2. Usaha Lucas

69 36 21
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Lucas melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja kasir. Dari jarak yang sekarang, ia dapat mendengar jika gadis yang ia sebut Peri Elina itu sedang bercekcok kecil dengan kasir.

''Anu Mbak ... Saya lupa bawa dompet, gimana kalau saya pulang dulu ambil uang abis itu kesini lagi,'' ucap Sena.

Kasir itu terkejut mendengar ucapan Sena. Seketika raut wajahnya berubah. ''Ya gak bisa gitu dong Mbak, ini semua sudah dipesan dan sudah disiapkan. Jadi, Mbak harus bayar sekarang juga!'' tutur kasir toko sedikit bersungut.

Sena menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung harus bagaimana, sampai dia mencium wangi maskulin yang begitu memabukan. Dia menengok ke arah samping kanannya dengan sedikit mendongak, karena orang yang ada di sampingnya lebih tinggi darinya.

''Mbak ini pesanannya gimana? Cepet dibayar dong Mbak, itu Masnya 'kan mau gantian.'' celetuk kasir toko itu. Sena membulatkan matanya, tangannya mengelus lehernya menahan malu.

'Aduh mbaknya malu-maluin aja sih,' batin Sena.

''Sekalian dihitung sama punya saya saja Mbak!'' ucap Lucas itu pada kasir. Kasir itu pun langsung menjumlahkan pesanan Lucas dan Sena.

''Totalnya jadi 435 ribu Mas,'' ucap kasir pada Lucas.

Lucas mengangguk, lalu mengambil uang di dalam dompetnya. ''Ini M bak.'' Lucas menyerahkan uang pada kasir tersebut.

''Terima kasih Mas,'' ucap kasir itu pada Lucas. ''Lain kali kalo mau makan di kafe bawa uang dong Mbak'' cibir kasir itu pada Sena. Sena hanya tersenyum canggung. Lalu ia menatap Lucas.

''Euummm ... Makasih ya, nanti bakal gue balikin kok duit lo,'' ucap Sena.

Lucas menggeleng. ''Gak perlu,'' sahut Lucas.

''Hah?'' Sena menatap Lucas kebingungan.

''Lo gak perlu ganti pake duit.''

Sena mengerutkan keningnya mendengar perkataan Lucas. Mengerti akan kerutan di dahi Sena membuat Lucas tersenyum penuh arti. Ia melangkah mempertipis jarak antara dirinya dengan Sena.

''Mau apa lo!''

''Gue cuma mau nomer telepon lo aja kok!'' kata Lucas membuat Sena membulatkan matanya.

''Gak!'' tolak Sena cepat.

''Lo harus mau!''

Sena memejamkan matanya, lalu menghela nafas. ''Gue bilang nggak ya nggak!'' seru Sena. ''Gue bakal balikin duit lo nanti! Permisi, gue duluan!'' kata Sena lalu meninggalkan Lucas.

Lucas menatap kepergian Sena tanpa berniat untuk mencegahnya. Cowok itu sangat yakin jika bakal bertemu lagi dengan Peri Elinanya itu.

*****

Sena masuk ke dalam rumahnya dengan wajah cemberut. Gadis itu merasa kesal kepada cowok yang membantunya tadi. Awalnya ia kagum pada cowoknya itu karena kebaikannya menolong Sena. Namun, ia rasa kagum itu berubah menjadi rasa kesal saat dengan santainya cowok itu meminta nomor telponnya. Padahal ia sama sekali tidak kenal dengan cowok itu.

''Dasar cowok gila!'' gerutu Sena kesal.

Taeyong yang baru saja dari dapur untuk mengambil air putih terkejut saat mendengar gerutuan Sena. Ia lalu mendekati sang adik yang tampak sangat kesal.

''Lo kenapa, Dek?'' tanya Taeyong mendudukan pantatnya di samping Sena.

Sena menoleh ke arah Taeyong. Ia menarik nafas dalam-dalam terlebih dahulu sebelum meluapkan emosinya. ''Masa ya Bang dompet gue ketinggalan tadi. Mana gue udah terlanjur pesen makanan lagi. Terus pas gue minta keringanan supaya gue boleh pulang dulu ngambil dompet, si Mbak kasirnya malah ngomel-ngomel gak jelas Bang! 'Kan gue jadi malu,'' cerocos Sena.

Taeyong terkekeh, ''Lo kenapa gak telpon gue, Dek?''

Sena merotasikan matanya, ''Mending cek deh Bang di hp lo seberapa banyak gue telponin lo dari tadi!''

Taeyong mengerutkan keningnya, tak lama ia menepuk dahinya sendiri. ''Sorry,Dek. Hp gue dari tadi di kamar, gue di bawah.'' Taeyong nyengir pepsodent.

''Tau ah Bang!''

Taeyong geleng-geleng melihat adiknya yang kesal. ''Maaf, Dek. Abang 'kan gak tau kalo bakal kayak gini. Lo juga teledor banget sih, masa keluar gak bawa dompet!''

Sena menatap Abangnya kesal, ''Kok Abang malah nyalahin Sena sih!'' dengus Sena.

Taeyong menghela nafas, ''Terus Abang harus salahin siapa? Mami? Papi? 'Kan lo yang teledor, Dek. Makanya lain kali sebelum keluar cek dulu ada yang ketinggalan atau nggak.'' Taeyong mengelus rambut Sena sambil menasehati gadis itu.

''Hmm ... Iya Bang maaf. Ini emang salah Sena,'' kata Sena lirih.

''Udah gak apa-apa. Terus kelanjutannya gimana? Lo gak di suruh cuci piring 'kan Dek di kafe itu cuma gara-gara gak bayar.''

Sena kembali mendengus,''Nah ini Bang yang bikin makin kesel!'' seru Sena.

Taeyong menaikan sebelah alisnya, ia masih bungkam. Cowok itu memilih untuk menunggu kalimat selanjutnya yang terlontar dari bibir tipis adiknya.

''Tadi ada cowok yang bantuin gue Bang. Dia bayarin semua pesenan gue. Pas gue bilang makasih dan bilang kalo bakal balikin duitnya, dia malah bilang gak usah Bang!'' ucap Sena.

''Lho bagus dong, Dek! Dia baik kalo gitu,'' kata Taeyong.

''Baik apanya Bang! Dia bilang gitu cuma buat modus doang Bang! Cowok itu malah ujung-ujungnya minta nomer gue. 'Kan guenya kesel Bang!'' lanjut Sena dengan kesal. 

''Kenapa gak lo kasih aja, Dek. Siapa tau bisa PDKT dan jadi pacar lo nantinya. Lumayan 'kan lo gak jomblo lagi.'' Taeyong menaik-turunkan alisnya, menggoda sang Adik.

''ABANGGGGG!'' kesal Sena. Ia mengambil bantal yang ada di sofa lalu memukul-mukul ke arah Taeyong.

''Iya iya, Dek. Ampun Abang cuma bercanda, Dek!'' kata Taeyong berusaha menangkis pukulan Sena yang lumayan brutal.

''Abang nyebelin ihhh!'' kesal Sena.

Sena melemparkan bantal itu ke arah Taeyong. Ia lalu bangkit dan berjalan menuju kamarnya sambil menghentakan kakinya. Belum lagi wajahnya yang cemberut membuat siapa pun yang melihatnya semakin gemas.

Melihat itu Taeyong tertawa puas. Ia merasa senang karena berhasil menggoda Adik semata wayangnya itu.

Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang