Chapter 11

574 54 9
                                    

Hal yang pertama ia lakukan saat pindah adalah meminta izin kepada ayah dan ibu Mean untuk menggunakan lahan kosong di belakang halaman rumahnya menjadi kebun herbal yang akan digunakan untuk pengobatan Neena.

Plan berbicara sejujurnya tentang program ini kepada orang tua Mean dan Neena juga dan ini sepengetahuan Mean juga. Mean membiarkan hal itu sebab baginya yang paling penting adalah Plan dan anaknya ada di dekatnya.

Ia juga memberikan Neena manual program berisikan prosedur program dan hal-hal yang harus diperhatikan.

Sudah enam bulan Plan tinggal di rumah Phiravich. Pagi-pagi sekali, ia akan bangun dan merawat kebunnya, setelah itu membangunkan Tee untuk bersiap sekolah, memasak sarapan pagi untuk Tee dan Neena, kadang-kadang ia melakukannya sendiri, kadang-kadang dibantu pelayan di rumah itu, kadang-kadang mengantar Tee ke sekolah karena Mean biasanya mengantar Tee ke sekolah, membantu Tee mengerjakan PR, mengecek perusahaan dan kembali ke kebunnya. Jadi, bisa dilihat bahwa dalam keseharian Plan itu, Mean sama sekali tidak termasuk ke dalamnya.

"Kau lihat itu," tunjuk Plan pada satu bagian di perut Neena saat ia usg. Neena mengernyitkan alisnya.

"Itu menandakan kau ada perkembangan. Menstruasimu lebih lancar dan teratur, bukan?" tanya Plan setelah ia selesai memeriksa Neena.

"Uhm," gumam Neena pelan. Ia harus mengakui bahwa yang Plan lakukan membuat tubuhnya lebih bugar dan nyaman.

"Baiklah. Kau setuju untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya?" tanya Plan lagi.

"Berapa tahap sebenarnya seluruhnya?" Neena tampaknya tak membaca manualnya.

"Kau tak baca manualnya?" tanya Plan dengan muka kesal.
Neena memalingkan wajahnya.

Plan lalu menjelaskan. Pengobatan ada empat tahap dan masing-masing mengambil waktu enam bulan dan prosedurnya setiap tahap berbeda. Kali ini akan ada pemijatan dan terapi dan olahraga. Neena harus hidup disiplin dan mengikuti program itu.

"Kulihat kau tak menghabiskan pepaya dan pearnya akhir-akhir ini," nada Plan mengeluh.

"Aku bosan," ujar Neena.

"Ah, kalau begitu, kuganti dengan semangka dan buah beri ya. Susumu juga susu kedelai dan yoghurt tanpa rasa," sahut Plan.

"Kau sadar, meskipun aku melakukannya dan kau membuatnya berhasil, aku tak yakin Mean akan menyentuhku. Setelah kau ada di dekatnya, kuamati matanya tak pernah berhenti mengamatimu," ujar Neena memancingnya.

"Itu karena aku mengacuhkannya. Sejak dulu ia paling tak suka diacuhkan. Kau mengacuhkannya dulu. Dia akan mencari perhatianmu. Kau ingat itu, bukan?" Plan memastikan Neena tak mencurigainya.

Neena diam tak merespons sebab yang dikatakan Plan memang benar adanya.

"Nanti malam aku ke kamarmu, aku akan memijatmu. Dan setelah itu kau akan berendam dengan air rempah. O, ya, untuj olahraga, aku tak akan bisa membantumu. Ini khusus, aku akan perkenalkan kau pada temanku. Kapan ada waktu?" tanya Plan lagi.

"Aku bebas. Aku ini orang sakit, kau ingat," sahut Neena lagi.

"Ah, oke, juga nanti malam aku akan bicara dengan Mean. Jadi, kalau kau melihat kami berduaan, itu tak berarti kami bermesraan. Tee ingin berlatih Muay Thai, pelatihnya orang yang sama dengan pelatih olahragamu, jadi ini akan sangat efektif," sahut Plan lagi.

Neena tak menjawab. Ia merapikan bajunya dan merapikan riasannya.

"Na," sahut Plan saat Neena sudah berjalan ke dekat pintu luar.

"Apa?" tanya Neena.

"Baca manualnya," nada Plan kesal. Neena berdecak kesal dan ia membanting pintu.

ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang