Part 8

614 23 2
                                    

Vio telah tiba di Cafe tempat ia dan Anin janjian untuk bertemu.
Vio duduk dan melihat sekeliling. Matanya memicing melirik objek yang jaraknya tak jauh darinya.
"Waduh...." Vio mengucek matanya.
"Gak salah lihat ini gue kan?? Duhh... Mampus! Ada polisi itu lagi.."umpat Vio saat matanya menangkap sosok Hanan di sana.
"Permisi mbak... Ingin pesan apa?" ucap Pelayan itu sambil memberikan daftar menu. Vio mengalihkan pandangannya ke daftar menu tersebut.
"Avocado juice sama chicken nugget aja" ucap Vio.
"Baik, mohon bersabar menunggu"
Vio acuh. Ia kembali fokus pada Hanan. Wajah Hanan terlihat jutek, kesal, datar.
"Tuh polisi mukanya gak ada senyumnya perasaan." gumam Vio.
"Woi!" Tiba-tiba Anin datang dan mengagetkan Vio.
"Eh goblok goblok.." latah Vio karena terkejut.
"Hahahah... Kenapa lo? Kaget gitu" tawa Anin.
"Sialan lo ngagetin aja" kesal Vio.
"Hahah lagian lo sih serius banget. Ngelihatin apa sih?" ucap Anin akan memutar lehernya menatap objek yang dilirik Vio namun gagal.
'Kalau Anin lihat, gawat nih... Gue harus lakuin sesuatu.' Batin Vio.
"Eh eh gak kok gak... Lo mau pesan apa?" alih Vio.
"Ah iya haus banget gue... Milk shake deh Vi.." ucap Anin.

.....

Hanan menikmati cappucino nya. Ia menatap sekeliling cafe dan matanya terhenti pada objek yang sedang berbincang-bincang.
"Anin?? " gumam Hanan menatap Anin dari kejauhan.
"Apa dia hanya memiliki satu orang teman? Mereka slalu berdua ke sana kemari.." ucap Hanan sambil memanyunkan bibirnya. Tiba-tiba tatapannya menjadi amarah saat sesuatu terjadi.
Di sana, seseorang menghampiri meja Anin dan Vio.
"Anin??" ucap orang itu. Anin dan Vio pun mengalihkan fokus pada sosok yang baru datang.
"Lah? Pak dos.." cuek Anin.
"Ha-hai pak Radit.." gugup Vio. Radit tersenyum puas.
"Halo Vio... Hai nin" ucap Radit ramah.
"Ngapain?" tanya Anin.
"Oh, tadi kebetulan saya lewat terus mampir ke sini." bohong Radit.
"Oh.." cuek Anin dan kembali menyeruput minumannya.
"Boleh saya gabung?" tanya Radit.
'Duhhh mampus... Ngapain lagi pak Radit pakai join sama gue dan Anin.. Malah di sana ada pak polisi itu lagi...'Batin Vio.
"Terserah" cuek Anin.
"Ok thank you.." Radit langsung duduk. Ia memesan minuman dan tak lama minumannya datang.
Terlihat wajah Hanan mulai memerah karena emosi.
"Sialan!! Gue rasa dia emang mau ngerebut hati Anin!" emosi Hanan.
"Gue gak akan pernah biarin itu terjadi!" geram Hanan.
Sementara, Vio mengetahui bahwa Hanan tengah menahan emosinya kala melihat Radit bergabung di meja mereka.
"Nin.." ucap Radit.
"Hm?" balas Anin tanpa melihat Radit.
"Saya minta maaf ya"
"Ngapain?"
"Karena waktu itu saya sempat mengabaikan kamu"
"Gak penting"
"Tapi penting bagi saya... Maaf ya karena udah buat kamu marah."
"Hm"
"Kamu mau maafin saya kan?"
"Hm"
"Nin?"

"Apa pak?" kesal Anin.

"Kopi saya pahit banget."

Anin melirik Radit.
"Lah terus?"

"Saya butuh senyum kamu supaya kopi saya jadi manis. Bisa kan?"

"Halah basi."

"Saya gak pernah lihat kamu senyum nin."

"Emang."

"Bisa saya tahu senyum kamu?"

"Gak."

"Kamu tega biarin saya minum kopi pahit ini dengan raut wajah kamu yang terus datar gitu?"

"Saya emang begini dari lahir pak."

"Nilai kamu saya kasih A. How?" Adit bertanya sembari menaik-turunkan alisnya dengan senyum.

Spontan Anin tersenyum.
"Nah kalau itu bisa dong," ucapnya dengan senyum yang menampilkan rentetan giginya.

