_Renungαn buαt kitα dαri Kisαh Nyαtα_
*BAHAGIA IBU MENINGGAL*
_🌸🍥Tih, kamu sudah siapkan makanan ?_ _Tanya ibu kepadaku saat aku ingin memandikannya._
"Sudah bu. Ibu mau Utih ambilkan?"
"Nggak usah Tih, Kita nunggu kakak-kakakmu datang" Ucapnya dengan suara yang lemah.
"Hemm. Kita mandi yah bu" Ucapku lalu memopong tubuh Ibu.
"Tih, Ibu mau pakai baju yang baru kamu belikan itu yah Tih. Biar kakak-kakakmu tidak malu sama penampilan ibu" Ucap ibu yang saat itu sedang aku mandikan.
"Iya Bu, nanti Utih pakaikan baju itu" Ucapku lalu memakaikan baju keinginan ibu setelah selesai memandikannya.
Aku membawa Ibu untuk duduk di ruang tamu yang juga sekalian menjadi tempat nonton televisi.
"Bu, Utih suapin yah?"
"Tapi Nduk, kalau kakak-kakakmu datang gimana?"
"Kalau mereka datang, nanti Utih suapin ibu lagi" Ucapku membujuk Ibu agar mau makan.
"Yasudah Tih, Ibu mau" Jawabnya dan langsung saja aku menyuapinya sampai makanannya habis.
"Bu, istrahat yah" Ucapku setelah selesai menyuapinya.
"Iya sedikit lagi Tih, Ibu mau menunggu kakak-kakakmu datang dulu" Ucapnya.
Aku yang mendengarnya sekali lagi tak mampu menahan bulir bening yang mengalir dengan derasnya.
***
"Bu, kita istirahat di kamar yah?" ucapku kepada ibu yang seharian duduk di samping jendela rumah kami.
"Tapi Nduk kalau mereka datang gimana? Ibu sudah sangat rindu" Ucapnya lagi.
"Kalau mereka datang nanti Utih bangunin ibu lagi" Ucapku.
"Tapi Tih--" Ucap Ibu yang segera aku potong.
"Bu, Ibu disini sudah dari siang Bu, Ini sudah sangat larut, sudah pukul dua belas malam Bu. Nanti dada ibu sakit lagi bu" Ucapku lalu memopong tubuh ringkih itu ke kamar.
Semenjak bapak meninggal dan ibu sakit aku selalu tidur bersama ibu, karena biasanya ibu langsung drop.
***
"Tih, kamu sudah membelikan jajan untuk Adi dan Dio?" Tanya Ibu pagi ini.
"Belum Bu, nanti Utih belikan yah" Ucapku sambil menyuapi ibu.
"Kenapa belum di belikan Tih? Uangmu habis? Pakai uang ibu Tih, nggak apa-apa kita susah asal Adi dan Dio senang di rumah ibu Tih" Ucapnya.
"Iya Bu, nanti selesai menyuapi ibu Utih pergi ke warung yah bu" Ucapku dan di balas oleh anggukan ibu.
Ada sesak yang tak mampu aku jelaskan yang sedang berdesakan. Aku adalah Mutia Riska. Anak bungsu di keluargaku. Aku memiliki tiga orang kakak-kakak. Kak Abdi, kak Sinta dan kak Rifan, dan memiliki keponakan anak dari kak Abdi yaitu Adi dan Dio. Ketiga kakak-kakakku memilih tinggal di kota bersama pasangan mereka. Sudah dua tahun mereka tidak pernah pulang ke rumah hanya janji yang mereka berikan. Selama dua tahun pun Ibu selalu menanti kepulangan mereka sampai waktu larut. Bukan aku tidak pernah menghubungi mereka. Sering aku menghubungi mereka namun alasan sibuklah yang selalu aku terima. Mereka memang akan mengirimi ibu uang jika aku meminta, namun jika aku tidak meminta mereka pun akan melupakannya. Aku bekerja sebagai tenaga honorer di kantor kecamatan disini, gaji itulah yang aku pakai untuk kehidupanku dan ibu, namun tak akan cukup jika ibu Drop dan harus di rawat.
Sakit rasanya ketika melihat ibu yang bertaruh nyawa namun terus memanggil nama kakak-kakakku. sebuah kata Rindu itu sangat menyiksanya.
"Bu, ayoo kita istrahat di kamar Bu, ini sudah jauh malam bu" Ucapku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pejuang Hijrah
SpiritualitéUntaian kata-kata dan kalimat, untuk memotivasi para pejuang hijrah (InsyaaAllah). Dari berbagai sumber yang ditemukan lewat sosial media. Hanya ingin memotivasi para pehijrah yang berjuang dalam tahap istiqomah dalam mengejar surga dan pemiliknya.