Hari ini Rain pulang lumayan larut lagi karena ada beberapa kerjaan yang harus dia selesaikan hari ini juga. Dari pada kena omel manajernya, jadi Rain cari aman aja. Gapapa jam pulangnya diundur sedikit, asal kerjaannya beres.
Jam udah menunjukkan pukul 8.30 PM begitu Rain menginjakkan kaki di lobi utama apartemen. Cuaca malam ini mendung, kayaknya bakalan hujan tengah malam nanti atau besok paginya.
Walaupun nama Rain sendiri berarti hujan, tapi tetap aja dia ga terlalu suka hujan. Dia akan dua kali lebih kerepotan kalo awan udah menumpahkan airnya.
Helaan nafas pelan keluar dari sela bibir Rain seiring dengan kakinya yang mengarah ke minimarket yang ada di salah satu sisi lobi gedung. Dia tiba-tiba ingat kalo kopinya udah habis di apartemen, ditambah sabun cuci piringnya yang tadi juga udah benar-benar habis. Jadi sekarang Rain memutuskan buat ngebeli kopi dan juga sabun cuci piring dulu.
Setelah ngebayar belanjaannya, nyatanya Rain ga langsung pulang ke unitnya. Dia malah menempati salah satu kursi yang ada di sisi jendela besar minimarket. Dari sini, Rain bisa ngeliat langsung ke taman apartemen yang luas.
Tangan Rain bergerak ngambil satu botol susu dari dalam plastik belanjaannya dan langsung dibuka. Setelah minum susu vanilla itu beberapa teguk, tatapan Rain beralih ke arah ayunan yang ada di salah satu sisi taman. Ayunan yang jadi saksi dia ngelepas Haechan dari hidupnya, buat yang kesekian kalinya.
Ada senyuman samar yang terkesan pias merekah di bibir Rain. Kalo ingat hari itu, hati Rain sukses dibuat sesak terus-menerus. Makanya dia jadi memilih buat menyibukkan diri karena gamau ingat sama momen menyedihkan yang satu itu. Tapi sialnya sekelebat bayangan Haechan yang nangis di hadapannya selalu berhasil singgah di benak Rain kapan pun dia lagi terdiam kayak gini.
Helaan nafas berat kemudian keluar dari sela bibirnya, ngebuat uap tipis keliatan keluar dari sela bibir itu.
Kepala Rain menggeleng pelan, dia mencoba mengenyahkan bayang-bayang Haechan dan memilih buat memikirkan mama, papa dan juga Eric aja. Lebih baik Rain mikirin keluarganya yang sekarang lagi jauh itu dibanding mikirin seseorang yang udah ga lagi ada di dekapannya.
Sreeet...
Suara bangku yang ditarik pelan kemudian menyentak Rain dari lamunannya. Dengan mata yang agak melebar, kepala Rain tertoleh dan dia langsung terpaku di tempat begitu melihat sosok yang baru aja menempati kursi kosong di hadapannya itu.
Lidah Rain tiba-tiba terasa kelu, dengan bahunya yang kemudian menegang. Rasanya tenggorokan Rain pun tercekat dan dia benar-benar ga bisa mengalihkan fokusnya dari sosok nyata seorang Lee Haechan di hadapannya.
Haechan juga terdiam menatap Rain, dengan sebelah tangannya yang menggenggam kaleng kopi dan sebelahnya lagi yang memegang sebungkus rokok. Mata cowok Lee itu berubah sayu begitu tatapannya dengan Rain bertemu dalam keheningan.
Rasanya debaran gila di jantungnya belum juga hilang meskipun ini udah terhitung hampir 6 tahun semenjak Haechan menaruh rasa ke Rain. Rasanya kupu-kupu imajiner di perutnya masih bereaksi setiap kali matanya bertemu tatap dengan mata jernih yang penuh binar ketulusan itu. Rasanya hati dan tubuh Haechan masih menghangat begitu melihat sosok nyata Rain di hadapannya.
Setelah satu bulan lebih Haechan jadi pengecut dan sama sekali ga menemui cewek di hadapannya ini, sekarang dia memberanikan diri dan membuang jauh-jauh rasa gengsinya.
Awalnya Haechan meragu mau nyamperin Rain begitu matanya menangkap sosok cewek Son itu lagi melamun di salah satu bangku minimarket. Tapi rasa kangennya ga bisa ditahan lebih lama lagi.
Beberapa detik saling bersitatap, Rain akhirnya memutus kontak mata mereka dengan mengalihkan tatapan. Mata Rain sekarang menatap nanar ke arah botol susunya. Dia merasa ga percaya kalo sosok di hadapannya ini benar-benar sosok Haechan, tapi nyatanya Haechan di hadapannya sekarang terlalu nyata untuk sekedar dianggap ilusi. Helaan nafas berat cowok itu terlalu nyata di telinga Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[II] Groove :: Lee Haechan✔
Fanfiction"We can learn to love again, right?" . . . . . . . Sequel of Ex :: L. Haechan