Radit menyeruput kopinya.
"Kopinya manis nin."
"Eh?"
"Iya kan minumnya sambil lihat senyum kamu.. Heheh"
"Uhuk uhuk...." Vio berusaha memecahkan suasana.
"Eh vi minum" panik Anin.
"Iya nin"
"Pak tahu gak?" Anin
"Apa nin?"
"Saya gak suka gombalan."
"Kenapa?"
"Karena cowok yang suka kasih gombalan itu biasanya gak setia sama satu perempuan. Saya gak suka"
"Saya bukan lelaki yang seperti itu nin"
"Saya tetap gak suka. "
"Okay maaf.."
"Hm... Saya lebih menyukai lelaki yang menguasai isi Al-Qur'an.. Setidaknya dia hafal puluhan surah"
Radit terdiam.
"Maaf saya belum bisa menjadi yang seperti itu." lirihnya.
"Lah gak apa-apa kali pak.. Semoga nanti bapak jodohnya adalah perempuan yang bisa terima bapak apa adanya. Yang bisa bantu bapak untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik."
"Aamiin... Kamu."
"Eh??"
"Gak nin canda heheh"
"Kok bapak beda?"
"Apanya?"
"Sikapnya"
"Karena kamu"
"Ah bercanda bapak..."
"Serius... Bantu saya untuk bisa menjadi lebih baik ya..."
"Jangan saya pak"
"Kenapa?"
"Saya bandel... Mungkin penampilan saya memang good looking tapi sikap saya belum sebaik penampilan saya."
"Saya yakin bahwa hati kamu lebih baik dari penampilan kamu"
"Enggak pak. Saya aja suka ngelawan Mama sama Papa.. Suka ngebut kalau bawa motor. Suka ngelawan dosen. Kalau ngomong gak bisa dijaga. Kalau senyum susah banget. Pokoknya saya gak baik."
"Setiap orang bisa berubah menjadi lebih baik melalui beberapa proses. Dan saya percaya, perlahan kamu bisa merubah sikap kamu sebaik penampilan kamu."
"Aamiin In Syaa Allah"
Radit tersenyum.
"Gue kayak nyamuk ya..." gerutu Vio.
"Hahah ya lo nimbrung ngomong juga dong." tawa Anin.
"Yee mau gimana? Lo berdua asyik banget ngobrolnya."
Di lain sisi, Hanan sudah tak tahan lagi melihat perempuan yang ia cintai dan do'akan di sepertiga malam begitu akrab dengan saingan nya. Ia berdiri dari duduknya dengan emosi. Sebelumnya, ia meletakkan selembar uang lima puluh ribu di atas meja untuk membayar pesanannya.
Ia berjalan menghampiri meja Anin.
"Anin!" tegas Hanan.
"Polsogan?" kaget Anin.
"Pak Hanan..." lirih Vio.
Radit hanya cuek menanggapi kehadiran Hanan.
"Ngapain kamu di sini?" Hanan.
"Ketemuan sama Vio" jawab Anin jujur.
"Vio atau dia?" sinis Hanan melirik Radit.
"Vio! Apasih?!" kesal Anin.
"Kenapa ada dia di sini?"
"Kepo banget sih pak"
"E... Pak Radit gak sengaja mampir ke sini pak" Vio.
"Halah modus." sinis Hanan.
"Halah lo sendiri ngapain di sini?!" balas Radit tak kalah sengit.
"Gue memang nongkrong dari tadi di sini." Hanan.
"Bullshit!"
"Pak bener kok tadi pak Hanan emang udah ada di sini jauh sebelum saya datang." ucap Vio keceplosan.
"Vio???" Anin.
Vio menutup mulutnya.
"E... Maaf Anin.. Gue udah tahu kalau pak Hanan ada di sini dari tadi." Ucap Vio cemas.
"Pantesan lo kayak orang kebingungan pas gue dateng tadi." Anin.
"Maaf deh nin"
"Kamu ikut saya nin!" Hanan.
"Lah? Mau ngapain sih pak?"
"Gak bisa! Anin harus ikut saya.!" Radit.
"Anin dengan saya!" Hanan.
"Saya!" Radit.
Mereka terus berdebat.
"Stop! Apa sih kalian?! Aku bawa motor sendiri. Aku bisa pulang sendiri!" Anin.
"Saya harus bicara sama kamu Anin.." Hanan.
"Saya juga perlu bicara dengan kamu Anin" Radit.
"Lo dari tadi juga udah ngobrol sama dia! Gak usah pura-pura!" Hanan.
"Lo gak usah ikut campur!" Radit.
"Diem lo!"
"Lo yang diem!"
"Stop!!!!! Ish! Gak bisa diem ya dari tadi!" emosi Anin.
"Nin... We have to talk... Please, give me a time" Hanan.
"Nin.. Please, hear me" Radit.
"Maaf gak bisa! Lain waktu. Vi, ini uang buat pesanan gue. Gue pamit duluan." Anin meletakkan uang itu di genggaman Vio dan berlalu pergi.
"Eh nin??" panik Vio dan langsung ngacir ke kasir membayar semua pesanan lalu ikut meninggalkan cafe.
"Ini semua gara-gara lo sialan!" Radit.
"Lo!"
"Dasar polisi songong!"
"Lo dosen gak sadar diri!"
"Ah berisik lo!"
"Lo!"











Holaaaa!!!
Alhamdulillah finally bisa update lagi. Support terus cerita ini ya supaya admin lebih semangat buat next partnya...

Thank You <3

HAnindya Story [Police]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang