Chapter 14

779 59 3
                                    

"Bye, hati-hati," sahut Plan berdiri di beranda dan melambaikan tangannya kepada Tee dan ayah dan ibu Mean.
Mereka membalas lambaian tangannya  seiring mobil yang melaju keluar gerbang.

Plan memasuki rumah sambik tersenyum dan berjalan menuju kebun. Ia merapikan alat-alat yang sudah ia gunakan dan kemudian menyimpannya di tempatnya. Setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamarnya.

Saat ia menutup pintu, ia mendapati Mean duduk di tepi ranjang sambil tersenyum kepadanya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Plan dan ia masih berdiri di dekat pintu keluar.

"Menunggumu tentu saja," sahut Mean sambil beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Plan dan menariknya ke pelukannya.

"Tidak ada orang," bisik Mean.

"Kita bukan orang?" Canda Plan sambil menatap Mean dan tersenyum.

"Kau tahu yang kumaksud," sahut Mean lagi. Mereka berciuman.

"Mean, aku harus pergi membeli tanaman herbal sekarang," ujar Plan sambil melepas pelukan Mean.

"Tidak bisa nanti?" tanya Mean merajuk.

"Tempatnya agak jauh, satu jam dari sini dan aku sudah buat janji dengan orang ini. Dia orang yang sangat sibuk," sahut Plan lagi sambil bersiap.

"Kalau begitu, aku antar!" Mean keluar dari kamar dan bersiap pula. Tak lama keduanya sudah berada di jalanan ibukota, bersaing dengan mobil lainnya.

Mereka datang pukul 12 siang dan berhasil untuk membeli tanaman yang Plan rencanakan. Setelah itu, mereka pulang dengan cepat sebab cuaca mendung dan karena jalannya menuruni bebukitan, mereka sangat khawatir terjadi longsor.

Mobil Mean mencapai jalan kecil dan menerobos hutan dalam hujan yang tak terlalu deras. Mean tersenyum dan ia membelokkan mobilnya ke arah danau dan berhenti tak jauh dari sana.

"Ada apa? Kenapa berhenti di sini?" Plan kaget saat Mean memarkirkan mobilnya dan mematikam mesinnya.

"Karena suasananya mengingatkan aku pada sebuah kenangan," sahut Mean sambil menatap Plan lembut.

"Apa?" Plan mengernyitkan alisnya.

"Kancanaburi," sahutnya.

Seketika wajah Plan memerah. Ia paham yang Mean maksud dan itu adalah kenangan saat mereka melakukannya di dalam van.

"Menurutmu, kita bisa mengulanginya lagi di sini?" sahut Mean menggodanya.

"Kau ingin memberikan adik untuk Tee?" nada Plan tak kalah menggoda.

Mean menelan ludah dan kemudian menganggukkan kepalanya.

"Kalau perempuan, boleh kunamai dia Kot?" ujar Plan lagi.

"Buat dulu. Urusan nama gampang," lirih Mean dan ia mendekati Plan. Mereka berciuman lama. Mean menurunkan sandaran kursi Plan dan memposisikan dirinya lebih nyaman.

Berbeda dengan yang dulu, tampaknya keduanya saling menginginkan saat ini dan peran Plan juga lebih aktif dan ini membuat permainan semakin bergairah.

Mereka berciuman lama sambil saling menanggalkan pakaian masing-masing. Keduanya sudah sama-sama telanjang sekarang dan kembali bercumbu sambil saling menjamah satu sama lain sambil mendesah.

"Plan, aku tak tahan. Aku mau masuk," suara Mean berat.

Plan menganggukkan kepalanya dan meraih pegangan pada bagian atas dekat jendela mobil untuk menahan dirinya.

"Aaaah, uuuungh, Meaaan, pelan-pelan," lenguh Plan saat ia merasakan naga Mean menyeruak ke dalam lubangnya.

"Ooo, Plaaaan, unngh, enaaaak," desah Mean sambil memelankan dorongan naganya. Ia terus mendorongnya sampai akhirnya tertelan semua dan ia mendesah lagi.

"Ooo, Plaaan, uuuungh," desah Mean merasakan kehangatan di dalamnya.

Ia mulai menghentakkan naganya dan bergoyang dan kini keduanya merasakan kenikmatan, berlomba desahan dan lenguhan dan berbagi kenikmatan.

"Meaaan, aaah, oooh, mmph," desah Plan saat Mean mempercepat pace gerakannya.

"Meaaan,oooo, nnmmgh," desahnya lagi.

"Uuuungh, uuuuuh, aaaaaah, Plaaan," desah Mean dan keduanya masih berpacu dalam kenikmatan.

Sudah hampir satu jam dan akhirnya mereka mendapatkan puncak kenikmatannya dalam posisi misionaris.

Mereka melakukannya tiga babak dam setelah itu beristirahat sebentar meredakan rasa lelah saking nikmatnya kegiatan barusan.

"Kau tak apa-apa?" tanya Mean saat mendapati Plan hanya diam dan menatap hujan di luar.

"Uhm," gumam Plan sambil menoleh ke arah Mean dan tersenyum.

"Wajahmu seolah ingin mengatakan sesuatu," ujar Mean lagi.

"Aku masih mau. Ayo pulang. Kita melakukannya di rumah. Badanku sakit," sahut Plan tenang. Ia mengelus wajah Mean manja.

"Ehhhh!" Mean melotot, tetapi bahagia.

Mereka pulang dan melakukannya lagi pada malam harinya.

***
Mean menikahi Plan enam bulan kemudian. Mereka melanjutkan hidup mereka tinggal di rumah itu. Plan masih mengurusi bisnisnya di Bangkok dan Hua Hin dibantu keluarganya dan temannya.

Plan hamil anak keduanya dua bulan sebelum menikah dan mereka melahirkan anak perempuan dan diberi nama Kot.

Sementara itu, Neena menikah dengan Joss dan mereka tinggal di sebuah rumah di dekat tempat berlatih Muay Thai. Mereka punya satu anak lelaki dan diberi nama Sun.

Semuanya berjalan dengan baik. Mean dan Plan akhirnya bisa bersama meski untuk bersatu mereka harus melakukan perjalanan cinta yang amat panjang.  Semoga mereka selalu bahagia

***
"Mean, Kot baru saja tidur," bisik Plan saat Mean perlahan menurunkan celana dalamnya. Mereka berselimut hangat dan Plan sudah tahu apa yang ingin Mean lakukan.

Kot baru berusia dua tahun. Ia termasuk anak yang peka pendengarannya. Mendengar suara berisik saja ia pasti akan bangun.

"Oke, spoon," ia berbisik.

Plan hanya menggelengkan kepalanya. Ia langsung tidur miring menghadap Kot dan Mean berada di belakangnya.

Naganya sudah mengarah pada lubang depannya dan tangannya mulai bermain dengan nona Plan agar memudahkan sang naga menyapa rumahnya.

"Uuuuungh," desah Plan dan ia membekap mulutnya.

Mean mulai menggoyangnya pelan.

"Baby, mmmmph," desah Mean.

Kota bangun. Ia melihat ayah dan ibunya. Dan mereka berpura-pura memejamkan matanya.

Ia melihat mereka sebentar dan kemudian kembali tidur. Dan Mean melanjutkan aksinya lagi.

"Oooo, enak sekali!" desah Mea setelah mencapai puncak kenikmatannya.

Plan memukul kening Mean karena kesal sebab saat ia menyuarakan napas leganya Kot bangun.

"Kau harus bertanggung jawab. Ajak dia main! Aku lelah!" sahut Plan dan ia tidur.

"Okay," sahut Mean sambil mencium kening Plan dan menggendong Kot.

"Hai, Baby," bisik Mean. Ia tersenyum dan mengelus punggungnya agar ia kembali tidur.

Plan membuka matanya. Dan ia hanya tersenyum bahagia. Mean menatap ke arahnya dan tersenyum.

Keduanya saling menatap yang menyuarakan kata cinta.

Tamat











ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang