1 || Demi Bunda

31 2 0
                                    

Semua yang gue lakuin ke cewe itu hanya demi bunda

Rafigar Zulfikri

•••

Secarik kertas putih tersodor dari tangan kekar seorang pria bernama Rafigar Zulfikri—siswa dengan julukan 'Si Kepala Batu' sekaligus 'Raja Kutub'. Kertas itu dia berikan pada seorang gadis berambut hitam sebahu di area koridor kelas 11. Gadis itu tak lain tak bukan adalah adik kelasnya di SMA Bina Bhakti.

"Ambil."

Tanpa mengucap sepatah katapun, gadis itu menerima sodoran secarik kertas dari tangan Rafigar dengan raut wajah tanpa senyum sedikitpun.

Helaan napas jengah dari gadis itu terdengar jelas di telinga Rafigar. Belum sempat membuka isi kertas, dengan sengaja gadis itu menjatuhkannya ke lantai, lantas menginjaknya-injaknya menggunakan sepatu sampai robek.

"Heh-"

"Gak perlu sok perhatian kak!" suaranya segera memotong ucapan Rafigar yang sudah sangat jelas akan menegurnya karena telah menginjak kertas pemberiannya sampai robek.

"Aku gak butuh surat dari kakak." tangannya bersedekap di depan dada. Wajahnya memaling, enggan menatap kakak kelasnya yang menyebalkan.

Kali ini bibir Rafigar tertarik dan membentuk sebuah senyum-senyum simpul. Badanya membungkuk, meraih kembali secarik kertas yang sudah rusak tadi. Rafigar meremas kertas itu, lantas melemparnya ke sembarang arah.

"KAISHA!!!" Rafigar berteriak garang, posisinya sudah kembali berdiri tegak.

Beberapa orang yang tengah berada di sekitar Rafigarpun menatap pria itu dengan takut. Seluruh lingkungan sekolah SMA Bina Bhakti mungkin sudah paham betul bagaimana seorang Rafigar Zulfikri jika sedang marah. Dia tidak akan peduli pada apapun dan siapapun. Dia akan meluapkan amarahnya sembarangan. Yang terpenting baginya hanya 'Amarahnya bisa terluapkan'.

Anggap saja Rafigar gila. Maka dari itu tidak ada yang berani mengusik Rafigar, sekalipun murid cowo di sekolah ini. Bagi mereka Rafigar terlalu menyeramkan. Lihat saja, karena teriakkan Rafigar barusan saja, beberapa murid perempuan berlarian dari koridor. Menjauh dari tempat Rafigar berdiri saat ini.

Gadis bernama 'Kaisha' memberanikan diri menatap cowo dihadapannya. Ditatapnya manik hitam yang sepertinya sebentar lagi akan loncat keluar. Untuk menutupi ketakutannya akan bentakkan sang kakak kelas, bibir Kaisha mencetak seulas senyum. Dalam benaknya, ia sudah menerka-nerka yang akan terjadi setelah ini.

Lengan kanan Kaisha dicekal sekuat tenaga oleh tangan kekar Rafigar. Sama sekali tak ada rasa belas kasih pada perempuan. Padahal Kaisha sudah mengaduh pelan. Namun, bukannya dilepaskan, Rafigar justru mempererat cekalannya pada lengan gadis itu.

"Apa maksud lo injek kertas itu? Apa maksud lo ngerobek kertas itu tanpa dibaca dulu?!" kedua mata Kaisha terpejam. Ekspresi Rafigar terlalu menyeramkan. Apalagi Rafigar menatapnya cukup dekat.

"Lo bisu?!" Rafigar memperkuat cekalannya menjadi tiga kali lipat. Kaisha hanya bisa mengerang sakit. Apa dayanya, berusaha melepaskan cekalan Rafigar juga tidak bisa. Tenaganya terlalu lemah.

Murid lain yang melihatnya hanya bisa meringis. Mereka saling berandai-andai, bagaimana kalau mereka berada di posisi Kaisha.

'Kalo gue diposisi adik kelas itu, pingsan gue.'

'Iya anjir. Gila banget Rafigar, kejam.'

"Aku gak suka sandiwara kak" dia memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya.

About FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang