"Wika, ayo makan malam, sayang", ajak ibunya.
Wika yang sedang menyisir rambutnya mengangguk dan keluar dari kamar mengikuti langkah ibunya menuju ruang makan keluarga.
Betapa terkejutnya ketika melihat seseorang sedang asyik bercengkrama dengan ayahnya yang kemarin baru pulang dari Solo. Disana juga ada Wira yang sedang memperhatikan ayahnya dan Yoga sedang bercengkrama.
"Wika, ternyata kamu sudah pintar menyembunyikan ini ya", ujar ayahnya dengan senyuman khasnya yang dia wariskan kepada Wira.
Wika yang akan duduk disebelah Wira justru digeser dengan ibunya.
"Ibu..", bisik Wika sedikit merengek.
"Ibu ingin duduk bersebelahan dengan Wira", balas ibunya dengan anggun langsung duduk.
Wika mau tidak mau duduk disebelah Yoga yang sedang tersenyum melihat kedatangannya membuatnya terpaku menatap Yoga.
Ya Tuhan.. senyumannyaaaa.., batinya berontak.
"Wika, jangan dipelototin gitu dong, nanti Mas Yoga-nya takut", tutur ibunya sambil menahan tawa.
Wika mendelik ke arah ibunya, Apa? Mas Yoga katanya?!, pikirnya.
Wira hanya memutarkan bola matanya jengah sedangkan ayahnya tersenyum hangat.
"Yoga Sigatra adalah adik angkat dari Yama Sigatra. Mereka adalah rekan bisnis ayah. Tidak ayah sangka ternyata kamu menyukai om-om", canda ayahnya.
"Ayaahh..!", keluh Wika dengan Yoga yang tertawa disebelahnya.
"Wika suka yang matang, sama seperti ibu", imbuh ibunya.
"Kedatanganmu kesini bukan hanya urusan bisnis saja kan?", tanya ayahnya kepada Yoga.
"Tidak, pak. Kedatangan saya kesini juga ingin menjalani hubungan yang serius dengan Wika, seperti bertunangan terlebih dahulu", jawab Yoga.
Wira yang mendengar itu mendadak tersedak ketika meminum air putih di meja makan, "Uugh.. uhukk.. uhkk.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember (END)
Short Story"Gue gak menyukai saudara kembar itu, terlebih yang perempuan mencoba mendekati paman!" "Gue menyukai pamannya, kami selalu bertemu tanpa sengaja dan selalu membantu gue" "Gak akan gue biarkan loe mencelakai kembaran gue" "Pertemuan pertama membuat...