Tidak ada yang berubah setelahnya. Soal perasaan, Plan memang paling jago menyembunyikannya. Meskipun ia tahu kebenarannya, ia masig memainkan permainan dengan baik dengan Neena. Bahkan, ia lebih baik sebab ia sekarang menyadari bahwa Neena orang yang memang patut untuk dibantu.
Mereka masih melakukan program itu dan sudah berjalan hampir setahun. Joss semakin dekat dengan Neena dan keakraban itu dinilai agak mencurigakan di mata Plan.
Benar, bahwa kehadiran Joss telah memberikan semangat kepada Neena. Entahlah! Plan melihat bagaimana Neena saat bersama Joss. Begitu sumringah dan seperti terpesona. Kadang-kadang mereka lupa bahwa Plan ada bersama mereka.
Tee bahkan pernah bilang bahwa ia pernah memergoki mereka berdua berciuman dan bercumbu. Tentu saja ia bilang dalam bahasanya yang sangat polos dan menggemaskan.
Ia bertanya kepada ibunya apakah Neena belajar Muay Thai seperti dirinya sebab ia pernah melihat Joss dan Neena tumpang tindih san Joss tengah memberikan pernapasan buatan. Itu yang Joss bilang kepada Tee.
Sejauh ini Plan hanya memperhatikannya. Ia tak sampai berani untuk mengonfirmasi dan ia termasuk orang yang tak suka mencampuri urusan orang lain sampai setelah satu tahu setengah ia melihat sesuatu di perut Neena saat ia melakukan USG.
"Eh? Apakah itu bayi?" Plan memicingkan matanya. Ia melihat denyut jantung di sana meski lemah. Neena tersentak kaget.
"Na, kau hamil!" Plan menatap Neena dengan wajah kaget.
Neena yang juga kaget dengan cepat duduk dan menutup perutnya dengan bajunya.
"Bukankah kau seharusnya senang? Dengan begitu, program yang kau lakukan kepadaku berhasil, bukan!" Neena melirik kepadanya dengan wajah memerah.
"Iya, aku bahagia. Tapi, anak siapa ini?" Plan menginterogasinya.
"Apa maksudmu anak siapa? Tentu saja anak Mean," jawab Neena lagi dengan cepat.
"Apa? Mustahil! Mean tidur di sampingku setiap malam. Katakan yang jujur, ini anak siapa? Joss?" Plan memastikan.
Neena melotot dan mulutnya menganga. Ia kaget dengan dua fakta. Pertama Mean yang selalu tidur di kamar Plan dan Plan yang tahu bahwa ia berhubungan dengan Joss.
"Kau melanggar kesepakatan kita!" Neena langsung melipat kedua tangannya di dada dan menata Plan dengan kesal. Seharusnya ia marah besar, tapi ia hanya melakukn itu seolah protes.
"Kau juga berbohong kepadaku. Aku sudah tahu semuanya. Mean menceritakannya kepadaku," ujar Plan lagi dengan nada yang tak kalah kesal.
"Apa?" Neena kaget.
Plan mengembuskan napas. Mereka diam.
"Ayo kita bicara!" sahut Plan lagi.
"Baik-baik!" sambungnya dengan nada yang ditekankan. Mereka duduk berhadapan dan Plan sudah menyelesaikan bicaranya.
"Aku minta maaf!" Tiba-tiba Neena berujar setelah mereka tenggelam dalam lamunan mereka.
"Itu bukan masalahnya sekarang. Aku sudah tak marah kepadamu. Semuanya sudah terjadi dan biar saja begitu. Sekarang masalahnya bagaimana dengan kehamilanmu. Cepat atau lambat orang tuamu akan tahu," ujar Plan.
"Aku akan bicara dengan mereka tentang semuanya, termasuk Joss. Aku mencintai dia, Plan. Dia memberi sesuatu dalam hidupku. Aku benar- benar merasakannya. Perasaan ini seperti yang aku punya kepadamu dulu," ujar Neena.
"Okay, jangan bahas itu. Aku tak mau dengar," ujar Plan sambil menatap Neena dengan takut.
Neena tertawa kecil.