𝟬𝟭

34.6K 2.4K 408
                                    

"爸爸, kita ngapain ke sini?" tanya seorang bocah berumur 6 tahun kepada sang ayah.

"爸爸 mau memberimu seorang saudara" jawab sang ayah kemudian mengelus surai sang buah hati.

"Wuah! Lele akan memiliki saudara! 谢谢 爸爸!" Chenle segera memeluk baba-nya.

"Sama sama sayang"

"Permisi, siapa anak paling menjanjikan disini?" tanya Tuan Zhong kepada pengurus panti.

"Apa maksudmu tuan?" sang pengurus panti terlihat tak mengerti dengan yang ditanyakan tuan Zhong.

"Ah maafkan aku, maksudku anak yang paling cerdas" Tuan Zhong meralat perkataannya.

"Apa kau ingin mengadopsinya?"

"Ya, aku akan mengadopsinya"

Pengurus panti segera mempersiapkan surat surat yang diperlukan. Dan menghampiri ibu kepala panti. Mendengar perkataan sang pengurus panti, ia segera memanggil anak paling cerdas menurutnya.

"Selamat siang, tuan. Anda mencari anak dengan pemikiran paling cerdas bukan?" tanya ibu kepala panti dengan hati hati.

"Ya, anda benar bu"

"Jisung, kemari nak" ibu kepala panti memanggil bocah tinggi yang masih berumur 5 tahun.

"Anak ini bernama Park Jisung, ia berumur 5 tahun tapi otak nya sangat cepat memahami sesuatu" ibu kepala panti menjelaskan kelebihan Jisung

"Boleh kulihat biodata nya" tanya Tuan Zhong karena ia ragu

"Tentu saja tuan, ini dia biodata nya"

Semua yang dikatakan ibu kepala panti benar adanya. Tanpa dilebih lebihkan, Tuan Zhong memutuskan untuk menguji sendiri sang calon anak angkatnya.

"Jisung, kemari nak" panggil Tuan Zhong dengan lembut. Jisung yang merasa terpanggil segera menghampiri Tuan Zhong.

"Ada apa tuan?" tanya Jisung dengan sopan. Tuan Zhong tersenyum ketika menyadari anak berumur 5 tahun didepannya memiliki tata krama yang bagus.

"Aku ingin bertanya, apa tugas sebuah perisai?"

"Melindungi pemakainya dari apapun, bukan?" Jisung menjawab dengan wajah polos dan mata yang menatap langsung Tuan Zhong.

"Anak pintar" Tuan Zhong mengelus surai Jisung. Tuan Zhong segera mengurus surat surat pengadopsian Jisung.

"Mulai sekarang kau kuangkat menjadi anak, namamu berganti menjadi Zhong Jisung dan panggil aku 爸爸" ucap Tuan Zhong, Jisung hanya mengangguk.

"Nah, anak disebelahku adalah Zhong Chenle. Putra ku, dia adalah kakakmu mulai sekarang, cukup panggil dia dengan Lele karena kalian hanya berbeda 2 bulan"

"Baik 爸爸" patuh Jisung.

***

"Selamat pagi, tuan dan nyonya" pria berumur 20 tahun menyapa sang ayah angkat. Suho -Tuan Zhong- segera menoleh kepada si bungsu.

"Selamat pagi, Jisung" jawab Suho. Irene -Nyonya Zhong- yang tengah duduk di meja makan segera mengangkat kepalanya.

"Selamat pagi, sayang" sahut Irene.

Jisung tersenyum lembut kepada sang ibu angkat yang telah merawatnya dengan tulus.

"Jisung, tidak bisakah kau makan bersama kami?" Irene bertanya dengan mata sendu.

"Maafkan saya nyonya, tapi tuan muda tak suka melihat saya berada satu meja dengan kalian bertiga" Jisung membungkuk kepada kedua orang tua angkatnya.

Irene hanya bisa menghela nafas berat. "Baiklah, ini sarapanmu Jisung" Irene menyerahkan sarapan Jisung. Sarapan milik Jisung sangat berbeda dengan makanan yang tersaji di atas meja makan. Jisung memaklumi hal tersebut, bagaimana pun juga ia hanyalah anak angkat.

"Saya permisi dulu, tuan, nyonya" Jisung kembali membungkuk. Ia pergi ke halaman belakang untuk memakan sarapannya.

"Sayang, aku tak tega pada Jisung" Irene mengeluh pada Suho. Suho hanya bisa mengusap bahu sang istri. "Mau bagaimana lagi, kita tak bisa melakukan apa apa". Jika tahu akan seperti ini dia tidak akan mengangkat Jisung menjadi anaknya. Karena hal itu hanya membuat hati Jisung tersakiti.

***

"Pagi, 妈妈, 爸爸" sapa Chenle ketika ia turun dari tangga menuju meja makan.

"Pagi sayang" Irene menyambut sang anak dengan suara lembut. Dan Suho membalas sapaan Chenle dengan dehaman.

"Dimana anak itu?" Chenle bertanya pada sang orang tua.

"Ia ada di halaman belakang, sesuai perintahmu" Suho menjawab datar.

"Baguslah, ia harus sadar akan posisinya" ujar Chenle. Ia benci pada Jisung, yang mencuri posisinya sebagai pewaris perusahaan Zhong

"爸爸 tak pernah mengajarimu menjadi orang seperti ini, Chenle"

"Terserah" Chenle segera menghabiskan sarapannya dan keluar dari dalam rumah.

Beberapa saat setelahnya terdengar langkah kaki orang yang berlari kecil dari halaman belakang.

"Tuan, nyonya, saya berangkat dulu" tiba tiba Jisung sudah ada di hadapan orang tua angkatnya.

"Tunggu sebentar, Jisung" interupsi Irene. Jisung menampilkan ekspresi heran atas perintah ibunya.

Grep!

Irene memeluk tubuh jangkung sang anak angkat. Jisung hanya bisa terkejut tanpa membalas pelukan sang ibu, ia tahu akan batasannnya. "Hati hati di jalan, nak" Irene melepaskan pelukannya.

"Terima kasih nyonya" Jisung segera melangkah keluar rumah dan memasuki mobil yang di berikan oleh Suho.

***

Jisung telah sampai di kampusnya, ia satu kampus dengan Chenle. Mereka sama sama memilih fakultas bisnis.

Jisung yang telah turun dari mobilnya menjadi pusat perhatian para mahahiswa dan mahasiswi di sana. Chenle yang tengah berkumpul bersama teman temannya hanya bisa berdecih. "Cih, lagi lagi anak itu menebar pesona" cibir Chenle.

"Sabar saja Le, dia hanya orang tak tahu diri" jawab Jeno.

"Benar Le, si sialan itu hanya kacang yang lupa dengan kulitnya" sarkas Renjun mendukung Jeno.

"Kalian memang sahabat terbaik gue" Chenle berpura pura mengusap air matanya. Bagaimana Mark, Renjun, Jeno, dan Haechan mengetahui hal itu?

Ya karena Chenle menceritakan tentang ia lah sang anak kandung dan Jisung yang hanya anak angkat.

🐹💚🐬

爸爸 : bàba : papa
妈妈 : māmā : mama
谢谢 : xièxiè :terima kasih

𝙆𝙞𝙙𝙣𝙖𝙥𝙥𝙚𝙙-𝘾𝙝𝙚𝙣𝙟𝙞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang