"Onii– tidak! Naruto!" panggil gadis itu dengan nada tinggi mempercepat langkahnya.
Pemuda yang bernama Namikaze Naruto itu berhenti dan memutar tubuhnya, melihat sang adik mendekat padanya. Wajahnya terlihat tenang, tanpa ekspresi.
Apa kalian pikir Naruto sosok yang ceria dan periang? Oke! Jawabannya tidak! Apa yang ada di pikiran kalian Naruto itu sosok pria yang dingin tak tersentuh, atau sosok yang cuek? Jawabannya tidak!
Maaf jika ekspetasi kalian terjatuhkan.
Ehmm.. Dia biasa saja, dia bisa tertawa atau bahkan tersenyum lebar. Dia juga bisa menjadi dingin dan beraut datar. Itu semua tergantung dari suasana hatinya. Yahh.. Anggap saja Naruto itu pemalas dengan kepribadian anehnya yang suka berubah-ubah.
"Ada apa, Menma?" tanyanya saat Menma sudah berada tepat sejengkal di depannya.
Gadis itu sedikit berdecak kagum.
"Ada apa? Baka! Aku tahu kau bolos hari ini, apa kau mau dimarahi lagi? Kau tidak cukup bolos, kau bahkan terlibat dengan cerita konyol itu. Kau tidak takut reputasimu semakin jatuh!" omel Menma berkacak pinggang menatap Naruto.
Naruto terdiam sesaat menatap wajah yang mirip sepertinya—versi perempuan. Reputasi? Naruto tidak peduli dengan namanya yang tercoreng. Toh, namanya sudah dari dulu tercoreng. Ngomong-ngomong apa itu reputasi? Apa sejenis kuah ramen? Jangan bercanda, bagi Naruto tentu dia tidak peduli dengan yang namanya reputasi.
"Reputasiku sudah lama hancur. Aku adalah Namikaze yang gagal, dan kau adalah Namikaze yang sempurna. Bukankah itu sudah jelas? Jadi buat apa aku menjaga reputasi yang sudah hancur," balas Naruto tersenyum miring.
"Itu benar!" Sebuah suara menyahuti ucapan Naruto.
Menma menoleh ke belakang dan melihat Hinata yang berjalan bersama Shion mendekati mereka berdua. Manik saphire dan ametyhst itu berkontak satu sama lain.
"Raputasimu memang sudah jatuh, jadi jangan menyeret Menma ke dalam reputasimu itu," lanjut Hinata dengan sindiran.
Naruto terkekeh pelan dan sedikit menyeringai menatap wajah itu. Lucu, sangat lucu! Di sini begitu terlihat sekat penghalang si kembar yang gagal dan sempurna.
"Terima kasih sarannya Hi-chan," ujar Naruto tersenyum simpul memanggil Hinata dengan sebutan khusus dari pria itu.
Shion dan Menma bergidik ngeri dan merinding mendengarnya. Itu terlalu menggelikan untuk didengar. Berbeda dengan Hinata yang tetap tenang, dia tahu bahwa pria ini akan berbicara seperti itu. Hinata sudah kebal.
"Namaku Hyuga Hinata, bukan Hi-chan," beritahu Hinata dengan penekanan di akhir kalimat.
Naruto menggelengkan kepalanya pelan.
"Tidak-tidak! Yang benar adalah Namikaze Hinata," ralat Naruto tersenyum simpul. "Apa kau lupa margamu sekarang, Hi-chan?" tanya Naruto memiringkan kepalanya.
Alis Hinata sukses berkedut kesal melihat wajah itu. Naruto tak tahan untuk tidak tertawa melihat wajah kesal Hinata. Lihat! Tadi wajahnya datar, dan sekarang wajahnya bisa tertawa lepas. Naruto itu aneh bukan?
Drrt.. Drt..
Tawa Naruto seketika terhenti saat terdengar dering ponsel berbunyi dan bergetar. Menma segera meraih ponselnya di saku roknya yang berbunyi. Di layar itu terpampang jelas bahwa yang meneleponnya adalah ayahnya.
"Halo Ayah."
"...."
"Sekarang aku akan pulang."
![](https://img.wattpad.com/cover/241385930-288-k383886.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawab Panggilanku [On Going]
Fanfiction[NaruHina] Setiap hari yang kulakukan adalah memangggilmu. Satu hari tanpa terlewat sehari pun aku selalu memanggilmu. Tapi, bagaimana jika suatu hari aku tidak memanggilmu lagi? Apa dengan begitu kau bisa menengok ke arahku? Atau, malah terus memal...