Bang Chan, lelaki dengan kulit pucat itu memperhatikan jendela disampingnya nanar. Pikirannya melayang-layang, ia melamun hingga gadis yang duduk dihadapannya mengguncang pelan bahu tegap miliknya barulah ia tersentak dan kembali memperhatikan gadis itu.
“are you okay Chris? Kalo sakit lo boleh gak kerja dulu kok” perempuan itu menatap Chan khawatir. Tapi Chan hanya menggeleng, mengatakan ia baik-baik saja.
“Gue gapapa kok Annie, cuma lagi banyak pikiran” perempuan yang bernama Annie itu mengangguk dan menyerahkan seragam khas kafe kepada Bang Chan.
Ia kemudian menepuk pundak Chan dua kali dan beranjak ke ruangannya. Chan memperhatikan seragam itu lamat-lamat, ini pekerjaan paruh waktu yang ke-berapa ya? Ia tidak ingat sama sekali. Tapi daripada memikirkan itu lebih baik ia memikirkan soal makan apa dia besok? Uangnya cukup tidak ya untuk naik bus pulang ke rumah?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengusik pikiran Chan selama ia tinggal disini selama dua tahun lamanya. Tapi ia tak punya pilihan selain hidup seperti ini. Maka ia harus berusaha keras. Daripada dia mencuri, lebih baik dia bekerja serabutan seperti ini.
Semangat Chris, kamu bisa lewatin ini
Ia kemudian mengganti pakaiannya dan berjalan menuju meja kasir.
Saatnya bekerja.
Chan menghela nafas berat. Kakinya pegal bukan main. Ia berjalan cukup jauh untuk tiba dirumahnya setelah selesai bekerja disalah satu restoran cepat saji. Uangnya habis untuk sekadar membeli makanan ringan, selebihnya ia putuskan untuk ditabung saja daripada ia gunakan untuk naik kendaraan.Ia tiba di apartemen kecilnya. Menghela nafas lega, ia memutar kunci dan masuk ke dalam dengan wajah bahagia. Ia tak boleh lelah saat pulang kerumah, harus tetap positif. Itu yang ayahnya ajarkan.
Kangen papa.
Chan langsung mandi dan berganti pakaian kemudian merebahkan diri diatas kasur usangnya. Ia menggunakan lengan kanannya untuk menutup mata. Pikirannya melayang-layang ke berbagai hal. Pekerjaannya, masa lalunya, masa kecilnya yang begitu indah. Ah musiknya, ia tiba-tiba saja beranjak dan membuka laptopnya yang ada di nakas. Hasil tabungannya selama bertahun-tahun ia melalang buana. Rumahnya.
Matanya menatap layar dengan antusias, mengambil MIDI dan mulai menekan tuts-tuts itu menciptakan melodi baru. Di laptopnya mungkin ada sekitar 20 track yang masih kosong, belum ada melodi, lirik, dan suara nyanyian. Ia ingin sekali menulis lirik, tapi tubuhnya lelah, dan tak sanggup berpikir. Tapi saat berjalan pulang tadi, mulutnya tiba-tiba menyenandungkan melodi maka ia harus cepat-cepat membuatnya.
“Hmm, andai saja aku bisa menemukan seseorang yang bisa melakukan rap, pasti track ini akan sangat luar biasa” Chan bergumam pelan. Ia kemudian menghela nafas dan menutup laptopnya.
Ia sudah tinggal di Pennsylvania selama dua tahun, selama itu ia tak punya teman yang memilik hobi yang sama dengannya. Bahkan temannya pun bisa dihitung jari. Annie, sang pemilik kafe, dan Robert rekan kerjanya di restoran cepat saji. Ia terkekeh pelan, menyayangkan hidupnya yang begitu sepi.
Ia berbaring dan memainkan ponsel nya dalam diam. Hanya melihat-lihat, tak ada yang menarik. Tak ada yang bisa dilihat. Ia kemudian memilih untuk mematikan ponsel dan bersiap tidur.
Semoga besok adalah hari yang baik.
Pendek ya:"
Karena jujur aku gak tau mau bikin konflik batin chan kayak apa:"
Btw, dah kelar nih chap perkenalannya hehe.
See you in the next chap!
Hara🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRPLANE // SKZ
FanfictionThey learn about being family on their journey presented to you by eoseosipsio, 2020 《A I R P L A N E》 ⚠SKZ, Stray Kids ⚠Bromance ⚠Some parts contain harsh words ⚠There's OC here ⚠Don't like it? Just go away.