Play : Anneth - Mungkin Hari Ini, Esok, atau Nanti
Dont forget to vote and comment guys!!
Rain selalu benci dengan yang namanya kehilangan. Tapi, rasa kehilangan itu justru benar-benar terasa familiar di dalam hidupnya dan Rain benar-benar benci dengan fakta itu.
Dia benci sama perasaan menyesakkan yang bakalan mengendap di hatinya dalam waktu yang lama. Butuh waktu yang lama juga bagi Rain buat berdamai dengan diri sendiri dan kemudian melupakan perasaan menyesakkan itu.
Di hidupnya yang hampir menginjak umur 23 tahun ini, Rain udah beberapa kali ditempa oleh Tuhan dengan merasakan kehilangan orang yang disayanginya beberapa kali.
Rain ingat, perasaan menyesakkan itu pertama kali hadir begitu papa dan mamanya bercerai. Setelahnya, Eric ikut papanya dan kemudian mereka tinggal jauh dari Rain. Selama hidupnya, Rain belum pernah membayangkan mama-papanya yang selama ini keliatan baik-baik aja bakalan berakhir pisah kayak gitu. Selama ini juga, Rain ga pernah membayangkan dia bakalan tinggal jauh dari Eric, kembarannya yang juga menjadi satu-satunya sahabat di dalam hidup Rain. Dia ingat, kalo waktu itu dia ga berhenti menangis karena dipaksa pisah dengan kembarannya itu. Rasanya ada satu kepingan yang menghilang dari hidup Rain dan dia benar-benar ga suka kehampaan yang hadir setelah rasa kehilangan itu.
Dari sana, Rain mulai menyimpulkan bahwa kehilangan benar-benar ga mengenakkan. Bahkan karena kehilangan satu atau dua orang yang berarti, hidup Rain seolah hampir ga berarti.
Tapi dia sadar kalo dia ga bisa terus-terusan terjebak di dalam perasaan itu, jadi dia memutuskan bangkit dan kembali jadi Rain yang ceria. Rain yang ramah. Tapi ternyata ga segampang itu. Sekeras apapun Rain berusaha kembali ke sosoknya yang dulu, Rain ga pernah berhasil. Dia emang udah mengikhlaskan perpisahan orang tuanya dan perpisahannya sama Eric, tapi ada satu lubang menganga yang tetap ada di dalam hati Rain bagaimana pun dia berusaha buat mengisi kekosongan itu.
Beberapa tahun setelahnya, dia kembali merasakan kehilangan begitu mamanya menikah sama papa Haechan. Kali ini, Rain harus kembali merelakan seseoramg yang berarti di dalam hidupnya, orang yang berhasil ngebuat dia kembali jadi sosok ceria kayak dulu. Sekali lagi, Rain harus melepas tangan yang selama ini selalu mengenggam erat tangannya.
Rain berusaha merelakan. Tapi tetap aja, ada kehampaan yang lebih besar di dalam hatinya setelah dia benar-benar melepas Haechan. Rasa sesaknya ga bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rain benar-benar ga suka. Tapi dia mencoba bersikap dewasa, dengan menguatkan diri sendiri tanpa bantuan siapapun. Dengan tetap berdiri teguh dan bersikap seolah dia benar-benar baik-baik aja. Seolah kehilangan itu bukan berarti apa-apa baginya meskipun yang dirasakan hatinya adalah kebalikannya.
Seberapa kuat pun Rain berpura-pura, dia tetap ga bisa menahan air matanya di beberapa saat paling menyesakkan.
Seberapa kuat pun Rain menyangkal rasa sakit dan sesak, dia tetaplah menjadi lemah dan cengeng di saat dia ga bisa lagi menampung semuanya sendiri.
Rain udah kehilangan Haechan beberapa kali dalam hidupnya. Kali ini, Rain gamau kehilangan Haechan lagi. Rain masih mau ngeliat senyuman cowok itu. Rain masih mau mendengar suara hangat cowok itu. Rain masih mau ngeliat tatapan penuh kasih di mata cowok itu. Rain masih mau tangan yang lebih besar darinya itu menggenggam lembut tangannya. Rain... benar-benar gamau lagi ditinggal Haechan kali ini.
Mungkin selama ini Rain bisa berpura-pura kalau dia baik-baik aja kehilangan Haechan, tapi kali ini Rain benar-benar ga bisa. Air mata meluruh deras ke pipinya, dengan bibirnya yang bergetar menahan isakan dan perasaan bergejolak di dalam hatinya. Berbagai pikiran negatif lewat tanpa permisi di benak Rain, tapi dia mencoba buat menepis pemikiran itu dengan menuturkan doa kepada Yang Kuasa supaya Haechan di sana baik-baik aja. Supaya Haechan di dalam ruang operasi sana mau bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[II] Groove :: Lee Haechan✔
Fanfiction"We can learn to love again, right?" . . . . . . . Sequel of Ex :: L. Haechan