BAB 12

30 6 0
                                    

Setelah kejadian itu selama seminggu ini Yuna berdiam diri di rumah kemarin sempat dirinya menghadiri acara wisuda dan kembali pulang dengan cepat karena tidak ingin bertemu dengan Martin dan Gilda. Dirinya belum siap dan masih ada rasa takut jika berhadapan dengan Martin. Dirinya hanya dapat berfoto dengan keluarga dan beberapa temannya seperti Wika, Beny dan Permata.

Hari ini kembali keluarganya mendatangi kediaman Keluarga Adhinata untuk kembali membicarakan pernikahan Wika dan Yoga yang sempat tertunda.

"Kau sudah siap, sayang?"

Pertanyaan tersebut membuat senyumannya merekah.

Itu ayahnya.

Yuna membalikan tubuhnya untuk berhadapan dengan sang ayah yang juga tersenyum hangat menatapnya.

"Sudah, ayah", jawabnya.

Yama tersenyum menatap putri sulungnya dan mengelus puncak kepalanya. Kini dirinya menyesali kenapa dengan teganya membuat dinding pembatas kepada putrinya yang jelas-jelas tidak memiliki kesalahan apapun padanya.

"Ayah, bolehkan aku menanyakan sesuatu?", tanya Yuna.

"Katakan apa itu", jawab Yama.

"Hm.. masalah pernikahan Paman Yoga.. nantinya akan bagaimana?"

"Tenanglah, sayang. Ayah memang tidak dapat menolak apa isi dari surat wasiat itu namun pasti akan ada jalan terbaiknya. Pasti kamu akan mendapatkan jodoh yang baik"

"Masalahnya kasihan paman jika harus menungguku"

"Ayah tidak akan menjodohkanmu lagi, Yuna. Ayah tahu jika kamu masih trauma dan ayah pun tidak ingin mengulang kesalahan yang sama", tutur ayahnya tenang.

"Aku tidak masalah jika dijodohkan pilihan dari ayah namun ayah juga harus mengetahui seluk beluk dari jodohku bukan seperti Martin", dumel Yuna.

Melihat anaknya merengek membuat hati Yama menghangat, "Benar apa kamu siap jika ayah menjodohkanmu kembali dengan pilihan ayah?"

Yuna mengangguk setuju. Apapun demi Paman Yoga dan Wika, batin Yuna. Bagaimanapun dirinya kali ini harus berkorban demi orang-orang kesayangannya.

Yama melihat keyakinan dari kedua mata anaknya, "Baiklah, tapi tidak sekarang. Memilih untukmu itu sangat sulit mengingat ayah tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Kita akan sama-sama berusaha", ungkapnya.

Yuna tersenyum dan kembali mengangguk.

Yama merasa lega setidaknya senyuman dari Yuna telah kembali.

Yuna kembali melihat pantulan dirinya pada cermin di kamarnya dengan menunjukkan berbagai pose aneh dirinya.

Ayahnya yang melihat itu hanya menggelengkan kepala, "Apapun yang kamu kenakan, anak ayah akan tetap cantik", pujinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayahnya yang melihat itu hanya menggelengkan kepala, "Apapun yang kamu kenakan, anak ayah akan tetap cantik", pujinya.

Yuna hanya memperlihatkan cengirannya.

Remember (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang