Anin mengambil motornya di parkiran. Vio menyusul.
"Nin, lo gak bawa helm kan ya?" tanya Vio.
Anin menepuk keningnya.
"Ya Allah... Iya... Gimana donk? Entar gue ketangkep lagi, kena tilang lagi deh." Anin
"Yaudah pinjam helm pak Hanan aja"
"Idih ogah.. Gak level.."
"Eh dari pada lo kena tilang lagi?"
"Ish gak ah! Gengsi gue! Lu aja deh yang pinjemin.."
"Mana berani gue nin.. Gile lu"
"Terus gimana?"
Radit tiba-tiba menghampiri mereka.
"Kamu naik ke mobil saya aja.. Nanti motor kamu biar saya suruh orang untuk ambil" Radit.
"Eh?? Sejak kapan anda di sini?" Anin.
"Sejak saat ini"
"Basi!"
"Yaudah ayo kamu ke mobil saya aja"
"Idih ogah.. Bapak kira saya mau gitu semobil sama orang yang udah buat kesel saya nambah? Amit-amit!"
Vio menyenggol lengan Anin dan berbisik.
"Lu kalau ngomong hati-hati nin... Nilai lo bahaya entar"
"Bodo ah.. Dah gue mau balik"
Radit menahan tangan Anin.
"Tunggu nin.. Pulang bareng saya aja ya.." Radit.
"Gak mau pak! Saya bilang gak mau ya gak mau! Jangan maksa!" ucap Anin sambil melepas cekalan tangan Radit.
"It's okay.. Maaf..." pasrah Radit dan meninggalkan mereka.
"Parah banget sih lo nin... Sama dosen kayak begitu.. Padahal dia itu niatnya baik lho" Vio
"Gue gak peduli!" Saat Anin akan menstarter motornya, tiba-tiba.
"TUNGGU!!" Seseorang berteriak dari arah belakang mereka. Anin dan Vio menoleh.
"Duhh ngapain lagi sih polsogan itu" gerutu Anin. Hanan sudah ada di antara mereka.
"Apa sih?" Anin
"Kamu mau kena tilang lagi karena gak pakai helm?" Hanan.
"Ya terus?"
"Sebentar..." Hanan berjalan ke arah kendaraan kepolisian. Lalu mengambil sebuah helm di sana.
"Nih.. Pakai aja... Besok kamu balikin ke saya di dekat lampu merah yang kamu terobos" Hanan memberikan helm pada Anin.
"Gak ah.. Bau nih helm nya pasti"
"Astaga enggak Anin... Udah kamu pakai aja.. Itu punya saya"
"Lah terus bapak gimana?"
"Saya bisa pinjam sama rekan saya"
"Oh gitu.. Ok.. Nanti sepulang ini saya beli helm dan besok bakal saya balikin ke bapak. Tapi gak bau ini kan ya?"
"Enggak Anin enggak..."
"Yaudah saya permisi"
"Kamu gak mau bilang makasih gitu ke saya?"
"Bilang makasih?" Hanan mengangguk.
"Ogah! Dosen saya yang bayarin denda tilang saya aja gak saya ucapin makasih.. Lah bapak cuma minjemin helm doank yakali minta makasih.." ketus Anin.
"Astaga... Seharusnya kamu tuh belajar menghargai setiap perbuatan baik orang-orang di sekitar kamu.."
"Terserah..." Anin langsung meninggalkan Vio dan Hanan.
"Pak, sekali lagi maaf banget... Anin memang seperti itu orangnya... Maaf pak..." Vio.
"No prob" Hanan meninggalkan Vio...........
Radit mengendarai mobilnya.
"Seketus itu ya nin... Kenapa Anin bisa sejutek itu ya sama cowok? Itu emang bawaan atau gimana sih?" monolog Radit.
"Pokoknya gimana pun caranya gue harus bisa! 2 minggu lagi Papa Mama bakal pulang ke sini dan kalau gue gak bawa pasangan, gue bisa dijodohin! Gak! Gue gak mau!".......
Hanan telah tiba di rumahnya setelah dinas yang sangat melelahkan.
Ia merebahkan diri di kasur kesayangannya dengan posisi kepala menimpahi tangannya.
"Anindya.... Untuk pertama kalinya gue ketemu sama perempuan kayak dia... Bahkan gue yang biasanya ketus, dingin, sombong ke semua cewek malah berbanding terbalik sama Anin... Astaga Hanan lo kenapa???" monolog Hanan.Seseorang mengetuk pintu kamar Hanan.
"Siapa?!" sahut Hanan dari dalam kamar.
"Papa"
"Masuk!"
Nugroho, papa Hanan memasuki kamar Hanan.
"Ada apa?" tanya Hanan saat Nugroho menduduki diri di kasur. Hanan pun ikut duduk.
"Papa ingin kamu segera menikah nan..." Nugroho.
"Terus maksudnya apa?"
"Menikahlah... Kenalkan calon kamu ke papa.. Jika kamu gak bisa, maaf karena papa harus menjodohkan kamu dengan anak teman papa"
"Jangan atur hidup aku! Aku bisa menentukan pilihan aku sendiri! Gak usah sok ngatur!" emosi Hanan.
"Semua ini papa lakukan demi kamu"
"Tidak ada kata demi aku jika anda memaksa! Silahkan keluar dari kamar saya! Keluar!" emosi Hanan.
"Nan, dengarkan papa dulu"
"Tidak! Keluar saya bilang!"
"Papa tunggu kabar dari kamu.. 2 minggu lagi nan.. Semoga kamu bisa"
"KELUAR!!!" Hanan bangkit dari duduknya dan berusaha memerintah Nugroho keluar. Setelah Nugroho keluar dari kamarnya, ia menutup pintu dengan keras dan menguncinya.
"Sialan! Gue gak akan pernah sudi dijodohin sama anaknya temen dia! Apapun akan gue lakuin untuk menyelamatkan diri gue!"........
Anin tiba di rumahnya.
"Assalamualaikum ma..." Anin menyalim tangan mamanya.
"Waalaikumsalam.. Kok baru pulang nak?"
"Iya ma.. Tadi ada les tambahan"
"Beneran?"
"Iya ma.. Yaudah Anin ke kamar ya"
"Yaudah nak.. Jangan lupa makan ya"
"Iya ma"Anin memasuki kamarnya. Ia duduk di tepi ranjang. Sebelumnya ia sudah mengambil dompet dan handphonenya di meja makan.
Ia mengecek isi dompetnya.
"Aih cuma segini lagi.. Malah akhir bulan masih 2 minggu lagi. Terus gimana aku ganti uang Pak Radit? " monolognya bingung.
"Ini kalau aku bayarin sih lunas, tapi aku gak ada pegangan donk.."
"Dah ah mending jujur aja sama bokap nyokap".......
Radit melakukan makan malam sendirian di apartemen nya.
"Gini aja tiap hari.. Gak ada manis-manisnya" gerutu Radit.
Drrrrrttttt.....
"Mama is calling you...."
"Duhhhh... Mama lagi"
Lalu, Radit mengangkatnya.
"Radit?! Gimana?!" heboh Mamanya dari sebrang sana.
"Apanya ma?" Ngeles Radit.
"Calon mantu mama Radit!! Pokoknya Mama gak mau tahu ya! 2 minggu lagi!"
"Iya ma iyaaaa... Repot banget sih ngurusin jodoh aku"
"Ya repot lah! Kalau gak diurusin, kamu tuh gak akan nikah-nikah! Segera kenalin ke mama..."
"Iya ma iya.. Yaudah ya aku mau makan. Assalamualaikum"
Radit langsung memutuskan sambungan.
"Repot banget sih! Argh!'........
Vio baru saja selesai makan malam. Ia kemudian akan istirahat karena besok pagi harus kembali ngampus seperti biasa.
Saat akan berbaring, ponselnya berdering.
Drrrrtttt.....
"Duhh siapa lagi telepon? " Vio gagal membaringkan tubuhnya. Ia duduk dan mengambil ponsel di nakas.
"Huh Anin..." Vio pun mengangkatnya.
"Halo nin.. Kenapa?"
"Gimana ya vi... Gue bilang gak ya ke bonyok? Entar kalau gue bilang, emak gue bisa-bisa gak izinin gue bawa motor lagi. Tapi kalau gak gue bilang, bisa-bisa gue gak bayar utang ke pak Radit. Gimana donk?"
"Yaudah bilang aja.. Entar kalau gak dibolehin naik motor, ya naik mobil. Ribet"
"Bukan itu masalahnya.. Bonyok gue juga dari dulu suruh gue bawa mobil cuma gue gak mau karena lama kalau pakai mobil. Dan lagi gue harus pergi lebih cepat supaya gak kejebak macet. Lo tahu sendiri gue paling males dateng cepet.. Lagian enakan naik motor, gampang nyelip kalau macet"
"Tapi, naik mobil itu lebih aman nin"
"Iya bonyok juga bilangnya gitu cuma gue males aja gitu.."
"Bilang pokoknya. Daripada lo ngutang terus ke pak Radit... Dah ah ngantuk gue. Bye!"
"Sialan!"
Vio langsung memutuskan sambungan.
"Ganggu aja nin nin... Ah tidur ah" Vio langsung tidur.Alhamdulillah....
Mohon supportnya guys....
KAMU SEDANG MEMBACA
HAnindya Story [Police]
RomanceNO COPY PASTE!! PLAGIAT MENJAUH! Anindya Putri Aisyah Seorang mahasiswi yang sangat membenci polisi. Ia bahkan sering menyumpah serapahi polisi pada saat ia ditangkap. "Gue benci polisi!! Sampai kapan pun pokoknya gue benci titik!!" Anindya. Hanan A...