Epilog

2.4K 67 5
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT 🍒

HAPPY READING  'HAI, MANTAN'

•°•°•°•°•°•°•°•°•

Hari baru, awal yang baru.

"Engh," gadis itu menggeliat saat merasakan tubuhnya di pukul pelan oleh seseorang.

"Sayang bangun," bisik orang itu tepat di telinga gadis itu. Gadis itu nampak menulikan pendengarannya, ia masih memejamkan matanya. Ngantuk.

"Danita bangun, atau mau aku siram?"

"Siram aja," sahut Danita 'tak acuh. Orang itu langsung mengambil gelas yang ada di meja dekat ranjang. Ia menyiratkan air tepat di wajah gadis itu. Gadis itu merasa terganggu, ia membuka matanya, dan....

"ARI, LO NGAPAIN DI SINI! LO NGAPAIN SIRAM GUE? Kalau banjir gimana?" teriak Danita dengan wajah kesalnya.

"Kamu sendiri yang bilang mau di siram," balas Ari mengedikkan bahunya.

"Ish, sana pergi, gue mau tidur." Wanita mendorong tubuh Ari untuk menjauh, setelah itu Danita menarik selimutnya menutupi hingga sebatas leher, dan memejamkan matanya.

"Katanya mau jalan-jalan, yaudah aku tinggal, nih." Ari melangkahkan kedua kakinya keluar dari kamar sang tunangan.

Ah, Danita lupa. "Tunggu gue satu jam lagi, gue siap-siap!" teriak Danita berlari ke kamar mandi dan bersiap-siap.

"10 menit atau aku tinggal!" balas Ari dari balik pintu kamar.

"Ish." Dengan terpaksa Danita sudah siap dengan baju santainya, ia berjalan ke arah sofa lalu duduk di sebelah Ari yang masih setia menatap ponselnya.

"Ekhem!" Danita berdeham, Ari langsung menoleh dengan senyuman manisnya. Jangan manis-manis, ntar di rubung semut.

"Yuk, berangkat." Ari menarik lengan Danita keluar rumah dan memasuki mobilnya, lalu melajukannya.

Danita hanya diam, bahkan masih tidak percaya jika sekarang ia adalah tunangan orang yang ia cintai beberapa tahun yang lalu.

"Kenapa diam aja?" tanya Ari memecahkan keheningan. Danita menoleh lalu menggelengkan kepalanya.

"Masih gak percaya kalau aku jadi tunangan kamu? Atau kamu maunya tunangan sama si upil ayam itu?" tanya Ari lagi.

Danita mendengus kesal. "Apaan, sih. Justru gue tuh bahagia gak jadi tunangan sama dia."

"Terus ngapain diam aja?"

"Suka-suka gue lah."

"Hey, ganti kata 'gue-lo' menjadi 'aku-kamu', oke?" Danita mengangguk pelan.

"Kamu mau tau gimana bisa aku gantiin posisi Riki sebagai tunangan kamu?" tanya Ari.

"Males."

"Yaudah." Ari diam, fokus menyetir. Danita sesekali melirik Ari yang diam.

"Ri."

"Hm."

"Lo-eh kamu kapan bangunnya? Kok gak ngabarin aku?" tanya Danita penasaran.

"Pas kamu tidur sambil peluk aku. Aku sengaja gak bangunin kamu karena aku tahu kamu pasti abis nangis. Iya 'kan? Aku tahu pas aku tidur, kamu ngomong apa aja."

"Ih, harusnya kamu bangunin aku. Nih, ya, aku udah bela-belain satu tahun lebih bolak-balik ke rumah sakit untuk jenguk kamu. Kamunya malah bohongin aku! Au ah, aku ngambek!" ketus Danita membuang muka.

"Jangan ngambek dong,"

"Bodo!"

"Sayang,"

Danita tertegun di panggil sayang oleh Ari. Danita sengaja memandang ke arah jendela karena rasanya pipi Danita mulai panas. Ari memarkirkan mobilnya di pinggiran jalan, dengan pelan Ari menarik dagu Danita untuk memandangnya.

"Loh, kamu sakit?" tanya Ari polos saat melihat pipi Danita yang merah merona.

"Gak." Ari mendekatkan wajahnya di wajah Danita, entah apa yang akan ia lakukan. Danita bisa merasakan nafas Ari menerpa wajahnya. Gugup, Danita memejamkan matanya.

"Ngarep aku cium?" goda Ari yang sudah menjauhkan wajahnya.

"Ih, pede banget jadi bocah!" ketus Danita menatap sinis Ari.

"Aku bukan bocah, Danita. Aku tunangan kamu."

"Tapi belum lulus SMA," ejek Danita menjulurkan lidahnya.

"Kita kan masih kelas sebelas, Sayang. Mana mungkin udah lulus."

"Apanya yang masih kelas sebelas? Kamu tidur satu tahun lebih! Jadi otomatis kamu belum lulus dong." Danita tersenyum mengejek, Ari diam memikirkan nasibnya.

"Aku tidur terlalu lama, ya?"

Danita mengangguk cepat. Ari mendengus pelan.

"Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?" tanya Ari dengan wajah yang serius. Danita menaikkan satu alisnya berkata 'apa?'

"Tolong jangan mencintai orang lain selain aku," ujar Ari dengan tulus. Senyuman terbit di bibir Danita ketika mendengar perkataan itu, Danita menarik Ari ke dalam pelukannya.

"Sampai mati aku cinta kamu," bisik Danita di telinga Ari, air matanya menetes. Ia sangat tersentuh dengan perkataan singkat Ari. Menenggelamkan kepalanya di dada bidang Ari, mencari kenyamanan di sana.

Ari melepaskan pelukannya, menatap Danita yang sudah menangis. Ari menangkup pipi Danita, mengusap pelan air matanya. Senyumannya 'tak pernah luntur. Ari mencium kening Danita lama.

"Aku takut kehilangan. Aku takut ada seseorang yang membuatmu nyaman," kata Ari pelan, matanya menatap mata indah Danita.

"Tidak akan ada orang yang membuat aku nyaman selain kamu," ujar Danita tersenyum manis.

Ari memeluk tubuh mungil Danita dengan erat. Hangat, nyaman, mereka merasakannya. Semoga kalian tidak terpisah sampai kematian memisahkan kalian.
Kebahagiaan menanti kalian.

E N D

Huwaaa aku gak nyangka bisa nyelesain cerita ini tepat pada waktunya. Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca cerita pertama aku.

SEE YOU di lain cerita:)

Untuk yang penasaran cerita apa selanjutnya, follow IG @anstvariaa

Enaknya bikin squel pasangan siapa, nih?😂

Ari - Danita
Gavin - Belva
Davian - Adora

Gadis manis untuk Gibran ♡
Btw Gibran baru nemu gebetan, bukan pacar 😂😂

Hai, Mantan [𝐄𝐍𝐃] - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang