🌼Yokohama

111 8 0
                                    

Italic for Japanese ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Italic for Japanese
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Lelaki dengan bibir tebal itu tampak menggerutu kesal karena teman yang sedari tadi ia tunggu tak kunjung datang. Mereka sudah janjian di kafe sekitar setengah jam yang lalu, tetapi temannya yang bernama lengkap Hansuke Ryoma itu tak kunjung datang. Dengan kesal, Hyunjin ─lelaki yang tengah menunggu itu─ langsung menelpon temannya itu. Lima menit kemudian, barulah temannya itu menunjukkan batang hidungnya.

“Maaf, Hyunjin-kun, tadi jalanannya macet banget, kamu udah lama nunggu?” dengan tampang bersalah, Hansuke langsung berkata cepat pada Hyunjin. Hyunjin sendiri hanya bisa menghela napas dan mengangguk, mengatakan tidak apa-apa walaupun sebenarnya ia sudah menahan amarah daritadi.

“Soal tugas, aku udah ngerjain sebagiannya. Kamu tinggal sisanya, aku ngajak kamu kesini cuma buat diskusi sedikit, biar pas presentasi kamu gak bingung” ujar Hyunjin yang dianggukki rekannya itu.

Mereka mulai berdiskusi, dan menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk itu. Setelah selesai, Hyunjin memilih untuk pamit duluan dengan alasan ingin mencuci baju, padahal sebenarnya ia hanya tak betah berlama-lama duduk dengan orang lain.

Selama perjalanan pulang dengan kereta, Hyunjin hanya diam. Menelaah kejadian hari ini. Tak ada yang spesial. Hari-hari Hyunjin sama setiap harinya, bangun, sarapan, kuliah, mengerjakan tugas, pulang, tidur. Tak ada yang berkesan, selain karena dirinya yang tak terlalu suka bergaul, ia memang suka sendiri. Tak mau terikat apapun, baik dalam pertemanan maupun percintaan.

Ia sedikit terkesiap ketika ponsel ditangan tiba-tiba berdenting, notifikasi dari kalendernya.

‘Peringatan kematian Ayah’

Hyunjin mendesah pelan. Merutuki betapa bodohnya dirinya yang lupa menghapus agenda tahunan itu dari ponselnya. Lalu tiba-tiba, ponselnya bergetar panjang, menandakan panggilan masuk. Ia hanya memandangi layar ponselnya, tak berniat mengangkatnya hingga akhirnya panggilan itu mati sendiri. Tak lama kemudian malah masuk sebuah pesan.

From : Ibu
Hyunjin-ah, kapan kamu pulang?Ini sudah 2 tahun.

Hyunjin hanya menghela nafas kasar. Suara pengeras di kereta mengingatkannya untuk bangkit karena dia sudah tiba di stasiun tujuannya. Dari stasiun menuju rumahnya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit dengan berjalan. Dalam perjalanan itulah hatinya menimang-nimang. Haruskah ia balas pesan ibu nya? Atau lebih tepatnya, haruskah ia kembali?

Berdecak, Hyunjin memilih menelpon ibunya. Untuk pertama kalinya selama dua tahun ia tinggal di Jepang.

“Berhenti menghubungiku” kata Hyunjin sesaat sambungan itu diangkat. Ia tak peduli jika ia dianggap durhaka, karena dari awalpun dia memang sudah jadi anak durhaka.

“Hyunjin, ibu kangen, ibu mohon pulanglah” ujar ibu nya diseberang sana. Tapi Hyunjin hanya menghela nafas kasar.

“Aku ga akan pulang, jangan tungguin aku lagi, dan hiduplah bahagia, gak usah pedulikan aku.” katanya kemudian. Hyunjin bisa mendengar dengan jelas bahwa ibunya itu tengah menangis disana. Tapi Hyunjin rasanya tak ingin peduli soal itu, karena bagi nya pun ibu nya sudah tak peduli lagi padanya. Hyunjin baru saja hendak memutuskan sambungan itu kalau saja ibu nya tidak berkata,

“Yeji sakit Hyunjin, dia pengen ketemu sama kamu” Hyunjin merasa jantungnya berhenti berdetak saat itu juga. Jujur, ia rindu rumahnya. Satu-satunya alasan kenapa dia merindukan rumahnya, hanya Yeji, saudara kembarnya. Bagaimana ia sekarang ya? Apakah masih galak?

Hyunjin lama terdiam hingga suara diseberang telfon itu berubah menjadi suara adik kembarnya.

“Kak?” suara lemah Yeji itu membuat Hyunjin yang tengah ingin membuka pintu rumahnya itu terkesiap. Dua tahun, dua tahun ia tak mendengar suara itu. Hampir saja air matanya jatuh kalau ia tak pandai menguasai diri.

“Lo sakit?” Hyunjin bisa membayangkan anggukan lemah adiknya disebelah sana. Ia hanya bisa menghela nafas, tak tau mau berbuat apa.

“Maaf, tapi gue gak bisa pulang” katanya. Hyunjin bisa mendengar suara tangis adiknya, tapi ia berusaha untuk tidak peduli dan memilih masuk ke dalam rumah setelah beberapa menit hanya diam di depan pintu.

“Kenapa? Kakak udah gak sayang lagi ya sama Ayah? Sama Ibu? Sama gue?” tanya Yeji pelan. Hyunjin hanya menghela nafas kasar.

Makanya ia benci mengangkat telpon dari keluarganya, karena mereka pasti akan menanyakan alasan kenapa ia pergi, tak ingin kembali ke tanah kelahirannya. Ia benci rumahnya yang dulu. Rumahnya tanpa seorang Ayah. Ayahnya kini sudah pergi, pergi dengan rasa kecewa yang teramat besar, dan Hyunjin lah kecewa Ayahnya.  Ia menggigit bibir bawahnya keras, berusaha menahan tangisannya yang sangat ingin tumpah.

“Gue gak bisa Yeji, maaf. Jaga diri baik-baik, bahagialah tanpa gue. Cepat sembuh” lalu Hyunjin memutuskan untuk mengakhiri panggilan itu sepihak.

Dirinya merosot di depan pintu, tubuhnya lemas mendengar isakan tertahan Yeji di Korea sana. Tapi dirinya tak bisa kembali, ia tak mau, dan tak akan kembali. Ia mengecewakan Ayah yang begitu mencintainya, Ayahnya pergi karenanya. Apa yang Hyunjin harapkan? Ayahnya memaafkannya? Tak bisa, ayahnya sudah pergi lebih dulu menghadap Tuhan, meninggalkan Hyunjin dengan begitu banyak penyesalan di dada. Ibunya pun, sudah membuangnya, menganggap Hyunjin lah yang menyebabkan kematian sang suami, lalu apa yang Hyunjin harapkan jika ia kembali? Sebuah pelukan? Dirinya di maafkan dan dianggap anak kembali? Hal itu hanya mimpi yang tak akan terwujud.

Hyunjin menyeka air mata yang sedari tadi turun deras membanjir kedua pipinya. Ia beranjak dari tempatnya dan menuju kamarnya, berusaha untuk menguasai diri. Tidak, ia tak boleh goyah hanya karena hal ini. Ia pindah ke Jepang karena dia ingin memulai kehidupan baru yang layak, tanpa keluarga, tanpa teman, tanpa pendamping.

Ia akan hidup sendiri

Semaunya.

Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hehe. Ga ada yang baca dong:(

btw, Hyunjin itu tinggalnya di Yokohama, tapi kuliahnya di Tokyo, which is pake kereta itu cuma 17 menitan.

Kenapa aku pilih Yokohama? karena emang aku gak mau bikin mereka semua tinggalnya kayak di pusat kota gitu, soalnya.. ya terlalu klise aja kyknya kalo tinggal di ibukota negaranya kan wkwk.

Hm, gitu aja sih. Vote nya jangan lupa!

Hara🌼

AIRPLANE // SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang