3. 3E dan 3D

683 93 18
                                    

"Aku menyukaimu, ayo pacaran denganku." Naruto berdiri tegap di depan pintu kelas Hinata dengan wajah tanpa ekspresinya.

Laki-laki itu tidak mempedulikan guru yang baru keluar mengajar dan para siswa yang keluar kelas untuk ke kantin menertawakan dirinya. Lagi pula, ini hampir menjadi rutinitas Naruto menyatakan perasaannya pada Hinata.

"Sampai kapan pun tidak! 301!" tegas Hinata melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Hinata, kau tidak kasihan pada Naruto kami ini. Dia sudah memakai trik 3E padamu," celetuk Kiba menepuk pelan pundak Naruto.

"3E?" heran Shikamaru.

"Every minute, every second, everytime, fall in love with Hinata," ujar Kiba menaikkan-naikkan alisnya tersenyum pada Hinata.

"Cih! Sok inggris," komentar Shikamaru berdecih.

"Kalau begitu Hinata juga sudah memakai trik 3D pada Naruto," celetuk Menma menatap sangar Kiba tak mau kalah.

"Menma," imbuh Shion berusaha menghentikan perdebatan yang akan mulai terjadi ini.

Kiba dan Shikamaru menatap remeh gadis itu.

"3D? Dada, dada, dada," lawak Kiba tertawa keras menepuk keras pundak Naruto.

Shikamaru bahkan tertawa dengan ucapan Kiba. Namun, tidak dengan ketiga gadis itu yang menekuk masam wajah mereka.

"Oii!" geram Naruto karena bahunya dipukul terus oleh Kiba yang tertawa.

"Bodoh! Bukan itu!" sangkal Menma kesal.

"3D! Don't bother me, don't look at me, don't call me!" timpal Hinata menjelaskannya menatap manik biru itu tajam.

Naruto sedikit menyungging senyumnya. Ucapan itu seperti pukulan telak untuknya. Tapi maaf, Naruto bukan pemuda yang langsung runtuh begitu saja mendapat cacian dari gadisnya. Ehm tunggu! Apa boleh jika Naruto mengatakan 'gadisnya'? Mungkin untuk sekarang tidak, anggap saja ini latihan.

Dan Sebenarnya dari tadi mereka menghalangi jalan, Naruto berdiri tepat di ambang pintu dengan Shikamaru dan Kiba di sisi kiri dan kanannya.

"Kalau begitu, besok aku akan menembakmu lagi. Nanti malam jawab panggilanku ya," ujar Naruto sedikit menyungging senyumnya.

"Dari pada memikirkan itu. Kau harus pulang Naruto," sela Menma masih memaksakan kepulangan Naruto.

Naruto mendesah pelan dan menggaruk tengguknya yang tak gatal.

"Aku sudah mengatakannya tadi pagi Menma," balas Naruto.

Sungguh, jika kedua orang tuanya memang khawatir, Naruto hanya ingin mereka menelepon dirinya sekali saja. Bukan Menma yang menjadi perantara di antara mereka, dan itu membuat Naruto tidak percaya bahwa kedua orang tuannya ingin dia pulang.

***

"Aku tidak tahu saudaramu itu punya urat malu atau tidak!" geram Hinata sambil menopang dagunya di atas meja menggunakan tangan menekuk wajahnya masam.

"Sudahlah Hinata, tidak perlu memikirkan Naruto-san," sahut Shion meletakkan sebungkus roti di depan Hinata, dan dia menjatuhkan bokongnya di kursi depan Hinata.

Meja kantin ini sebagian memiliki meja berbentuk bundar dan juga kotak atau persegi panjang. Dan saat ini, Hinata dan teman-temannya memilih meja bundar sebagai meja makan mereka. Mereka lebih suka duduk di meja bundar, karena kursi yang tersedia hanya tiga-pas bagi mereka.

Jawab Panggilanku [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang