•Peraturan yang kamu buat sangat mengekang aku kak•
Kaisha Violla
•••
Sepulang dari sekolah, Kaisha langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur tanpa mengganti seragam. Padahal seragamnya akan dipakai lagi besok. Bodo amatlah, Kaisha tidak peduli. Sekarang dirinya sangat butuh istirahat.
Semerbak harum bunga lavender karena semprotan dari pengharum ruangan di kamarnya menyeruak ke dalam hidung Kaisha. Dia menghela napas panjang. Menatap langit-langit kamar dan melihat kejadian tadi terulang kembali dengan jelas di langit-langit kamar—kejadian saat dia menjadi pusat perhatian di koridor kelas 11.
Bolehkah Kaisha membenci kehidupannya? Kaisha benci semua yang terjadi di hidupnya. Hidupnya serasa kacau, penuh kekangan, dan juga penuh akan sandiwara setelah dirinya mengenal kakak kelas yang bernama Rafigar.
Jalan pikiran Rafigar dan sikap Rafigar, keduanya tidak bisa Kaisha pahami. Disatu sisi Rafigar adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya, dia juga kadang perhatian, sedangkan disisi lain Rafigar adalah cowo yang penuh akan ego, amarahnya begitu besar, pemaksa, dan pengekang.
Cekalan tangan kekar Rafigar yang begitu kuat masih membekas di lengan Kaisha. Tercetak warna merah di sana. Bahkan dipegang pelan saja sakit. Penyiksaan. Rafigar telah melakukan kekerasan pada dirinya.
"Perasaan tadi sakitnya gak kerasa deh. Kok sekarang malah kerasa banget ya. Sialan, tulang duduk aku sakit, tangan juga sakit. Besok dimana lagi aku bakal ngerasain sakit?" dia mengoceh sendiri. Meluapkan kekesalannya entah pada siapa.
"Coba aja bisa tuker posisi, aku pengin kak Rafigar ada diposisi aku, biar dia bisa ngerasain gimana jadi aku. Gak enak!" dielusnya tangan yang kemerahan itu.
Untung saja Bundanya sedang berada di luar kota selama beberapa minggu. Kaisha bisa sedikit lega, karena jika sampai Bundanya tahu, sangat bahaya, bisa-bisa akan terjadi sebuah perang besar nantinya dengan orang yang membuat tangan Kaisha seperti itu.
"Jadi pacar sandiwaranya kak Rafigar aja ribet, apalagi jadi pacar asli ya, kayaknya lebih ribet banget deh. Pastinya banyak cobaan juga. Astagfirullah." Kaisha mengusap wajahnya kasar.
Kini pikirannya beralih pada aturan demi aturan yang Rafigar buat sewaktu dia menyatakan rasa sandiwaranya. Tentunya aturan-aturan yang konyol. Namun, Kaisha harus mematuhi semua peraturan tanpa pengecualian.
Sedangkan Rafigar sendiri tidak terikat oleh aturan apapun. Bahkan saat Kaisha ingin membuat peraturan untuknya saja, dia malah membentak dan mengepalkan tangan.
Flashback on
"Lo harus patuhin semua peraturan yang udah gue buat. Inget, semua ini demi bunda." Rafigar berdiri tegap di hadapan Kaisha sembari memegang selembar kertas HVS di tangan kanannya. Dan didalam kertas itulah peraturan-peraturan konyol yang dia buat tertulis dengan tulisan ala ceker ayam.
"Peraturan pertama, lo gak boleh ramah ke cowo manapun selain ke gue. Kalo sampe lo ketauan ramah apalagi kecentilan ke cowo lain, gue pastiin lo bakal dapet hukuman yang berat."
Peraturan pertama saja sudah berhasil membuat badan Kaisha terasa lemas. Peraturan macam apa itu? Berarti Kaisha tidak boleh ramah ke pak guru, ayahnya, dan juga kakak sepupunya? Fix, Rafigar gila.
"Kak, aku rasa itu berl-" dengan gerakan cepat, Rafigar menutup mulut Kaisha dengan telapak tangannya.
"Peraturan kedua, cuekkin semua cowo yang berusaha deketin lo. Apalagi cowo-cowo caper ke lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Feel
Novela JuvenilSemuanya berawal dari sebuah sandiwara 'Demi Bunda'. Berlanjut dengan 15 peraturan yang membuat gadis itu terkekang. Perlahan, rasa benci tumbuh subur di hati sang gadis. Namun, disisi lain, pria yang mengawali semua sandiwara ini terjerembab ke dal...