

Dengan menghapus air mata Yang masih mengalir di pipinya .

Cklek...

"Ino... "Tenten bersuara dengan suara serak.

"Boleh aku masuk"ino meminta izin pada tenten dan di angguki serta melebarkan pintu kayu itu agar ino memasuki kamarnya.

"Ano-, boleh kami juga ikut"langkah ino. Terhenti kala tiga siluet temanya di belakang tubuhnya.

"Hi-hinata, "seakan tak percaya siapa Yang bersuara tenten hanya bisa menundukan kepalanya dan mengangguk pelan untuk mempersilahkan teman masa sekolahnya untuk masuk.

"Arigatou"

Tenten tersenyum tipis dan bergumam pelan.

Lima wanita Yang berbeda warna rambut itu sudah terdududuk di ranjang milik tenten.

"Maaf atas perlakuan tayuya kepadamu"sejak tadi temari hanya diam kini bersuara.

"Tidak apa, aku sudah biasa"jawab tenten sungkan.

"Apa kau akan pergi?  Sepertinya kau sedang menyiapkan kopermu"sakura Yang tadi hanya mengedarkan pandanganya kepenjuru kamar hingga menemukan sebuah koper Yang tergeletak dengan beberapa baju Yang tersusun rapi.

"Hanya ingin saja lagipula tidak Lama lagi tugasku akan segera selesai"jawab tenten dengan santai"maaf kamarku tak seperti kamar tuan putri"lanjutnya.

"Tidak apa, kamarmu tak jauh berbeda dengan kamar hanabi-chan"jawab hinata dengan senyum hangat di wajahnya.

Melihat hinata Yang tersenyum rasa sesal kian hadir menggerogoti hati tenten.

"Hinata, maafkan aku".sesal tenten pada hinata dengan menundukan kepalanya.

Hangat itulah Yang tenten rasakan, kedua lenganya terasa hangat, mata hazelnya mendongak lurus pada siapa Yang menggenggam kedua tanganya lembut nan hangat, mata Hazel nya bersibobrok dengan mata amethyst hinata, mata Yang sama namun berbeda.

Hinata, wanita beranak dua itu menatap tenten dengan lembut serta senyum hangatnya.

"Jangan menyesali semua Yang sudah terjadi, tak seharusnya memikirkan masa lalu Yang sudah berlalu, saat ini seharusnya memikirkan masa depan Yang lebih baik lagi, lagipula orang baik tak selamanya memiliki masa lalu maupun sebaliknya orang jahat tak selamanya memiliki masa depan".ujar hinata dengan teliti takut-takut ia Salah dalam berucap.

Tanpa Hati ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang