8. Poignant

9K 988 640
                                    

Haerin POV
.
.
.

Aku tadi sempat mengecek cctv di rumahku agar aku tahu yang terjadi malam kemarin namun rekamannya sudah dihapus Jungkook. Aku juga tak tahu apa maksudnya ia menghapus itu. Kini aku kembali lagi ke rumah Taehyung. Aku kesana hanya ingin mengecek cctv di rumahnya lalu memastikan jika memang semalam aku tak melakukan apapun dengannya.

Tetapi begitu rekamannya diputar, aku melihat Taehyung sedang menuntunku yang berjalan sempoyongan dari halaman belakang menuju ruang tengah. Kami memang mabuk saat itu dan tak sadar apa yang kami lakukan hingga Taehyung menjatuhkan aku diatas sofa, membuka seluruh pakaianku lalu mulai melakukan hal gila itu. Semua itu terlihat cukup jelas hingga membuatku merinding dan aku pun disana sangat menikmatinya. Setiap hantamannya, aku selalu melenguh dan tak henti menciumnya.

Tidak. Itu juga mustahil. Aku tak bisa terangsang sedikitpun walaupun aku sedang dalam keadaan mabuk sekalipun. Tak lama kulihat pintu terbuka dan Jungkook datang. Dia menarik Taehyung agar menjauhiku lalu menonjoknya selama berkali-kali hingga Taehyung yang saat itu masih mabuk tersungkur dilantai. Setelah itu Jungkook menarikku untuk keluar dengan sangat kasar.

"Maafkan aku, Haerin-ssi." Taehyung yang berdiri di sampingku langsung mem-pause video rekamannya.

"Aku tak mabuk, Taehyung-ssi," aku masih menyangkalnya. Kulihat Taehyung, "Kau sendiri yang memintaku untuk pergi namun tiba-tiba Gulmi datang dan kau memintaku untuk memaninya tidur. Aku di kamar Gulmi semalam, mengunci pintunya dan bagaimana bisa di rekaman ini aku ini mabuk?"

"Di rekaman ini tak ada Gulmi, Haerin-ssi."

"Tapi aku bersama Gulmi." Aku tetap mengeyel padanya. Semua yang aku alami semalam memanglah seperti itu dan perlu digaris bawahi aku tak minum, apalagi sampai mabuk.

"Kau bisa tanyakan padanya," Taehyung melihat Gulmi yang sedang bermain dengan tab miliknya, "Sayang, kemarilah. Appa mau kau jawab sesuatu."

Gulmi segera meletakkan tab dan berjalan menghampiri kami. Mata bulatnya melihatku lalu kembali pada ayahnya. "Iya, Appa?"

"Semalam kau tidur bersama Bibi Haerin?"

Gulmi melihatku sekali lagi, ia menggeleng, "Aku tidur sendiri. Memang Bibi datang ke rumah kita semalam?"

"Gulmi," Aku memegang tangannya, "Semalam Bibi datang ke kamarmu, bercerita banyak padamu lalu kita makan permen coklat."

"Permen coklat?" Taehyung melihatku dengan bingung, "Gulmi memiliki masalah dengan giginya, selama ini aku tak pernah mengizinkannya memakan permen coklat apalagi malam-malam, Haerin-ssi."

Aku tetap melihat Gulmi, "Gulmi-"

"Aku tak bisa makan permen coklat malam-malam, Bibi. Gusiku pasti akan langsung membengkak jika aku melakukannya dan aku tak bisa berbicara sekarang."

"Kau kan gosok gigi-"

"Haerin-ssi," Taehyung melihatku, "Gusi Gulmi tetap akan membengkak jika dia mengonsumsi permen coklat di malam hari walaupun ia nanti ia akan menggosok giginya."

Ini membuatku frustasi setengah mati. Aku menutup wajahku dengan telapak tangan dan mencoba untuk mengambil napas dengan tenang. Aku membukanya, menghela sangat panjang, "Jadi semalam itu hanya halusinasiku?"

"Kau itu minum denganku di halaman belakang. Sayang sekali aku tak meletakkan cctv disana jadi tak bisa merekam kejadian itu," Taehyung berlutut di depanku, dia menunduk, "Maafkan aku, Haerin-ssi."

Jika sudah begini siapa yang harus disalahkan?

Tentunya diriku sendiri. Ck, sialan.

"Taehyung-ssi, lebih baik kita lupakan malam kemarin jika memang itu terjadi. Anggap saja hal itu tak pernah terjadi antara kita. Lagian juga kita mabuk," aku mengambil napasku, "Kita tak merasakan apapun." Jujur saja, dalam diriku tetap beragumen hebat jika aku tak melakukan hal gila itu dengan Taehyung.

COMMA : Forbidden Affair [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang