16. Sensational

13.9K 908 892
                                    

MC⚠️
.
.
.

"Kau belum makan sejak pagi kan?"

Haerin menidurkan kepalanya di lengan Jungkook. Jemarinya bergerak menyusuri dada Jungkook yang hanya ditutupi kaus hitam tipis. Sekarang mereka tengah tidur bersama di atas ranjang rumah sakit yang sempit.

Makin sempit, makin dekat, dan makin hangat, itu yang dirasakan Haerin sekarang. Tubuh Jungkook sangat hangat, mampu membuatnya merasa nyaman. Haerin sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat Jungkook yang memperhatikan layar televisi dengan tatapan kosong. Suaminya itu melamun.

"Jeon," Haerin memelintir nipple Jungkook yang menyembul sedikit dari balik kausnya.

Jungkook sadar jika istrinya kesal karena dia mengacuhkannya sejak tadi. Ia memiringkan badannya ke arah Haerin, kakinya sengaja ditekuk untuk menahan lapar di perutnya. Jungkook memegang pinggang ramping Haerin dan mengusapnya dengan lembut, "Aku sudah kenyang. Tidur Hae, sudah malam. Kau harus istirahat," cup, Haerin mendapat kecup hangat di keningnya.

Jungkook ikut memejamkan matanya agar Haerin melakukan hal yang sama.

"Aku tahu dirimu," Haerin berbicara lagi dan Jungkook langsung membuka matanya. "Sudah malam. Kau harus makan atau nanti sakit, Jung."

Ini sudah pukul 8, Jungkook enggan meninggalkan Haerin sendirian jadi dia menahan rasa laparnya.

Pria itu tertawa, "Aku akan makan jika kau sudah tidur."

"Kenapa menunggu untuk tidur dulu?"

"Pertama," Jungkook mencubit gemas pipi Haerin, "Aku tak akan meninggalkanmu sendirian lagi." Tentu saja tak mau. Jungkook takut Haerin mengamuk dan mencelakai orang lagi.

Jungkook itu percaya pada dusta Seokjin. Dia belum tahu kejadian sebenarnya dimana kakaknya itu adalah musuh dalam selimut yang mencoba menyerangnya secara diam-diam. Jungkook sempat curiga sebelumnya, namun dia tak memperpanjang masalahnya karena Jungkook sudah lelah dengan hidupnya sendiri.

Ia tak lagi memiliki gairah dan asanya kadang terombang-ambing di tengah badai kencang hingga hampir saja putus. Jungkook tak mau menambah garam dalam lukanya. Ini sudah cukup menyakitkan bagi dirinya begitupu  Haerin. Maka itu, cukup sampai sini saja. Ia tak ingin ada masalah baru lagi.

"Kau bisa pesan online dan makan disini," ucap Haerin.

"Jika aku makan disini, kita harus makan bersama. Aku tak mau kau hanya menonton."

Haerin membasahi bibirnya yang sedikit kering, "Mulutku masih hambar dan tak enak untuk makan. Aku juga suka mual setelah makan. Sepertinya aku terlalu stress jadi maagnya kambuh," beberapa kalimat Haerin lontarkan agar bisa meyakinkan suaminya, "Bubur tanpa rasa saja sudah cukup untukku saat ini."

"Kau makan makanan tanpa rasa. Bagaimana aku bisa makan enak? Tak adil, Hae."

Ck, romantisnya sialan, batin Haerin kesal sendiri.

Haerin mengambil ponsel Jungkook yang tergeletak di dekat bantal. Ia membuka aplikasi untuk memesan makanan secara online. Ceklis, ceklis, dan ceklis. Setuju. Menunya sudah masuk dalam keranjang pesanan. Ia tinggal memilih order namun Jungkook merebut ponselnya kembali. 

"Jeon-"

"Kedua," pria itu melanjutkan pernyataan yang sempat tertunda, "Kau ini tak bisa ditebak. Tak terduga. Bisa melakukan hal apapun tanpa persetujuan dan sepengetahuanku."

Ponselnya dimatikan.

"Jung, ayolah! Jangan kekanakan," Haerin berusaha merebut kembali ponsel itu tapi Jungkook menahan lengannya saat ia berada di atas tubuh suaminya. Haerin melihat kebawah, ia memperhatikan wajah Jungkook. Mata Jungkook menuju dadanya yang sedikit tersingkap

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COMMA : Forbidden Affair [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang