15. Dignity

7.5K 831 615
                                    

"Haerin-ssi?"

Kim Namjoon datang kembali, berdiri dengan gagahnya di depan Haerin yang sangat ketakutan. Haerin tak mampu lagi melawan rasa takutnya hingga seluruh keringatnya keluar membasahi tubuhnya. BYUR, dia memejamkan matanya begitu cairan yang amat licin mengguyur tubuhnya dengan tiba-tiba.

Haerin mengusap wajahnya dan berusaha membuka matanya untuk melihat Namjoon yang semakin mendekat padanya. Tubuhnya basah oleh minyak yang kini terus menetes ke bawah. Namjoon mengeluarkan korek api dari dalam sakunya lalu menyentikkannya.

"Haerin-ssi, kau memang bebas namun tubuhmu tetap sudah ternoda," Namjoon mendekatkan api dari korek itu ke wajah Haerin, "Kau ternoda karena dosa yang telah mereka tuai. Air tak bisa membasuh minyak. Lebih baik kau bakar saja tubuhmu ini hingga menjadi abu. Dengan begitu, kau bisa dibersihkan."

Haerin mundur beberapa langkah ke belakang, masuk dalam lorong tanpa ujung yang amat gelap. Dia sadar jika pakaiannya telah lenyap. Tubuhnya penuh minyak tanah dan tak lagi memakai sehelai pun pakaian. Dia terkejut begitu ada tangan yang mencoba menyentuhnya. Haerin menutupi tubuhnya dengan tangannya, melindunginya dari banyak tangan yang ingin menyentuhnya.

Disini gelap, ia tak mampu melihat siapapun selain tangan-tangan nakal yang berusaha terus menggapainya. Dua tangan tiba-tiba memegang pinggangnya dari belakang dan menggesekkan sesuatu yang amat dingin di bagian belakangnya. Haerin langsung berlari sembari menangis.

Dia sangat ketakutan.

Bruk, dia jatuh ke tanah yang penuh dengan abu hitam. Haerin menyeret tubuhnya kebelakang kala tangan-tangan tanpa badan itu terus menggapainya. "Jangan-"

Dia menangis, "Jangan sentuh aku. Aku mohon jangan!"

"Tidak!" Sret, salah satu tangan menarik kakinya ke depan. Haerin langsung meraih apapun di depannya agar tubuhnya tak terseret kembali ke dalam kegelapan. Dia berhasil memegang sebuah benda dan mencengkeramnya erat.

Sret, tangan-tangan itu mulai meraih kedua kakinya. Haerin tetap berpegangan pada benda yang tak nampak di matanya. Sekali lagi, dia tak bisa melihat apapun selain tangan-tangan pucat yang terus menggerayangi tubuhnya. Sebagian tubuhnya sudah ditarik masuk dalam tangan-tangan yang amat banyak itu. Beberapa dari tangan itu mulai mendekat ke arah bagian sensitifnya hingga membuat Haerin terus menendangnya.

Dia melihat ada cahaya di depannya. Cahaya itu berasal dari sebuah korek yang disodorkan tangan lain yang berada di depannya.

Haerin tanpa pikir panjang lagi langsung mengambil koreknya, menyentikkannya hingga api mulai menjalar di tubuhnya yang sudah berlumuran minyak. Ia lebih baik mati dibanding kehilangan harga dirinya lagi. Haerin menahan rasa panas di sekujur tubuhnya yang mulai terbakar.

Dia kesakitan, "Panas-"

Sakit sekali.

"Haerin." satu suara memanggilnya dengan keras sampai membawa Haerin pada kenyataan. Dia membuka matanya. Mengerjapkan matanya berkali-kali karena air mata menutupi pandangannya. Tubuhnya bergetar hebat dengan keringat membasahi pakaian rumah sakit yang dikenakannya. Haerin langsung melihat ke samping dan menemukan seseorang sedang melihatnya cemas.

"J-Jung-" Haerin agak terkejut karena melihat Jungkook sudah kembali. Tadi sebelum tidur, Haerin sempat dengar jika pesawat Jungkook akan ditunda dan kemungkinan suaminya itu akan datang besok.

"K- Kau-" Haerin memegang tangan Jungkook tak percaya. Dia takut ini hanya halusinasi atau mimpinya saja.

"Sayang, ini aku. Aku kembali dan disini bersamamu," Jungkook tersenyum manis. Suara Jungkook sangat lembut serta begitu nyata untuk masuk dalam telinga Haerin yang sangat sunyi.

COMMA : Forbidden Affair [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang