22.

852 45 0
                                    

“hampa, itulah yang aku rasakan saat ini. Saat lo tidak ada di samping gue.”

_Danita_

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

"Yang bentar lagi jadian, mah, beda," sinis Belva kepada Adora.

"Apaan, sih, siapa juga yang mau jadian. Orang kita cuma jalan-jalan bareng kok," kesal Adora. Mengingat hari kemarin, Adora dan Davian memang sempat berjalan-jalan bersama.

"Iya-iya, cewek gak peka mah apa atuh."

"Bel, lo bisa gak, sekaliiiii aja gak usah sinis gitu. Mau gue laporin ke Gavin kalau lo suka sama dia?" tanya Adora dengan santainya.

Apa-apaan ini! Kenapa jadi Belva yang ... ah, sudahlah.

"Kok jadi gue?" tanya Belva sambil menunjuk dirinya sendiri, dengan kesalnya Belva menatap tajam Adora. Sepertinya adu mulut adalah hobi baru mereka berdua.

"Kan lo suka sama Gavin."

"Siapa yang bilang?"

"Gue."

"Oh."

"Cuma oh doang?"

"Terus gue harus jawab apaan?"

"Ya, lo harus jawab gini 'iya Belva suka sama Gavin'. Harusnya gitu!"

Belva memutar bola matanya malas.

"Ta, lo kok diam aja, sih?" tanya Belva berdecak sebal, sudah dia bulan lebih Danita menjadi pendiam. Tak seperti biasanya, ceria.

Danita menatap temannya sekilas, lalu kembali menatap ke papan tulis dengan pandangan kosongnya. Belva tahu apa sebabnya, ia sudah berulang kali mengatakan bahwa Ari akan cepat bangun dari tidurnya. Namun, Danita tetaplah Danita.

"Gak papa," balas Danita dingin.

Belva memutar bola matanya malas. Setiap di tanya pasti jawabannya gak papa.

"Please, Ta. Lo buka hati buat Riki, dia yang selalu ada di samping lo!"

Danita menoleh sembari tersenyum sinis. "Sampai kapan pun, hati gue tetep milik dia."

****************
Di saat yang bersamaan, Gibran, Gavin, dan Davian sedang duduk santai di kelasnya sambil memakan camilan yang sudah di beli tadi pagi.

"Sepi banget, ya," ucap Gibran bernada sedih.

"Biasanya kita berempat, sekarang malah bertiga. Sumpah gue kangen ketawanya dia."

"Heem, betah banget tidurnya."

"Eh, katanya si Danita mau tunangan, ya, sama Riki?" tanya Gavin penasaran.

"Iya, gue nyuruh Danita supaya tunangannya di undur sampai kita lulus. Siapa tahu Ari sudah bangun, 'kan?" sahut Davian sambil menatap depan.

"Ya, semoga aja cepat bangun."

"Biar bisa batalin pertunangannya."

"Lo pada ngomongin Danita, ya?" tanya Adora menoleh ke belakang, tepatnya dia menatap Davian dengan penuh selidik.

Hai, Mantan [𝐄𝐍𝐃] - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang