"Lia tuh emang ga pantes dicintai ya?"
"Siapa yang berani bilang kaya gitu?"
Lia diem beberapa saat, Yuta ngeliat ke bangku belakang dengan was-was.
"Lia capek mas, kayaknya Lia selalu suka sama orang yang salah. Ada yg psycho lah, ada yang udah punya pacar lah, ada yg disukain sahabat Lia, ada juga yang suka sama sahabat Lia," Lia berenti sebentar buat ngelap ingus.
"Emangnya Lia tuh seenggak berharga itu ya? Lia juga kepengen punya kehidupan cinta yang bahagia, yang bisa kasih alasan buat Lia senyum tiap harinya."
"Mas Yuta tau kan, kalau mba Irene sama kak Jennie sibuk banget? Terus juga Lia ga punya orangtua! Lia ga pernah ngerasain kasih sayang dari siapa-siapa. Emang mba Irene sama kak Jennie sayang banget sama Lia, tapi tetep aja, Lia butuh orang yang selalu ada buat Lia, orang yang bisa Lia andelin tiap waktu, yang bisa nemenin Lia dan meluk Lia kalau Lia lagi kesusahan. Lia cuma butuh sosok itu!"
Lia di jok belakang sesengukan sambil nutup mukanya. Yuta yang dengerin omongan Lia daritadi rasanya ikut sakit hati karena ya... Yuta tau Lia di rumah selalu bersikap sok dewasa, sok bisa melakukan semuanya tanpa bantuan orang lain, hanya sebagai kedok supaya ga ngerepotin kakak-kakaknya.
Terlebih, Irene sama Jennie juga banyak banget kegiatan di luar rumah, pulang malem, berangkat pagi. Jarang punya waktu buat Lia.
Padahal mau gimanapun, Lia tetep anak remaja yang butuh kasih sayang. Sejak kecil, Lia hidup tanpa orangtua. Dia besar bareng kakak-kakaknya yang sibuk cari uang supaya bisa bertahan hidup.
Kadang Lia mikir sifatnya yang suka menyendiri karena butuh perhatian tuh bener-bener kekanakan, tapi kadang Lia juga mikir kalau sifat kaya gitu gada salahnya sama sekali karena Lia juga butuh itu!
Yuta yang daritadi diem aja, langsung keluar buat pindah duduk di sebelah Lia.
"Lia tau kan kalau mba Irene sama mba Jennie sayaaaang banget sama Lia? Lia juga tau kan kalau mas Yuta dan semua asisten yang kerja di keluarga Maharani tuh sayang sama Lia?"
"Lia selalu disayang sama kita semua. Yang Lia perlukan hanya ngomong sama kita. Lia boleh kok manja ke mba Jennie, apalagi mba Irene. Tapi karena Lia lebih sering menyendiri di rumah, kadang mba Irene sama mba Jennie jadi takut ganggu Lia," ucap Yuta jujur, melihat keadaan keluarga Maharani.
"Kalau mba Irene ga bisa bantu Lia, ada mba Jennie. Kalau mba Jennie ga bisa bantu Lia, ada mas Yuta dan yang lain. Lia jangan selalu merasa sendiri, karena kita pasti bakal selalu ada buat Lia," lanjut Yuta sambil kasih tissue ke Lia.
"Terus masalah cinta-cintaan, boleh kok Lia berharap punya cinta yang berbalas, malah boleh banget karena semua orang berhak punya cinta yang berbalas. Tapi, mungkin bukan sekarang."
"Mungkin Tuhan pengin untuk sekarang Lia fokus dulu ke hal lain, baru ke cinta-cintaan. Mas Yuta percaya kok suatu hari Lia pasti ketemu cowok yang sayang banget sama Lia," kata Yuta mengakhiri nasihatnya sambil senyum ke arah Lia yang masih fokus ngusap air matanya.
Lia diem lumayan lama, tapi tangisnya lama-lama mulai berhenti. Yuta masih di sebelah Lia, ngeliatin Lia sampai dia tenang.
"Makasih ya mas Yuta. Selama ini Lia selalu mendem semuanya sendiri. Lia kepengen manja ke mba Irene atau kak Jennie, tapi Lia takut ganggu mereka. Lia juga takut ganggu mas Yuta dan yang lain kalau Lia curhat ke kalian."
"Tapi sekarang Lia boleh kan curhat ke kalian masalah apa aja?"
"Boleh, Lia," jawab Yuta sambil senyum.
"Huaaaaaaa mas Yutaaaa, makasih yaaa. Kayaknya Lia harus bilang masalah ini ke mba Irene deh, supaya Lia makin lega."
🌻🌻🌻
"Aku mau ngomong sama kamu, tentang masa lalu aku. Sebenernya aku mau ngomong ini dari dulu, tapi rasanya ga pernah nemu waktu yang tepat," ucap Daris sambil ngeliat ke arah Irene, kemudian nunduk lagi.
"Apa sih? Ada yang serius banget?" sahut Irene yang sekarang duduk di depan Daris sambil megang tangannya.
"Masalah Jessica," sekali lagi Daris cuma bisa nunduk karena takut banget ngecewain Irene.
Irene menghela napas pelan, lalu ngelepas tangan Daris dan nyender di kursinya. Daris langsung nengok ke Irene, campuran antara panik dan takut keliatan banget di mukanya.
"Masalah kamu dulu hampir nikah sama mba Jessica? Masalah kamu yang akhirnya ga jadi nikah karena waktu itu perusahaan kamu jatuh, terus kamu juga dituduh ngehamilin anak orang?" Irene bilang itu semua dengan wajah pengertian.
Daris ngeliat ke arah Irene dengan mata membulat dan mulut menganga, bingung mau ngomong apa, bingung juga karena Irene bisa tau itu semua.
Walau Daris dan Irene dari dulu saling kenal dan sering main bareng, tapi bukan berarti Daris cerita semuanya ke Irene. Daris nyembunyiin hal yang disebut Irene tadi, karena takut Irene bakal kecewa sama dia.
"Kok.....?"
"Kok aku tau itu semua?" Irene menghela napas berat, "Aku tau udah dari lama. Kamu pikir selama kamu pacaran sama mba Jessica, aku ga pernah kepikiran kamu? Aku denger ada salah satu karyawan di perusahaanku bilang kalau kamu sama mba Jessica mau nikah," Irene melanjutkan dengan tersenyum sedih.
"Saat itu aku galau, kerjaanku ga beres, ya seperti kamu tau, aku suka kamu dari dulu. Tapi ya mau gimana lagi, aku ga berhak mencampuri urusan cinta orang lain kan?" kata Irene lagi sambil memandang Daris.
"Beberapa bulan setelah pertunangan kamu, aku denger kabar lagi kalau perusahaan kamu jatuh, dan papa kamu sakit karena terlalu banyak kerja. Akhirnya kamu yang gantiin papa kamu. Ga lama setelah itu, aku denger kabar lagi kalau mba Jessica udah tunangan sama cowo lain," Irene berhenti sebentar buat ngeliat ke arah Daris.
"Dari sini kayaknya harus kamu yang jelasin, supaya aku bisa tau cerita sebener-benernya. Kamu udah siap cerita ini kan?" ucap Irene lembut sambil mengenggam tangan Daris.
Setelah menghela napas pelan, Daris ngeliat ke arah Irene.
"Iya, semua yang kamu ucapin tadi bener. Perusahaanku kacau, papa sakit, aku sibuk gantiin papa, sampai aku lupa dengan masalah pertunangan. Jessica sama keluarganya udah terus-terusan minta aku buat mempercepat pernikahan, atau kalau enggak, ya dibatalin sekalian."
"Dari situ, aku merasa makin kacau, dan dengan banyak pertimbangan akhirnya aku mutusin buat membatalkan pernikahan, karena aku juga belum siap untuk nikahin Jessica kalau keadaan masih kaya gitu," lanjut Daris masih memandang Irene.
"Setelah semua cukup beres, ternyata Jessica udah tunangan sama orang lain, dan itu bikin aku makin kacau. Aku sering minum, sampai suatu hari saking pusingnya, aku tidur sama cewek. One night stand," kali ini Daris udah ga berani ngeliat ke arah Irene, larena Irene juga keliatannya shock denger pengakuan Daris.
"Dan ga lama setelah itu, si cewek dateng ke tempatku, bilang kalau dia hamil anak aku. Aku makin pusing, aku nyuruh dia gugurin kandungan, tapi keluarga bilang aku harus nikahin cewe itu. Sampai saat aku mau ketemu keluarga si cewe, tiba-tiba dia nangis di depanku, dan bilang kalau sebenernya dia bukan hamil sama aku, tapi sama pacarnya dia."
"Si pacar bilang, lebih baik minta tanggung jawab sama aku karena dia tau aku kaya. Di situ aku bener-bener antara marah dan lega, tapi akhirnya masalah selesai," lanjut Daris yang sekarang udah ngeliat ke arah Irene lagi.
"Hidup aku baru mulai tertata, saat akhirnya aku berani ngehubungin kamu, karena siapa lagi sahabat yang aku punya? Ya, habis itu aku dateng ke kamu, seolah-olah ga pernah ada hal yang terjadi, dan minta kamu buat jadi pacarku," Daris mengakhiri kalimatnya dengan senyum sedih.
"Maafin aku, Irene." dengan begitu, Irene langsung menyambar ke pelukan Daris.
🌻🌻🌻
jujur ga ada niat buat nulis kaya part ini, tapi tiba-tiba mengalir aja. maaf ya kalau lumayan berat, padahal niatku mau bikin book ini bahagia mulu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
🌻 our family (keluarga maharani)
Fanfictionkeluarga sempurna? hmm more like keluarga bahagia.