BAB 2

39 5 0
                                    

"Wira!"

"Wira!"

Merasa namanya dipanggil membuat dirinya menoleh.

"Loe dari mana aja?"

"Gue habis makan. Laper.."

"Gak nunggu gue?"

"Kelamaan. Nanti maag gue kambuh"

Wira mendengus kesal, "Loe mana punya riwayat maag apalagi penyakit maag. Ngada-ngada loe"

Wika hanya memperlihatkan cengirannya.

"Loe belum bayar kan?. Gue juga mau makan"

"Gue.. udah bayar.."

Wira menyerit bingung, "Loe kan gak ada bawa uang, dompet loe ketinggalan di rumah"

"Tadi.. ketemu sama Yuna..", cicitnya gugup.

"Sama paman-nya juga?"

Pertanyaan Wira membuat wajah Wika seketika merona.

"Tepat", ujar Wira.

"Emangnya salah gue cuman di traktir? Lagian ada Yuna-nya juga kok. Kita ketemunya gak sengaja disini kebetulan aja Yuna dan paman-nya kesini buat makan malam. Pamannya traktirin Yuna sekalian aja gue di traktir", dumelnya.

"Terserah. Gue mau makan dulu"

***

Di dalam perjalanan pulang Yuna begitu curiga dengan tingkah Yoga yang senyum-senyum sendiri.

"Paman, loe masih waras kan?"

Yoga yang sedang menyopir mobil spontan tertawa mendengar pertanyaan Yuna.

"Emang apa sebab gue gak waras sesuai yang loe bilang?"

Yuna menyempitkan matanya curiga, "Paman senyum-senyum sendiri. Jangan bilang loe jatuh cinta sama temen gue"

Yoga tersenyum, "Salah kalau gue buka lembaran baru?"

Yuna melongo.

Paman Yoga jatuh cinta? Dengan Wika?!, batinnya.

"Gue gak mau loe sembarangan lagi pacaran. Paling tidak loe harus mencari calon istri", sahut Yuna.

"Sebelum itu kan gue harus pdkt dulu-lah, Yun", balas Yoga.

"Harus dengan teman gue? Loe gak pedofil kan?"

"Hahaha... sejauh itukah umur gue dan umur loe sampai loe sebut gue pedofil?. Lima tahun, gue gak pedofil"

Mendengar itu Yuna mendengus kesal, "Gue gak mau aja loe sampai disakiti sama wanita salah pilih lagi"

Yoga yang tahu jika Yuna begitu khawatir dan menyayangi dirinya langsung mengelus puncak kepala Yuna dengan tangan kirinya.

"Gue tau loe khawatir, thanks. Gue akan mencoba kembali untuk menemukan orang yang terbaik untuk gue ajak bersama seumur hidup gue"

Yuna pun tidak menanggapi dengan perkataan, hanya menghela nafasnya.

Yuna akan melindungi Yoga apapun yang terjadi.

***

"Dalam rangka Dies Natalis kampus kita akan ada beberapa panitia yang dipilih perkelas. Gue sebagai pengurus kelas wajib ikut serta. Perkelas dicari 10 orang. Pengurus kelas ada empat orang sisanya lagi enam orang. Siapa yang mau dengan suka rela??"

Ketua kelas telah berteriak berulang kali memberikan pertanyaan yang sama.

Wajahnya sudah memerah dengan tatapan memohon dalam kemarahan yang terpendam.

Remember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang