5. El Vecino

8.6K 955 409
                                    

"Selamat datang, Taehyung-ssi," Jungkook masih menahan pintu agar tetap terbuka, "Maaf kami belum sempat merapikan beberapa barang jadi agak berantakan."

Taehyung menggandeng Gulmi untuk masuk ke dalam dan ia melihat begitu banyak box yang berserakan di setiap sudut rumah Haerin dan Jungkook. Pria itu sangat sopan, dia menggeleng sedikit sembari melihat Jungkook, "Tak apa, Jungkook-ssi. Tetapi jujur saja interior rumah ini sangat bagus."

"Ini ide suamiku, Taehyung-ssi," Haerin melirik Jungkook yang berdiri tak jauh darinya. Sejak tadi Haerin masih berdiri di tempatnya berpijak. Ia baru akan jalan setelah Taehyung membelakanginya atau berjalan duluan. Haerin sangat malu jika Taehyung, tetangga barunya itu melihat jalannya yang agak memgangkang. Jujur saja, selangkangannya masih sakit.

Tak berbeda jauh dari Haerin, Jungkook juga tak bergeming dari tempatnya. Dia menyadari yang dirasakan Haerin, dan membuatnya sedikit merasa bersalah. Setelah melihat Taehyung dan Gulmi sudah berjalan lebih masuk ke dalam, Jungkook menutup pintunya.

"Masih sakit?" tanya Jungkook pelan.

"Lebih baik kau temani dia ke ruang makan. Aku malu jika sampai tetangga baru kita sadar apa yang baru kita lakukan."

Jungkook mengangguk, "Tapi buat jalan masih sakit?"

Haerin mengangguk.

"Kau terlihat sangat pucat Haerin-ssi, sedang sakit atau-" Taehyung sudah berbalik dan melihat Jungkook yang sedang memegang lengan Haerin.

"Aku hanya kelelahan, Taehyung-ssi," Haerin tersenyum padanya lalu mulai berjalan seperti biasa namun sakitnya masih saja membuatnya tak nyaman hingga Jungkook menuntunnya.

"Istriku baru saja jatuh, kakinya agak lebam jadi sedikit sulit berjalan," Jungkook berbohong. Pria itu tak ingin istrinya menanggung malu atas perbuatannya, jadi ia terpaksa berbohong.

Taehyung memperhatikan Haerin yang berjalan dengan perlahan.

"Bibi kakinya sakit ya?" tanya Gulmi.

"Iya, sayang," Haerin mengusap rambut Gulmi.

"Eommaku juga dahulu sering seperti itu. Tapi dia tak jatuh, lalu saat pagi-pagi kulihat jalannya seperti itu. Benar kan, Appa?" Gulmi mendongak untuk melihat Taehyung.

"Oh iya, Taehyung-ssi. Istrimu-" Jungkook menanyakan itu pada Taehyung namun belum sempat menyelesaikan ucapannya, Taehyung langsung membuka mulutnya.

"Dia sudah tak ada, Jungkook-ssi. Meninggal tepat satu tahun yang lalu." Taehyung mengambil napasnya, dia membuangnya secara perlahan. Disana Haerin bisa melihat satu kesedihan yang amat mendalam pada diri Taehyung. Seberapa keras Taehyung menyembunyikannya, tetap saja terlihat jelas jika kepergian istrinya meninggalkan luka mendalam pada dirinya.

"Maaf," Jungkook menunduk, "Aku tak tahu."

"Tidak apa-apa," Taehyung mengeluarkan senyumnya lagi, dia menggandeng Gulmi, "Oh iya, kalian hanya tingga berdua disini?" Mencoba mengalihkan topik.

"Iya," Jungkook masih memegang lengan Haerin dan menuntunnya secara perlahan untuk berjalan menuju ruang makan, "Hanya kami berdua."

Drtt.

Jungkook berhenti, melihat ponselnya dan ia mendapat satu panggilan dari atasannya. Jungkook ingin mematikannya namun ia sedikit ragu.

"Angkat saja, Jung."

Jungkook melihat Haerin dan Taehyung, "Aku akan mengangkatnya sebentar," dia menempelkan ponsel di telinganya. Sepenting apapun itu, Jungkook tak ingin meninggalkan Haerin hanya untuk mengangkat telepon. Dia juga sangat terbuka pada Haerin, tak menyembunyikan apapun. Jadi Jungkook sering menjawab teleponnya di depan Haerin.

COMMA : Forbidden Affair [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang