Mulut Menma menganga lebar dengan wajah anehnya menatap Naruto tak percaya. Bahkan di saat seperti ini pria itu masih sempat mengurus perasaan konyolnya.
"Permisi," ujar Naruto yang langsung melenggang masuk tanpa izin lagi.
Menma langsung menutup pintu kamarnya menoleh cepat dengan geram ke arah Naruto. Shion dan Hinata tentunya tersentak kaget melihat Naruto yang duduk di atas ranjang Menma dengan bersila. Pemuda itu tersenyum ramah, tak peduli dengan kilatan marah sang Adik.
"Buat apa menelepon jika kau ada di sini," kata Naruto menatap manik rembulan itu lembut.
Hinata sedikit mendengus pelan melirik sinis pria itu. "Aku tidak tanya tuh," ketus Hinata.
Naruto terkekeh pelan sambil berdiri dan berjalan mendekati meja Hinata dan Shion belajar. Alis gadis itu tampak berkedut kesal melihat sang Kakak mendekati teman-temannya.
"Keluar... Keluar Naruto!" tarik Menma paksa pada pemuda itu.
"Iya, nanti. 5 menit saja," sahut Natuto. "Aku hanya mau memandang masa depanku sebelum tidur. Siapa tahu aku mimpi indah, iya 'kan Hinata," lanjut Naruto melirik gadis itu.
"Tidak, kau tidak boleh menatapku dan bernapas di satu ruangan bersamaku," tegas Hinata melengoskan kepalanya.
Naruto terkikik geli. Masih dengan wajahnya yang tersenyum lembut, Naruto berusaha terlihat baik-baik saja dengan sikap tak bersahabat Hinata. Pemuda itu menghelakan napasnya pelan dan melirik Menma yang masih memegang bajunya, berusaha menyeretnya keluar.
"Aku keluar," ujar Naruto dengan nada yang tenang, dan membuat Menma langsung melepaskan tangannya. "Apa kau senang?" sambung Naruto tersenyum miring.
Menma langsung terdiam mendengarnya dan menatap mata itu dalam diam. Wajah Naruto yang tadinya tersenyum seketika menjadi datar memasang wajah dinginnya. Aneh, benar-benar aneh. Suasana pria itu benar-benar tidak bisa ditebak.
"Naruto..."
"Kau benar-benar membuatku jengkel Menma. Minggir!" sergak Naruto dengan nada tajamnya.
Ketiga gadis itu tersentak kaget mendengarnya. Menma meneguk salivanya dengan susah payah saat mata biru yang tadinya bersahabat kini berubah mencekam seakan hendak menerkam. Atmosfer tiba-tiba saja terasa sangat menipis membuat napas mereka terasa berat.
Tatapan mata Naruto terlihat sangat dingin seakan siap membekukan. Hinata tak bisa berkata-kata seakan mulutnya kelu untuk bicara. Dia hanya bisa terkejut mendengarnya. Sedikit tidak percaya bahwa laki-laki itu menyergak Menma.
"Pfftt..." Naruto menahan tawanya melihat wajah kaku Menma. "Bercanda-bercanda. Jangan serius seperti itu Menma," canda Naruto menarik pelan pipi Menma dengan gemas.
Gadis itu menepis kasar tangan Naruto dan menatap tajam lantaran kesal. Dia sudah takut melihat Naruto seperti itu tadi.
"Keluar!" usir Menma dengan kasarnya mendorong-dorong tubuh Naruto.
Naruto hanya bisa pasrah membiarkan Menma mendorongnya keluar dari kamar itu.
"Pergi! Dasar mesum, ini kamar gadis!"
"Yang bilang laki-laki siapa?"
Menma semakin memencak kesal mendengarnya. "Kakak bodoh!"
Menma akhirnya berhasil mendorong Naruto keluar dari kamarnya. Pemuda itu berbalik menghadap Menma.
"Tolong ucapkan selamat tidur untuk Hinata."
"Tidak mau!"
Brak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawab Panggilanku [On Going]
Fanfiction[NaruHina] Setiap hari yang kulakukan adalah memangggilmu. Satu hari tanpa terlewat sehari pun aku selalu memanggilmu. Tapi, bagaimana jika suatu hari aku tidak memanggilmu lagi? Apa dengan begitu kau bisa menengok ke arahku? Atau, malah terus memal...