1. Difficult Things

2.9K 229 21
                                    

Welcome to my first story!

Oke, sebelumnya perkenalkan aku Vienna Joe, u can call me Vie or Joe.

Disini aku tekankan jika karakter semua cast yang aku gunakan bukanlah seperti karakter mereka di dunia nyata, aku hanya mengambil visualnya agar lebih mudah membayangkan.




Happy Reading
And don't forget to click ⭐ before :)






"Apa maksud ayah?"

Seoji mengepalkan tangannya, seakan tak percaya dengan apa yang barusan Ayahnya katakan.

"Tidak Ayah, Aku tidak mau."

"Seoji-ah dengar, kau harus bertunangan dengannya." Ayah menyentuh kedua pundak putrinya. Memberikan pengertian agar putrinya menyetujui meskipun tak ingin.

"Apakah ayah tidak berpikir jika itu sama saja jika ayah mencoba menjual putri Ayah? Aku tetap tidak ingin!" Seoji masih bersikeras menolak.

"Seoji!" Suara ayah meninggi. Anaknya yang satu ini keras kepalanya buka main. Jika Yeoji sudah memutuskan, tak pernah sekalipun ia mengubah pendiriannya. Ia tahu itu namun masih berusaha agar putrinya menerima perjodohan itu.

"Aku tidak akan pernah bertunangan dengan siapapun yang bahkan tidak pernah aku kenal." Seoji masih kokoh. Ia tak akan pernah mau dijodohkan.

"Baiklah jika kau tetap tak ingin, kau bisa pergi dari rumah ini. Kau bukan salah satu keluarga Lee lagi."

Mata Seoji membelalak. "Ayah baru saja mengusirku? Hanya karena perjodohan bodoh itu?"

Ayah memilih tidak menjawab. Dan sekarang Seoji dikejutkan oleh Bibi Yoon yang datang dengan menyeret sebuah benda yang Seoji duga adalah kopernya sendiri.

Ternyata Ayahnya telah merencanakan semuanya dari awal. Bahkan kopernya sekarang sudah disiapkan seakan tahu jika ia akan menolak perjodohan itu.

"Ayah beri kau kesempatan lagi. Apakah kau akan menyetujui perjodohan ini atau memilih untuk pergi dari sini?"

Seoji seakan ingin tertawa karena disuguhkan oleh dua pilihan yang sungguh membuat kepala semakin pening. Terlebih keduanya berhubungan dengan kehidupannya kedepan dan semua pilihan berdampak dengan dirinya.

Sepuluh detik setelahnya, Ia telah memilih. Satu pilihan yang menurutnya lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

"Aku akan pergi." Seoji mengambil kopernya dari Bibi Yoon.

Ia telah memutuskan. Meninggalkan rumah yang menyimpan banyak kenangan dan seseorang yang begitu berharga yang sejak dulu selalu merawat dan melindunginya, sosok superman yang dulu sering ia puji. Namun hanya karena penolakannya semuanya seketika hancur. Berganti memutuskan ikatan antara sang anak dan seorang Ayah.

Dan mungkin saja sikap keras kepala salah satu pemicunya.

Seoji berusaha untuk tidak menangis. Ia tak pernah ingin menyesali keputusan yang ia buat. Biarlah hanya pihak lain saja yang merasakannya.

Ia akan mencoba untuk hidup mandiri dan mungkin mulai hari ini akan mengganggap dirinya hanya sebatang kara sebab Ayahnya yang meminta demikian.

Hanya karena ia menolak perjodohan itu, ayahnya sampai mengusirnya dari rumah dan yang terburuknya ia bukan salah satu keluarga Lee lagi.

Seoji tak habis pikir mengapa jaman sekarang perjodohan masih saja dilakukan.

Tanpa dasar cinta mungkinkah itu dilakukan?

Dan mungkinkah rumah tangga seseorang akan bertahan lama jika sejak awal mereka tak pernah saling mencintai?

Seoji berhenti sejenak di sebuah bangku kayu yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Menghela beberapa kali untuk menguatkan diri.

Namun sepertinya ia tak bisa tenang dalam waktu dekat ini karena sekarang inderanya mendengar dengan jelas suara isakan yang cukup menganggu. Seperti sedang tertahan oleh sesuatu agar tak ada seorang pun yang mendengar. Walau terdengar sangat pelan tetap saja Seoji tak suka.

Ia dikagetkan dengan seseorang yang berada di sampingnya. Entah sejak kapan pria itu ada disana. Yang ia tahu suara tangisan itu berasal dari pria itu.

Tangannya terulur untuk menyentuh pundak pria itu, sedikit menepuk agar menyadari eksistensi Seoji.

"Dek, kenapa kau menangis disini?"

Pria itu buru-buru menghapus air matanya seakan tak ingin Seoji melihatnya.

"Apa aku menganggu? Maaf aku tak tau jika ada seseorang disini."

Ok. Ternyata mereka sama-sama tak menyadari kehadiran masing-masing.

Seoji menghela. Matanya fokus memandang langit di atas sana. "Sepertinya kau melalui hal yang sulit."

Seeoji hanya sekedar menerka. Dari tangisannya saja sudah membuktikan jika pria itu memiliki masalah sama sepertinya. Yang membedakan hanya karena Seoji mencoba untuk bersikap tegar.

Dan benar saja pupil pria itu tiba-tiba melebar setelah mendengar penuturannya. Hanya dengan pergerakan kecil itu bisa membuktikan jika ucapannya benar.

"Dan sepertinya kau juga  begitu."

Dan detik itu juga seketika hening. Tak ada lagi yang mengeluarkan suara. Mereka sama-sama memandang ke atas, melihat langit yang mulai menggelap, menandakan sebentar lagi akan ada yang menyapa lewat tetesan.

Seoji buru-buru masuk ke dalam bus sebelum dirinya basah karena hujan. Mungkin ia sedang dilanda penasaran karena kini ia melirik pria itu dari balik jendela. Ia tidak bergerak sedikitpun untuk meninggalkan tempatnya. Seakan sedang menunggu agar tetesan itu menghujaminya hingga membuat basah.

Saat bus telah bergerak matanya sedikit membelalak karena tersadar akan sesuatu. Pria tadi mengenakan toxido hitam, lengkap dengan kain putih yang melilit di lengan kanannya.

Rupanya pria tadi sedang berduka.

----

To Be Continue

Vote dan commentnya juseyoo
And see you at next part!


Bad J | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang