13 | Pelik

295 56 0
                                    

B A G I A N T I G A B E L A S

[ p e l i k ]

Aku menggerak-gerakan kaki gelisah sambil terus mengecek layar handphone, berharap notifikasi dari Jovin muncul. Aku bahkan tidak menangkap satu pun materi Biologi yang tengah diterangkan Bu Indar. Tapi seberapa lama pun aku menatap ponsel, balasan dari Jovin tidak muncul juga.

Bu Indar keluar kelas meski jam pelajaran masih bersisa lima menit sebelum waktu pulang tiba. Kalau biasanya aku akan menghabiskan waktu di kelas sambil mengobrol dengan yang lain, kali ini aku tidak punya waktu untuk itu. Aku buru-buru mengambil ransel dan merangsek keluar. Koridor masih sepi dan kudapati hanya aku satu-satunya yang sudah berlari menuju gerbang depan sekolah seolah sedang dikejar setan. Tapi tiba-tiba kuingat sebaris headline sampah yang tadi pagi kubaca di web tidak resmi sekolah. Aku berhenti berlari dan berdiri diam.

Aku membuka handphone, membuka web tidak resmi sekolah dan mencari headline tadi. Sepenuh hati aku berharap agar berita sampah itu sudah menghilang dari sana. Tapi tulisan itu ternyata masih ada.

Aku mengepalkan tangan. Niatku untuk segera pulang dan menemui Jovin tertunda seketika. Aku harus menghapus berita ini sebelum Jovin tahu, bagaimanapun caranya.

Kaki-kakiku dengan sigap berlari menuju kelas Raka, tapi bukan untuk menemuinya. Aku harus menemui Kavi, teman sekelas Raka. Dia kenal banyak orang, dan sudah pasti tahu siapa-siapa saja yang bisa mengakses web tidak resmi sekolah.

[]

Ternyata mencari Kavi tidak semudah yang aku kira. Begitu aku sampai ke kelas Raka, bel pulang bertepatan bunyi, tapi Kavi tidak ada di dalam. Aku mencari Kavi ke kantin tidak ada juga. Ternyata dia sedang berada di halaman belakang sekolah, nongkrong sambil merokok sendirian. Ketika aku datang, Kavi buru-buru mematikan dan menginjak rokoknya, mengira aku guru, dan bernapas lega begitu melihatku.

"Sar, ah elah, gue udah jantungan." dia melihatku ngos-ngosan mengatur napas. "Ngapain lo ke sini?"

Aku menghela napas. "Web sekolah. Lo pasti tau kan siapa aja yang bisa akses ke situ?"

"Ya, kepsek sama guru-guru?"

Aku menggeleng. "Yang satu lagi."

"Oh, itu," Kavi langsung mengerti ke arah mana pembicaraanku, meski aku yakin dia sebenarnya mengerti maksudku sedari awal. "Kenapa emang?"

"Gue bener-bener butuh itu sekarang. Please, kasih tau gue siapa aja yang bisa nge-akses website itu."

Kavi terlihat ragu-ragu.

"Gue traktir makan tiga kali." kataku tanpa ragu.

"Empat kali."

"Yaudah empat."

"Oke." Kavi mengacungkan jempol. Kalau urusan makanan gratis, tidak mungkin ada yang menolak. Ia lalu membisikkanku nama-nama itu. Ternyata, hanya ada tiga orang yang bisa mengakses website tidak resmi sekolah.

Yang pertama, Andre. Fotografer andal di tiap event sekolah. Aku yakin bukan dia yang suka menulis berita-berita sampah itu. Dia pasti orang yang tugasnya hanya mengupload foto-foto di sana.

Orang Miskin BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang